STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
(Studi Pada Kelas VIII Akselerasi Semester Genap Madrasah Tsanawiyah Assalaam Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)
SKRIPSI
Oleh :
OTONG SUGIARTO
K 1301056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
(Studi Pada Kelas VIII Akselerasi Semester Genap Madrasah Tsanawiyah Assalaam Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)
DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
(Studi Pada Kelas VIII Akselerasi Semester Genap Madrasah Tsanawiyah Assalaam Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)
SKRIPSI
Oleh :
OTONG SUGIARTO
K 1301056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
(Studi Pada Kelas VIII Akselerasi Semester Genap Madrasah Tsanawiyah Assalaam Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)
Oleh :
OTONG SUGIARTO
K 1301056
K 1301056
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Sabtu
Tanggal : 9 juni 2007
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ponco Sujatmiko, M. Si Rosihan Ariyuana, S. Si. M. Kom
NIP. 132 046 023 NIP132 300 015
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Sabtu
Tanggal : 23 Juni 2007
Tim Penguji skripsi
Ketua : Drs. Pargiyo, M. Pd (………………)
Sekretaris : Drs. Gatut Iswahyudi, M. Si (………………)
Anggota I : Drs Ponco Sujatmiko, M.Si (………………)
Anggota II : Rosihan Ariyuana, S.Si, M. Kom (………………)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 131 658 563
ABSTRAK
Otong Sugiarto. STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) (STUDI PADA KELAS VIII AKSELERASI SEMESTER GENAP MADRASAH TSANAWIYAH ASSALAAM SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2007
Tujuan penelitian ini adalah (i) Mengetahui bagaimana upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas akselerasi pada pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah, (ii) Mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas akselerasi pada pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah guru matematika yang mengajar kelas VIII akselerasi dan siswa kelas VIII akselerasi. Jumlah guru yang menjadi objek penelitian ada 2 orang. Kelas yang diobservasi 2 kelas, kelas akselerasi putra dan putri, sedangkan jumlah siswa ada 16 orang siswa putra dan 15 orang siswa putri. Teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Metode observasi, angket, dan wawancara guru digunakan untuk mengetahui bagaimana upaya dan hambatan guru dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas. Metode angket dan wawancara siswa sebagai umpan balikan dan pelengkap informasi. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui deskripsi objek penelitian. Teknik analisis data meliputi tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (i) Upaya guru dalam mengadakan variasi, baik kelas akselerasi putra maupun putri dilakukan terhadap tiga komponen, yaitu: variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media dan bahan ajar, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Untuk variasi gaya mengajar dilakukan melalui penggunaan variasi suara, perubahan mimik dan gerak, pemberian waktu hening dalam pembicaraan, melakukan kontak pandang, perubahan posisi, dan pemberian penekanan pada butir yang penting. Hambatan yang dihadapi adalah kesulitan siswa memahami pokok bahasan, kondisi siswa dan guru yang kurang mendukung. Untuk variasi penggunaan media, guru menggunakan jika siswa dirasa benar-benar membutuhkan atau punya maksud tertentu. Hambatan yang dihadapi ialah terkadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada, sehingga harus membuatnya sendiri. Untuk variasi bahan ajar, guru menggunakan literatur lain selain buku pegangan siswa dan diskusi dengan guru. Hambatan yang dihadapi ialah terbatasnya waktu. Untuk variasi pola interaksi dan kegiatan siswa sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hambatan yang dihadapi ialah siswa tidak siap dan paham benar terhadap materi, kondisi siswa yang kurang mendukung, dan waktu belajar yang singkat. (ii) Upaya guru dalam mengelola kelas akselerasi putra maupun putri dilakukan
terhadap dua komponen, yaitu: menciptakan kondisi belajar optimal dan pengembalian kondisi belajar optimal. Upaya guru dalam menciptakan kondisi belajar optimal dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: pertama, menunjukkan sikap tanggap dengan memandang siswa secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan, dan pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa. Hambatan yang dihadapi adalah tidak semua siswa benar-benar paham terhadap materi dan sikap tanggap yang diberikan guru, ada siswa yang tidak jera ketika diberikan teguran bahkan pendendam. Kedua, membagi perhatian dipayakan merata tidak pilih kasih sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. Hambatan yang dihadapi adalah guru tidak hafal semua nama dan karakteristik masing-masing siswa. Ketiga, memusatkan perhatian kelompok dengan menyiapkan terlebih dahulu, menciptakan dan mengarahkan perhatian, serta menyusun komentar. Hambatan yang dihadapi ialah siswa tidak siap benar terhadap materi maupun apa yang seharusnya dilakukan, ada siswa yang ingin menonjol, dan kurangnya perhatian siswa. Keempat, menuntut tanggungjawab siswa dengan menyuruh siswa lain mengenai rekannya dan menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya. Hambatan yang dihadapi ialah tugas siswa di luar jam sekolah yang sudah banyak dan adanya siswa yang tidak mau mengerjakan tugasnya. Kelima, memberikan petunjuk yang jelas diberikan kepada siswa secara individu maupun seluruh siswa sebagai satu kelompok dengan singkat dan jelas. Hambatan yang dihadapi adalah ada anak yang tidak suka matematika dan mengalami kesulitan dalam memahami materi. Keenam, memberikan teguran dilakukan dengan mennggunakan isyarat dan lisan diupayakan mendidik, tidak menyinggung perasaan. Hambatan yang dihadapi adalah penyalahtafsiran siswa terhadap teguran guru sebagai sikap kurang suka guru kepada siswa dan adanya siswa yang tidak jera bahkan pendendam. Ketujuh, memberikan penguatan dilakukan secara verbal, dengan mimik dan gerak, dengan sentuhan, gerak mendekati, dan kegiatan yang menyenangkan. Hambatan yang dihadapi adalah banyaknya jam mengajar guru, sehingga sulit untuk berusaha mengenal dan memahami karakteristik siswa, kondisi siswa yang kurang fit. Untuk pengembalian kondisi belajar optimal, terhadap kenakalan siswa yang berlebihan, guru berencana memberikan sanksi yang diupayakan bersifat mendidik. Hambatan yang dihadapi terkadang anak tidak jera bahkan ada yang pendendam, penyalahtafsiran siswa terhadap nasehat guru, dan bagaimana memberikan sanksi yang sifatnya mendidik. Upaya dan hambatan yang dihadapi guru dalam mengajar kelas akselerasi putra maupun putri pada dasarnya hampir sama, hanya saja metodenya yang berbeda. Disamping itu untuk kelas akselerasi putri, karena yang mengajar guru putra, maka ada batasan-batasan yang harus diperhatikan.
MOTTO
…Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.
(QS. Al-Hadid: 20)
…Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.
(QS. At-Talaq: 2-3)
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
(QS. Muhammad: 7)
PERSEMBAHAN
Karya besarku ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku tercinta yang telah mamberikan semua untukku,
Adik-adikku,
Seluruh keluarga besarku,
Isma & Ada Comp…(thanks rentalnya),
Sahabat-sahabat seperjuanganku,
Rekan-rekan 2001 en semua mahasiswa P. Mat,
dan almamater
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Implementasi Program Percepatan (Akselerasi) Pada Pembelajaran Matematika di Madrasah Tsanawiyah (MTs) (Studi Pada Kelas VIII Akselerasi Semester Genap Madrasah Tsanawiyah Assalaam Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)” sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.
2. Ibu Dra. Sri Dwiastuti, M. Si. Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.
3. Bpk. Drs. Bambang Sugiarto, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.
4. Bpk. Drs. Ponco sujatmiko, M. Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bpk. Rosihan Ariyuana, S. Si, M. Kom. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bantuan dan bimbingan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
6. Bpk. Trisnojoyo Khotob, S. Ag selaku Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah PPMI Assalaam Surakarta yang telah memberikan bantuan dan ijin penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Bpk. Arif Rifai, S. Si dan Bpk. Drs. Agus Sucipto. selaku guru bidang studi matematika kelas VIII akselerasi MTs PPMI Assalaam yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh siswa kelas VIII akselerasi semester genap Madrasah Tsanawiyah PPMI Assalaam yang telah memberikan banyak bantuan dan partisipasinya.
9. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta atas pemberian ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian, bantuan dan partisipasinya.
10. Orang tuaku, saudara-saudaraku, seluruh keluargaku, sahabatku, dan teman seperjuangan seluruh mahasiswa angkatan 2001.
11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan seluruh pihak tersebut mendapatkan imbalan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi seluruh pembaca, dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Surakarta, Juni 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 5
D. Perumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II LANDASAN TEORI 7
A. Tinjauan Pustaka 7
1. Tinjauan Mengenai Pembelajaran Matematika 7
a. Matematika Sekolah 7
b. Belajar 8
c. Strategi Pembelajaran Matematika 9
d. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika 11
2. Program Akselerasi 13
a. Pengertian Program Percepatan (Akselerasi) 13
b. Landasan Hukum Pelaksanaan Program Percepatan 14
c. Tujuan Program Akselerasi 16
d. Rekrutmen Siswa 16
e. Penyelenggaraan Program Akselerasi 17
3. Keterampilan Mengajar Guru 18
B. Kerangka Berpikir 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian 27
B. Jenis Penelitian 27
C. Subjek Penelitian 28
D. Penentuan Subjek Penelitian 29
E. Metode Pengumpulan Data 29
F. Instrumen Pengumpulan Data 31
G. Validitas Data 31
H. Teknik Analisis Data 32
I. Prosedur Penelitian 34
BAB IV HASIL PENELITIAN 36
A. Deskripsi Objek Penelitian 36
1. Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam Surakarta 36
a. Visi dan Misi 36
b. Jenjang Pendidikan 36
c. Pendidikan 37
d. Sarana dan Prasarana 39
2. Penyelenggaraan Program Akselerasi 41
a. Siswa 41
b. Guru 41
c. Kurikulum 42
d. Sarana dan Prasarana 46
e. Pembiayaan 47
B. Data dan Analisisnya 47
1. Data dan Analisisnya Kelas Akselerasi Putra 47
a. Analisis Hasil Data Angket 47
1) Analisis Hasil Data Angket Guru 48
2) Analisis Hasil Data Angket Siswa 68
b. Analisis Hasil Data Wawancara 88
1) Analisis Hasil Data Wawancara Guru 88
2) Analisis Hasil Data Wawancara Siswa 97
c. Analisis Hasil Data Observasi 104
1) Analisis Hasil Data Observasi Keterampilan Guru
Mengadakan Variasi 104
2) Analisis Hasil Data Observasi Keterampilan Guru
Mengelola Kelas 112
2. Data dan Analisisnya Kelas Akselerasi Putri 120
a. Analisis Hasil Data Angket 120
1) Analisis Hasil Data Angket Guru 121
2) Analisis Hasil Data Angket Siswa 139
b. Analisis Hasil Data Wawancara 158
1) Analisis Hasil Data Wawancara Guru 158
2) Analisis Hasil Data Wawancara Siswa 165
c. Analisis Hasil Data Observasi 172
1) Analisis Hasil Data Observasi Keterampilan Guru
Mengadakan Variasi 172
2) Analisis Hasil Data Observasi Keterampilan Guru
Mengelola Kelas 179
C. Pembahasan 186
1. Upaya dan Hambatan Guru Mengadakan Variasi 186
a. Kelas Akselerasi Putra 186
b. Kelas Akselerasi Putri 200
2. Upaya dan Hambatan Guru Mengelola Kelas 213
a. Kelas Akselerasi Putra 213
b. Kelas Akselerasi Putri 213
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 241
A. Kesimpulan 241
B. Implikasi 262
C. Saran 263
DAFTAR PUSTAKA 264
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi 265
Lampiran 2. Kisi-kisi Angket Guru Mengenai Keterampilan Guru
Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 309
Lampiran 3. Lembar Telaah Butir Angket Guru Mengadakan Variasi dan
Mengelola Kelas 315
Lampiran 4. Angket Guru Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 321
Lampiran 5. Hasil Angket Guru Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 331
Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Siswa Mengenai Umpan Balikan Guru
Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 351
Lampiran 7. Lembar Telaah Butir Angket Siswa Mengenai Umpan Balikan
Guru Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 353
Lampiran 8. Angket Siswa Mengenai Umpan Balikan Guru
Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 359
Lampiran 9. Hasil Angket Siswa Mengenai Umpan Balikan Guru
Mengadakan Variasi dan Mengelola Kelas 365
Lampiran 10. Pedoman Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Matematika 377
Lampiran 11. Transkrip Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Matematika 378
Lampiran 12. Pedoman Wawancara Siswa 386
Lampiran 13. Transkrip Wawancara Siswa 387
Lampiran 14. Triangulasi Data 395
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 433
Lampiran 16. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin Menyusun
Skripsi 434
Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Research 435
Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melakukan Research 436
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan terpilih dan terkontrol (khususnya datang dari sekolahan), sehingga mereka dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan individu yang optimum. Penyelenggaraan pendidikan sudah diupayakan sejak negara kita merdeka sebagai realisasi dari tujuan bangsa yang tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perkembangan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun telah mengalami perubahan dan pembenahan yang diharapkan kualitas pendidikan semakin meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mulai dari pembenahan kurikulum sampai sistem pendidikan itu sendiri. Salah satu upaya ialah dengan memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Kesungguhan pemerintah ini secara tegas telah dinyatakan sejak Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1983, yang menyebutkan : “…demikian pula perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal“. Secara realisasi dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan selama ini masih berorientasi pada aspek kuantitas, yakni untuk dapat melayani sebanyak mungkin jumlah peserta didik. Sedangkan yang menjadi isu kelemahan saat ini adalah belum terakomodasikannya kebutuhan individual siswa. Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa kurang terlayani secara baik, sehingga potensi yang dimiliki tidak dapat berkembang secara optimal. Berdasarkan pengalaman, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa biasa cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran, sehingga waktu yang tersisa kurang dimanfaatkan dan terkesan bahwa anak yang bersangkutan tampak santai dan lebih dari itu dianggap sebagai sumber penghambat kelancaran pembelajaran di kelas, karena sisa waktunya digunakan untuk mengganggu teman ataupun berbagai perilaku yang dilakukan untuk memperoleh perhatian dari guru. Keadaan yang demikian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa memerlukan penanganan dan program khusus agar berkembang secara optimal. Salah satu pelayanan pendidikan yang diupayakan pemerintah bagi mereka ialah dengan mengadakan kelas khusus dengan program khusus, yaitu kelas percepatan (akselerasi), dimana mereka dapat menyelesaikan studinya satu tahun lebih cepat dari siswa kelas reguler.
Penyelenggaraan kelas akselerasi tentu membutuhkan penanganan dan perhatian yang lebih. Dalam proses pembelajaran pun, seorang guru dituntut untuk menggunakan strategi yang tepat, mengingat siswa yang belajar mempunyai keistimewaan dibanding siswa reguler, ditambah lagi masa studi yang lebih singkat dari masa studi yang seharusnya ditempuh oleh siswa reguler. Dengan lebih singkatnya masa belajar tersebut seakan-akan perkembangan peserta didik tidak seperti siswa reguler yang lain. Proses pendewasaan dan pola pikir dituntut berkembang lebih cepat seiring cepat meningkatnya jenjang pendidikan yang ditempuh. Seorang guru, selain sebagai pengajar, yaitu menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan bidangnya, hendaklah juga melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pendidik, terutama pendidikan akhlak peserta didik, supaya jangan sampai mereka menjadi seorang intelektual dengan akhlak yang kurang baik. Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai salah satu sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama yang berbasis pendidikan agama, tentunya akan berusaha menyeimbangkan kemampuan intelektual dengan spiritual peserta didiknya. Sehingga dalam proses pembelajaran pun, seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi sesuai bidangnya saja, namun juga berusaha mamberikan pendidikan moral dan spiritual, dengan harapan mereka akan sadar bahwa menuntut ilmu adalah ibadah.
Matematika sebagai salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Matematika tidak hanya sebagai dasar ilmu, tetapi juga sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif yang digunakan dalam bidang ilmu lain. Karena itulah Departemen Pendidikan Nasional memberikan penekanan yang serius terhadap pendidikan matematika di berbagai jenjang, sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Bahkan, matematika termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan nasional pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Matematika sebagai salah satu ilmu eksak, dalam mempelajari tidaklah cukup hanya dengan menghafal saja, tetapi juga membutuhkan penalaran dan latihan. Proses pembelajaran merupakan kegiatan mengajar oleh guru dan belajar oleh siswa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu dibutuhkan hubungan kerjasama yang baik diantara keduanya, agar tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan mendukung. Guru yang mengajar kelas akselerasi merupakan guru terpilih dengan prestasi terbaik dari guru yang ada (the best of the best) dan telah dipersiapkan melalui seminar, lokakarya dan atau workshop, sehingga memiliki pemahaman terhadap perlunya layanan pendidikan bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kondisi siswa yang demikian itu sangatlah memerlukan perhatian lebih dari guru sebagai pengajar dan pendidik. Seorang guru haruslah mempunyai visi yang besar terkait dengan tujuan pembelajaran, tentu tidak hanya dengan tercapainya pemahaman materi oleh siswa, melainkan sebagai seorang pendidik juga memperhatikan pendidikan moral peserta didiknya. Siswa yang luar biasa ini jika yang berkembang hanya sisi intelektualnya saja, tanpa diimbangi pembinaan moral spiritual, ditakutkan nanti akan menghasilkan insan yang kurang baik. Guru di bidang apapun harus andil bagian dalam pembentukan moral spiritual siswa sekuat kemampuannya, karena tidak bisa hanya dengan mengandalkan mereka yang punya pemahaman khusus dalam pembinaan moral dan spiritual saja, harus menjadi tanggung jawab bersama. Kegiatan pembelajaran seperti di atas memang tidak mudah dilaksanakan, dibutuhkan kerjasama yang baik, baik dari pihak guru maupun siswa. Dengan waktu satu tahun lebih cepat dari waktu belajar yang seharusnya ditempuh siswa reguler, mereka dituntut untuk menggunakan waktu seefektif mungkin agar seluruh materi dalam kurikulum yang ada dapat disampaikan. Mereka diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan mengajar yang sesuai dengan kondisi siswa, baik itu bagaimana mengadakan variasi, menjelaskan, mengelola kelas, dan lain sebagainya. Keteladanan guru sangat berpengaruh bagi siswa dalam upaya mencari figur yang baik yang minimal dapat menjadi contoh dalam bersikap dan bertingkah laku. Sikap teladan tersebut hendaklah tercermin dalam setiap kegiatan guru, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar.
Guna mendukung kegiatan belajar mengajar, pihak sekolah penyelenggara kelas akselerasi berusaha menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa, mulai dari tenaga pengajar yang terpilih, sampai fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai, seperti: komputer, OHP, penyediaan bahan ajar, ruang kelas AC, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, hasil prestasi belajar matematika kelas akselerasi belum sesuai dengan apa yang diharapkan, prestasi belajar matematika untuk ujian akhir nasional siswa kelas akselerasi dibandingkan dengan siswa kelas reguler relatif sama meski mereka dapat menyelesaikan masa studinya satu tahun lebih cepat. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mencoba mengkaji salah satu faktor penentu kualitas hasil prestasi belajar bidang studi matematika, yaitu kegiatan pembelajaran matematika siswa kelas akselerasi, dari pihak guru terkait dengan keterampilan mengajar dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Kelas akselerasi merupakan program khusus bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan masa studi yang lebih cepat dibandingkan siswa reguler, sehingga dibutuhkan penanganan yang khusus.
2. Guru merupakan salah satu faktor penentu kualitas kegiatan belajar mengajar kelas akselerasi. Mereka diharapkan mempunyai keterampilan-keterampilan mengajar yang sesuai dengan kondisi siswa sebagai anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa.
3. Masih terdapatnya hambatan yang berkaitan dengan upaya guru melaksanakan keterampilan-keterampilan mengajar dalam kegiatan belajar mengajar. Mengingat kelas akselerasi merupakan program pelayanan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, serta tenaga pengajar terpilih, namun hasil yang dicapai belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Dengan pertimbangan agar dapat terarah pada penyelesaian masalah, penulis memberikan pembatasan masalah untuk meneliti kegiatan pembelajaran matematika kelas akselerasi pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalaam Surakarta kelas VIII akselerasi semester genap tahun ajaran 2006/2007, terkait dengan keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengadakan keterampilan-keterampilan itu.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas akselerasi pada pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah?
2. Hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas akselerasi pada pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Mengetahui bagaimana upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas akselerasi pada pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah.
2. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas akselerasi pada pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang kegiatan pembelajaran matematika pada siswa kelas akselerasi, terkait dengan keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, serta menambah referensi dan masukan bagi peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pihak sekolah dalam hal ini kepada guru matematika dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang diterapkan pada kelas akselerasi, terkait dengan keterampilan mengadakan variasi dan mengelola kelas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Mengenai Pembelajaran Matematika
a. Matematika Sekolah
Matematika berasal dari bahasa latin manthanain yang mengandung arti belajar (berpikir). Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan ilmu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1989: 5676) disebutkan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Secara etimologis, perkatan matematika berarti “Ilmu pengetahuan yang yang diperoleh dengan bernalar“. (Elea Tinggih dalam Erman Suherman dan Udin S Winataputra, 1992: 119). Matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika yang telah terbentuk itu dapat dipahami orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat, digunakan notasi dan istilah yang cermat yang disepakati bersama secara global (universal) yang dikenal dengan bahasa matematika.
Matematika sekolah dimaksudkan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu : SD, SMP, dan SMA. Pada matematika sekolah, siswa mempelajari matematika yang sifat materinya masih elementer, tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasarat konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan masyarakat, dan pada umumnya dalam mempelajari konsep-konsep tersebut bisa dipelajari melalui pendekatan induktif.
Sesuai dengan tujuan matematika di sekolah, matematika sekolah berperan :
1. Mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, objektif, kreatif, efektif, dan diperhitungkan secara analitis sintetis.
2. Mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan. (Erman Suherman dan Udin S Winataputra, 1992: 134).
b. Belajar
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Usaha pemahaman mengenai makna belajar akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Gage (Dalam Martinis Yamin, 2003: 99) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Dari definisi belajar di atas mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Sementera itu Martinis Yamin (2003: 105) menyebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang membawa manusia pada perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi; perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perkembangan manusia akan berlanjut fase ke fase, setiap fase perkembangan akan diisi dengan pendidikan dan belajar, sehingga perkembangan dalam diri anak yaitu: terjadinya keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani yang memiliki kecakapan, yaitu kecakapan yang sesuai dengan tingkat umurnya dalam perkembangan kognitif, konatif, afektif, sosial, dan motorik.
1). Perkembangan kognitif anak mampu mengembangkan, menyalurkan, dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang disebut dengan “perkembangan intelektual”, dan perluasan kemampuan berbahasa.
2). Perkembangan konatif anak mampu mengembangkan penghayatan terhadap berbagai kebutuhan dan kehendak, baik biologis maupun psikologis serta dapat menempatkan dirinya sebagai makhluk yang bebas dan rasional.
3). Perkembangan afektif anak mampu menyangkutkan pemerkayaan alam perasaan. Kemampuan ini dapat menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap suatu objek tersebut.
4). Perkembangan sosial anak mampu berkembang sebagai makhluk yang membutuhkan alam kemasyarakatan.
5). Perkembangan motorik anak mampu melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terciptanya gerak otomatisme gerak jasmani. (Martinis Yamin, 2003:106)
Pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru, orang tua, masyarakat adalah kegiatan interaksi, dimana dalam mendidik, si pendidik berusaha menciptakan peserta didik menjadi manusia yang dewasa dan mampu hidup mandiri, dan manusia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidupnya, serta atas kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya. Pendidik berperan memberi bimbingan atau memimpin pertumbuhan peserta didik dari luar, seperti dalam memberi pengetahuan, memberi nasehat, memberi pandangan-pandangan, dan lain sebagainya.
c. Strategi Pembelajaran Matematika
Pendekatan dan strategi pembelajaran mengikuti kaidah pedagogik secara umum, yaitu pembelajaran untuk level MTs, diawali dari konkrit ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit, dengan berbagai sumber belajar. Belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika seyogyanya ditemukan kembali oleh si pebelajar di bawah bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk menemukan kembali membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Masalah tak harus tertutup ataupun mempunyai solusi tunggal, tetapi dapat terbuka atau dicoba diselesaikan dengan berbagai cara.
Masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, antara lain:
1). Soal mencari (problem to find), yaitu: mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (conditions), dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipahami serta dikenali dengan baik pada saat awal memecahkan masalah.
2). Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar cukup diberikan contoh penyangkalnya, sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak benar. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003: 219)
Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampun memecahkan masalah adalah:
1). Memahami soal: memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi yang diberikan, apa yag ditanyakan, diminta untuk dicari, atau dibuktikan.
2). Memilih pendekatan atau strategi pemecahan: misalnya menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakn pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika.
3). Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah.
4). Menafsirkan solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003: 219)
Dalam pembelajaran, guru dapat mengkombinasikan berbagai strategi belajar mengajar di dalam kelas. Misalkan guru dapat melaukannya dengan berbagai cara:
1). Ekspositori dan ceramah. Ini mudah dan murah, tetapi ini kurang efektif sehingga perlu diimbangi dengan bentuk kegiatan lainnya.
2). Penyelidikan atau penemuan sendiri (inquiry). Melatih peserta didik untuk menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep atau pemecahan masalah matematika, misalnya menyelidiki pola, menyesuaikan soal dengan berbagai cara memecahkan soal-soal yang dibuat sendiri.
3). Pengelolaan peserta didik: Kerja perseorangan mendorong peserta didik untuk belajar sendiri. Kelompok kecil dapat dilakukan dengan bekerja secara berpasangan untuk membahas konsep atau memecahkan masalah secara bersama-sama.
4). Penugasan. Misalnya memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari sumber informasi ke perpustakaan, memproduksi sumber belajar sendiri, menerapkan sistem kelompok kerja peserta didik, dan menata untuk kelas yang sesuai.
5). Permainan. Yaitu mengenalkan atau menggunakan konsep matematika melalui berbagai bentuk permainan. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003: 220)
Setiap madrasah memiliki ciri khas lingkungan belajar, kelompok peserta didik, dan orang tua (sebagai anggota masyarakat) yang berbeda-beda. Untuk itu para guru diharapkan mengenali hal ini, untuk bisa menetapkan strategi pembelajaran, organisasi kelas, dan pemanfaatan sumber belajar yang efektif.
Guru dapat menambah materi yang dianggap perlu, khususnya materi prasarat. Diharapkan dalam kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika.
d. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Tujuan pembelajaran matematika adalah:
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003: 216)
Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika untuk MTs adalah sebagai berikut:
1) Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah.
2) Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan suatu masalah.
3) Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat kesimpulan.
4) Menunjukkan kemampuan dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003: 216)
e. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar berupa penguasaan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berupa simbol-simbol, baik angka, huruf, maupun kalimat dalam jangka waktu tertentu. Sehingga prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar khusus dalam bidang studi matematika.
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu :
a. Faktor intern, ialah faktor yang timbul dari dalam diri siswa, seperti kondisi psikologi, minat, intelegensi, motivasi, dan faktor pribadi lainnya.
b. Faktor ekstern, ialah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, serta faktor lingkungan di luar diri siswa.
2. Program Akselerasi
a. Pengertian Program Percepatan (Akselerasi)
Program percepatan (akselerasi) adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya.
Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program percepatan belajar hanya dibatasi pada kemampuan intelektual umum. Ada dua acuan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum, yaitu :
1. Acuan Unidimensional
Untuk pendekatan unidimensional, kriteria yang digunakan hanya semata-mata skor IQ saja. Secara operasional batasan kemampuan intelektual umum yang digunakan adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 skala Wechler.
2. Acuan Multidimensional
Untuk pendekatan multidimensional, kriteria yang digunakan lebih dari satu. Dalam hal ini, batasan operasional yang diterapkan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum diatas rata-rata (ditetapkan skor IQ 125 keatas skala Wechler), dimensi kreativitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai buku cukup), dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik). (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001: 9)
Sejak program percepatan belajar dirintis hingga saat ini, konsepsi keberbakatan yang digunakan berasal dari Renzulli, Reis, dan Smith (1978) yang menyebutkan bahwa keberbakatan menunjuk adanya keterkaitan antara tiga kelompok ciri, yaitu kemempuan umum, kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas.
Dengan menggunakan konsepsi keberbakatan dari Renzulli, Reis, dan Smith (1978) dan disesuaikan dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah, maka definisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program percepatan belajar adalah mereka yang oleh psikolog dan atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterkaitan dengan tugas yang tergolong baik.
Untuk mendapatkan peserta didik yang tergolong berbakat, ada 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan tiga aspek tersebut, yaitu :
1. Lancar berbahasa ( mampu mengutarakan pemikirannya )
2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis
4. Mampu belajar / bekerja secara mandiri
5. Ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa )
6. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
7. Cermat atau teliti dalam mengamati
8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa pemecahan masalah
9. Mempunyai minat luas
10. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi
11. Belajar dengan mudah dan cepat
12. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat
13. Mampu berkonsentrasi, dan
14. Tidak memerlukan dorongan ( motivasi ) dari luar.(Balitbang Depdikbud dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001: 11).
b. Landasan Hukum Pelaksanaan Program Akselerasi
Kesungguhan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara tegas dinyatakan mulai dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1983, yang menyebutkan: “…Demikian pula perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal”. Tekad ini berlanjut terus dan dipertahankan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988, berbunyi “Anak didik berbakat istimewa perlu mendapat perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tingkat pertumbuhan pribadinya”, GBHN Tahun 1993 menyatakan “Peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya”, dan GBHN Tahun 1998 mengamanatkan bahwa: “Peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lannya”. Akhirnya untuk mengaplikasikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa untuk tingkat SMP ditindaklanjuti dengan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 054/ U/ 1993, seperti yang disebutkan dalam:
Pasal 15:
(1) : “Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat diberikan melalui jalur pendidikan sekolah, dan jalur pendidikan luar sekolah”.
(2) : “Pelayanan pendidikan siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa melalui pendidikan luar sekolah, dapat diberikan dengan menyelenggarakan program khusus dan program kelas khusus”.
Pasal 16:
(1) : “Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan di SLTP sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun”.
c. Tujuan Program Akselerasi
Ada dua tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
1. Tujuan Umum, yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya
b. Memenuhi hak peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri
c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik
d. Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik
e. Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
f. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan
2. Tujuan Khusus, yaitu :
a. Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya
b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik
c. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal
d. Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimbang. (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001: 13-14).
d. Rekrutmen Siswa
Prosedur identifikasi pesrta didik disesuaikan dengan program yang akan dikembangkan yaitu program percepatan belajar. Prosedur identifikasi sesuai dengan definisi peserta didik untuk program percepatan belajar yaitu mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum kategori tinggi (IQ =140 ke atas) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum kategori baik (IQ = 125) dengan ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
Siswa yang diterima sebagai peserta program percepatan belajar adalah siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada aspek persyaratan sebagai berikut:
1. Informasi data subjektif, yang diperoleh dari pihak sekolah berupa skor akademis dan pihak psikolog berupa skor hasil pemeriksaan psikologis.
a. Akademis, yang diperoleh dari skor:
1) NEM dari sekolah sebelumnya, dengan rata-rata diatas 7.0 (khusus SD tidak dipersyaratkan)
2) Tes Kemampuan Akademis, khusus untuk bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia nilai sekurang-kurangnya 7.0
3) Rapor, nilai rata-rata seluruh bidang studi tidak kurang dari 7.0
b. Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis yang meliputi tes intelegensi umum, tes kreativitas, dan inventori keterikatan pada tugas sebagai berikut:
1) Tes Intelegensi Umum, dengan alat tes WISC (SD), TIKI-Menengah (SMP) dan TIKI-Tinggi (SMA)
2) Tes Kreativitas, dengan alat tes Tes Kreativitas Firural (SD dan SMP) dan Tes Kreativitas Verbal (SMA)
3) Inventori Keterikatan Tehaap Tugas, dengan skala TC-Rendi (SD and SMP), dan skala TC-YA/FS (SMA)
2. Informasi Data Subjektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orangtua (parent nomination), dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.
3. Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter.
4. Kesediaan Calon Siswa Percepatan dan Persetujuan Orangtua, yaitu pernyataan tertulis dari pihak penyelenggara program percepatan belajar untuk siswa dan orangtuanya tentang hak dan kewajiban serta hal-hal yang dianggap perlu dipatuhi untuk menjadi peserta program percepatan belajar. (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001: 29-30).
e. Penyelenggaraan Program Akselerasi
Ada beberapa unsur penting yang perlu diperhatikan dalam penyelengaraan program akselerasi :
1. Identifikasi
Merupakan proses rekrutmen siswa kelas akselerasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
2. Kurikulum
Kurikulum program percepatan belajar adalah kurikulum nasional dan muatan lokal, yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi essensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistemik, dan sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan.
3. Guru
Guru yang dipilih hendaknya guru yang memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan terbaik diantara guru yang ada (the best of the best) dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
4. Sarana Prasarana
Sekolah penyelenggara program percepatan belajar diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.
5. Sistem Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan untuk siswa pada kelas akselerasi pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada program reguler, yaitu : ulangan harian, ulangan umum, dan ujian nasional, yang berbeda dalam hal waktu dan intensitas pelaksanaannya.
6. Bimbingan dan Konseling
Konseling anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa dilakukan dengan tujuan untuk membantu individu mengenali dan memahami diri dan mengarahkan dirinya dengan tepat terhadap lingkungannya, yaitu : teman, keluarga, dan sekolah. Konseling dibutuhkan karena mereka mempunyai karakter tertentu yang perlu mendapat pelayanan yang tepat.
7. Pembiayaan
Dana yang diperlukan program percepatan belajar relatif lebih besar dibandingkan dana yang diperlukan dalam program reguler. Untuk itu demi keberhasilan pelaksanaan program tersebut, sekolah penyelenggara hendaknya berupaya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan ddan tidak mengikat dengan berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait lainnya. Peran aktif orang tua peserta didik program akselerasi dalam pengadaan dana sebagaimana halnya pembinaan kegiatan penunjang lainnya mutlak diperlukan oleh sekolah.
8. Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
Keberadaan Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan Kepmendiknas RI Nomor 044/ U/ 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Komite Sekolah berkedudukan di setiap sekolah, sedang Dewan Pendidikan berkedudukan di setiap kabupaten/kota dan atau propinsi. Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan pada program akselerasi, karena dapat berperan sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan pelaksanaan kebijakan pendidikan, pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah dan sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat. (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003: 37-63)
3. Keterampilam Mengajar Guru
Guru yang bermutu yaitu pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) agar dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga negara yang baik (susila), berilmu, produktif, sosial, sehat, dan mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia atau investasi kemanusiaan.
Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki oleh guru, tidak lain karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi yang memungkinkan siswa belajar. Dengan demikian, seorang guru tidak hanya sebagai sumber pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator yang membantu agar siswa dapat belajar.
Mengajar adalah suatu kegiatan yang kompleks. Dikatakan demikian, oleh karena kegiatan mengajar mengandung banyak unsur yang secara serempak harus dilakukan bersama-sama. Unsur-unsur tersebut meliputi: ilmu, teknologi, seni, dan bahkan pilihan nilai. Mengajar juga menggunakan secara serempak dan integratif sejumlah keterampilan tertentu yang dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan bagi pemilihan nilai tertentu. Keterampilan-keterampilan tersebut harus dikuasai oleh guru sebagai pengajar secara utuh. Ada banyak jenis keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, yaitu:
1. Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar
Keterampilan bertanya tingkat dasar ini harus dikuasai oleh guru yang akan mengajar, karena dalam kegiatan belajar mengajar umumnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswanya. Cara mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar siswa merupakan suatu hal yang tidak mudah. Sebab itu guru berusaha agar memahami dan menguasai keterampilan bertanya dasar sebagai salah satu dari keterampilan mengajar.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen. Pemahaman guru tentang komponen-komponen ini dan penguasaan penggunaannya merupakan faktor penting dalam usaha pencapaian tujuan menggunakan pertanyaan dalam kelas. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Pengungkapan pertanyaan secara singkat dan jelas.
b. Pemberian acuan agar siswa digiring kearah pemberian jawaban yang benar.
c. Pemusatan pertanyaan, dimulai dari pertanyaan yang luas, kemudian diikuti dengan pertanyaan yang sempit.
d. Pemindahan giliran dari siswa satu ke siswa yang lain.
e. Penyebaran pertanyaan secara merata kepada siswa.
f. Pemberian waktu berpikir.
g. Kehangatan dan keantusiasan bertanya.
h. Pemberian tuntunan. (Ali Imron, 1995: 124).
2. Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut
Keterampilan bertanya tingkat lanjut adalah kelanjutan keterampilan bertanya tingkat dasar. Keterampilan bertanya tingkat lanjut lebih mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi, dan mendorong agar siswa berinisiatif sendiri. Komponen-komponen bertanya tngkat lanjut meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pengubahan tingkat kognitif pertanyaan, mulai dari yang sederhana sekedar mengungkap fakta-fakta yang hanya merupakan aspek ingatan, selanjutnya guru mengajkan pertanyaan yang dapat mengungkap aspek pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan balikan evaluasi.
b. Pengaturan pertanyaan mulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak untuk meningkatkan kualitas jawaban yang telah diberikan oleh siswa sebelumnya.
d. Peningkatan interaksi dan partisipasi siswa yang multi arah dari guru ke siswa, dari siswa ke guru, dan dari siswa ke siswa. (Ali Imron, 1995: 129).
3. Keterampilan Pemberian Penguatan
Pemberian penguatan dilakukan pada saat siswa berhasil melaksanakan aktivitas/kegiatan yang dikehendaki, maupun kepada mereka yang bermasalah. Dengan pemberian penguatan demikian diharapkan dapat meningkatkan perilaku siswa sebagaimana yang dikehendaki atau paling tidak mempertahankannya. Sedangkan bagi mereka yang bermasalah, kurang mau terlibat, mengganggu kegiatan belajar mengajar, dan melakukan perbuatan negatif lainnya, diharapkan dapat termotivasi untuk kembali terlibat dan berehenti melakukannya.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan kepada siswa. Pertama, keantusiasan dan kehangatan, tidak dengan nada malas, tidak bergairah, dan terasa dingin. Kedua, kebermaknaan, penguatan yang diberikan harus punya makna bagi siswa. Ketiga, penghindaran atas penguatan atau responsi negatif. (Ali Imron, 1995: 133).
Ada beberapa komponen dalam memberikan penguatan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
a. Penguatan verbal, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan menggunakan kata-kata atau kalimat tertentu.
b. Penguatan dengan mimik atau gerakan tubuh.
c. Penguatan dengan cara mendekati.
d. Penguatan dengan sentuhan.
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan dengan simbol atau benda. (Ali Imron, 1995: 133).
4. Keterampilan Mengadakan Variasi
Para siswa yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar pun akan bosan kalau situasi belajar mengajar, guru senantiasa monoton tanpa ada variasi. Karena itu, guru haruslah mempunyai keterampilan variasi dalam mengajarnya agar dirasakan menarik oleh siswanya.
Komponen-komponen keterampilan varisi meliputi hal-hal berikut:
a. Variasi gaya mengajar guru
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Adanya variasi gaya yang demikian akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru.
Variasi gaya mengajar guru meliputi hal-hal sebagai berikut: penggunaan variasi suara, pemusatan perhatian terhadap hal-hal penting, kesenyapan, yaitu keadaan diam atau hening secara tiba-tiba dari pihak guru di tengah-tengah penjelasan, kontak pandang, gerakan badan dan mimik, dan pergantian posisi. (Ali Imron, 1995: 137-139).
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran
Penggunaan media ditujukan agar mempermudah pemahaman terhadap materi yang disampaikan guru, terutama untuk materi yang itu memang kurang mudah dimengerti siswa hanya dengan membayangkan, dirasa dibutuhkan media untuk memperjelasnya. Penggunaan media harus sesuai dengan tipe belajar siswa agar dapat dipahami oleh seluruh siswa. Begitu pula terhadap bahan-bahan pengajaran gurupun harus bervariasi, jangan sampai yang disampaikan kepada siswa hal-hal yang serba sulit, atau yang serba mudah. Variasi terhadap materi yang sulit dan yang mudah harus dilakukan agar siswa dengan kemampuan beragam di kelas tersebut akan merasa puas dengan pengajaran ynag dilakukan oleh guru.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi dan kegiatan siswa hendaklah bervarisi tidak monoton. Pola interaksi yang bervariasi akan menjadikan siswa tertarik terhadap pelajaran yang dilakukan, sebaliknya pola intraksi yang monoton, berpusat pada guru atau berpusat pada siswa saja seringkali membosankan.
5. Keterampilan Menjelaskan
Sebagian kegiatan belajar mengajar di kelas adalah suatu penjelasan yang diberikan oleh guru kepada siswa mengenai suatu hal. Penjelasan yang diberikan oleh guru dimaksudkan untuk mengorganisasi pelajaran agar secara sistematik dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Ada beberapa komponen keterampilan menjelaskan, yaitu:
a. Keterampilan menganalisis dan merencanakan pengajaran, baik mengenai penyampaian isi pesan maupun penerima pesan.
b. Keterampilan menyajikan penjelasan yang meliputi: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, dan pemberian tekanan.
c. Keterampilan meminta balikan dari siswa mengenai kejelasan terhadap penjelaan guru. (Ali Imron, 1995: 141).
6. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran dimaksudkan mengkondisikan siswa agar siap mental sebelum pelajaran berlangsung, menimbulkan dan memusatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang dipelajarinya.
Adapun komponen membuka pelajaran yaitu:
a. Menarik perhatian siswa.
b. Menimbulkan motivasi.
c. Memberikan acuan, agar siswa mendapatkan gambaran secara singkat tapi jelas mengenai sesuatu hal yang akan dipelajari.
d. Membuat kaitan, menghubungkan sesuatu yang akan disajikan dengan sesuatu yang telah diketahui siswa. (Ali Imron, 1995: 144).
Keterampilan menutup pelajaran agar siswa mendapatkan kembali materi-materi pokok atau rangkuman dari keseluruhan yang sudah disajikan. Komponen-komponen keterampilan menutup pelajaran adalah sebagai berikut:
a. Meninjau kembali atas kegiatan-kegiatan pelajaran yang telah dilakukan.
b. Mengevaluasi. (Ali Imron, 1995: 145).
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan belajar siswa menjadi optimal. Keterampilan mengelola kelas hendaklah dikuasai guru, oleh karena hanya dengan pengelolaan kelas yang baik akan tercipta suatu kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Ada dua keterampilan pengelolaan kelas:
1). Penciptaan kondisi belajar optimal
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi belajar yang optimal meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Menunjukkan sikap tanggap terhadap suatu hal yang terjadi di kelas.
b. Membagi perhatian kepada siswa secara merata.
c. Memusatkan perhatian kelompok.
d. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
e. Menuntut tanggung jawab siswa.
f. Memberikan teguran.
g. Memberikan penguatan.
2). Pengembalian kondisi belajar optimal
Keterampilan mengelola kelas yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar optimal meliputi:
a. Memodifikasi perilaku siswa yang menyimpang ke arah yang baik.
b. Pengelolaan kelompok dengan pendekatan pemecahan masalah kelompok.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. (Ali Imron, 1995: 146-149).
8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu percakapan atau pembicaraan yang berlangsung dalam kelompok kecil: 5-9 orang. Pembicaraan atau percakapan tersebut dengan menggunakan interaksi secara bebas dan langsung, dengan tujuan tertentu yang jelas dan berlangsung secara teratur, sistematis, dan menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.
Ada beberapa komponen keterampilan membumbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
a. Memusatkan perhatian terhadap target yang hendak dicapai.
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat.
c. Menganalisis pandangan siswa.
d. Meningkatkan kontribusi pikiran siswa.
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
f. Menutup diskusi. (Ali Imron, 1995: 149).
9. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pada dasarnya siswa berbeda satu dengan lainnya dalam cara belajar, sehingga diperlukan perhatian yang memadai yang pada akhirnya mengarah pada perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa, serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa, maupun antara siswa dan siswa.
Ada empat komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan, yaitu:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi agar terjadi hubungan yang akrab dan sehat antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
b. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan dalam belajar.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan dalam belajar.
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. (Ali Imron, 1995: 175-178).
B. Kerangka Berpikir
Program akselerasi merupakan program layanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dengan jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya. Karena program khusus, tentu pelaksanaannya tidak mudah dan membutuhkan perhatian yang lebih dari sekolah.
Matematika bukanlah suatu ilmu yang dapat dipelajari hanya dengan membaca dan menghafal. Mempelajari matematika membutuhkan pemahaman dan latihan bagaimana menyelesaikan suatu persoalan. Oleh karenanya, pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan sifat/ciri khas subjeknya, dalam hal ini adalah matematika.
Prestasi belajar siswa menunjukkan tingkat keberhasilan yang dilakukan siswa selama menempuh masa studi tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya ialah kegiatan pembelajaran yang merupakan kegiatan belajar oleh siswa dan mengajar oleh guru. Guru sebagai pengajar dan pendidik mempunyai peranan penting dalam tercapainya hasil belajar siswa yang optimal. Dalam mengajar mereka dituntut memiliki keterampilam-keterampilan mengajar yang profesional, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sesuai dengan kondisi siswa. Guru yang mengajar kelas akselerasi merupakan guru terpilih dengan prestasi terbaik dari guru yang ada (the best of the best) dan telah dipersiapkan melalui seminar, lokakarya dan atau workshop, sehingga memiliki pemahaman terhadap perlunya layanan pendidikan bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kondisi siswa yang demikian itu sangatlah memerlukan perhatian lebih dari guru sebagai pengajar dan pendidik. Seorang guru haruslah mempunyai visi yang besar terkait dengan tujuan pembelajaran. Tentu tidak hanya dengan tercapainya pemahaman materi oleh siswa, melainkan sebagai seorang pendidik juga memperhatikan pendidikan moral peserta didiknya. Sebab siswa yang luar biasa ini ditakutkan nanti jika yang berkembang hanya sisi intelektualnya saja, tanpa diimbangi pembinaan moral spiritual akan menghasilkan insan yang kurang baik. Sehingga guru di bidang apapun harus andil bagian dalam pembentukan moral spiritual siswa sekuat kemampuannya, karena tidak bisa hanya dengan mengandalkan mereka yang punya pemahaman khusus dalam pembinaan moral dan spiritual saja, harus menjadi tanggung jawab bersama.. Dengan waktu satu tahun lebih cepat dari waktu belajar yang seharusnya ditempuh siswa reguler, mereka dituntut untuk menggunakan waktu seefektif mungkin agar seluruh materi dalam kurikulum yang ada dapat disampaikan. Keteladanan guru sangat berpengaruh bagi siswa dalam upaya mencari figur yang baik yang minimal dapat menjadi contoh dalam bersikap dan bertingkah laku. Sehingga sikap teladan tersebut hendaklah tercermin dalam setiap kegiatan guru, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar.
Mengingat bahwa siswa program akselerasi mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, maka dalam proses pembelajaran matematika, guru sebagai pengajar diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa. Sedangkan siswa sendiri hendaknya dapat memotivasi diri untuk belajar lebih dan aktif dalam pembelajaran. Dengan aktivitas ini kemungkinan besar hasil prestasi belajar matematika yang dicapai siswa program kelas akselerasi akan lebih baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat diperolehnya data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalaam Surakarta pada kelas VIII akselerasi semester genap tahun ajaran 2006/2007.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan seperti permohonan dosen pembimbing, pengajuan proposal penelitian, permohonan ijin ke MTs Assalaam Surakarta, dan pembuatan instrumen penelitian. Waktu yang dibutuhkan dua bulan, yaitu mulai pertengahan April 2006 sampai awal Juni 2006.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengambilan data. Waktu yang diperlukan adalah tiga bulan, yaitu dari bulan September sampai Oktober 2006
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini, peneliti mulai dengan menyusun laporan dan konsultasi dengan pembimbing. Waktu yang dibutuhkan adalah sembilan bulan, mulai Oktober 2006 sampai Juni 2007.
B. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian dimana data yang dianalisis berupa data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Menurut Bogden dan Biklen dalam Lexy J. Moleong (2002: 8-13), manjabarkan ciri-ciri penelitian kualitatif, yaitu :
1. Latar belakang ontologi alamiah yang menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak bisa dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
2. Manusia sebagai instrumen atau alat.
3. Menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
4. Analisis data secara iduktif, karena :
a. Lebih banyak menemukan kenyataan-kenyataan ganda seperti terdapat dalam data.
b. Lebih dapat membuat hubungan penelitian responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel.
c. Lebih dapat menguraikan latar secara penuh (yakni waktu dan tempat penelitian termasuk di dalamnya kondisi lingkungan fisik maupun non fisik) dan membuat keputusan.
d. Lebih dapat menemukan pengaruh yang mempertajam hubungan-hubungan.
5. Teori dari dasar (grounded theory), yaitu dari sejumlah data yang banyak dikumpulkan dan yang saling berhubungan.
6. Deskriptif, artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata.
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil.
8. Menghendaki batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.
9. Ada kriteria khusus untuk keabsahan data, yakni : mendefinisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas.
10. Desain disusun secara terus menerus sesuai dengan kenyataan di lapangan.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan dipahamkan bersama.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika yang mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran dan siswa kelas VIII akselerasi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalaam Surakarta, serta pihak lain yang terkait dengan tujuan penelitian. Data hasil penelitian ini yaitu: data hasil dokumentasi, observasi, angket dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika yang mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran dan siswa kelas VIII akselerasi MTs Assalaam Surakarta.
D. Penentuan Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampling bertujuan. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998: 127). Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu adalah:
1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok sampel.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Purposive sampling digunakan pada pengambilan guru matematika dan siswa kelas VIII akselerasi semester genap MTs Assalaam Surakarta yang akan diteliti.
Guru dan siswa kelas akselerasi dijadikan subjek penelitian karena peneliti ingin meneliti kegiatan pembelajaran matematika kelas akselerasi, terkait dengan keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara ynag dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian. Sesuai dengan pendekatan penelitian, dan jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Metode Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap sumber data di lapangan. Dalam menggunakan metode observasi, cara yang efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagi instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran matematika kelas VIII akselerasi pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran saat guru sedang mengajar, untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran, terkait upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas.
2. Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan nutuk memperoleh informasi dari responden. (Suharsimi Arikunto, 1998: 140). Angket diberikan kepada guru matematika yang mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran untuk memperoleh informasi kasar mengenai upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, sebagai acuan mencari informasi lain yang mendukung agar lebih sempurna. Angket juga diberikan kepada siswa kelas VIII akselerasi MTs Assalaam Surakarta untuk mengambil data tentang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran, persiapan belajar, hambatan yang dihadapi dalam belajar, umpan balikan siswa mengenai keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, serta harapan mengajar guru yang baik.
3. Metode Wawancara
Wawancara atau kuisioner adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 1998: 145). Cara yang dilakukan dalam teknik wawancara adalah dengan mengajukan pertanyaan secara formal kepada informan untuk mendapat data mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan kepada guru matematika yang mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran kelas VIII akselerasi untuk mengambil data tentang upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas sebagai tindak lanjut dari angket yang diberikan. Wawancara juga dilakukan kepada beberapa siswa kelas VIII akselerasi untuk meminta tanggapan mengenai upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas.
4. Metode Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dokumen yang diperlukan adalah dokumen resmi MTs Assalaam Surakarta kelas akselerasi dalam penyelenggaraan program percepatan belajar.
F. Instrumen Pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti (atau orang yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah (Budiyono, 2003: 47). Dalam penelitian ini peneliti membuat instrumen pengumpulan data berupa: lembar observasi, lembar dokumentasi, pedomen wawancara, dan angket. Berikut adalah pasangan antara metode dengan instrumen pengumpulan data
Tabel Pasangan Antara Metode Pengumpulan Data
dengan Instrumen Pengumpulan Data
No Jenis Metode Jenis Instrumen
1
2
3
4 Observasi
Dokumentasi
Wawancara
Angket Lembar observasi
Lembar dokumentasi, daftar cek
Pedoman wawancara
Angket
G. Validitas Data
Dalam penelitian ini, kesahihan data dapat diperoleh melalui triangulasi sumber dan review informan. Triangulasi yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat keterpercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat. Hal ini dapat dicapai dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan angket.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang di berbagi tingkatan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Lexy J. Moleong, 2002: 331).
Sedangkan review informan merupakan pengkomunikasian kembali unit-unit laporan yang telah disusun walaupun mungkin belum utuh dan menyeluruh dengan informan, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok. (Sutopo, H.B, 2002: 83). Dalam pelaksanaannya dimungkinkan adanya diskusi agar kesamaan pemahaman dari peneliti dan informan dapat tercapai. Penekanan hasil pembandingan bukan kepada adanya kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran, tetapi adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan tersebut.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif ini, data yang diperoleh berupa data non statistik. Data yang muncul berupa kata-kata. Data yang diperoleh dari pengumpulan data masih beragam, sehingga perlu diolah agar menjadi ringkas dan sistematis.
Adapun langkah analisis data sesuai yang diungkapkan Miles dan Huberman meliputi kegiatan berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, yang merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara demikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data kualitatif disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi yang ketat, melalui rigkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian ini dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan.
3. Menarik Kesimpulan / Verifikasi
Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik pada saat penyajian data, tetapi hal tersebut belum begitu jelas. Dalam hal ini dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Kesimpulan akhir merupakan keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap gejala yang ada, atau dari beberapa permasalahan didiskusikan dengan berbagai pihak yang relevan yang akhirnya terjadi sebuah kesimpulan. Dengan maksud apabila ada data baru kemudian akan merubah kesimpulan sementara segera melakukan perbaikan melalui data yang diperoleh selanjutnya. Hal ini terus dilaksanakan sampai seluruh data dikumpulkan.
Adapun bagan dari analisis data dapat disajikan sebagai berikut :
I. Prosedur Penelitian
Didalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Pra Penelitian Lapangan
Merupakan tahap penelitian yang dilakukan sebelum terjun ke lapangan. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Penulisan proposal penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan penulisan proposal untuk kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Revisi dilakukan untuk kesempurnaan proposal.
b. Persiapan pelaksanaan
Ada tahap ini peneliti melakukan pengurusan perijinan untuk melakukan penelitian di tempat yang telah direncanakan, dan membuat instrumen penelitian.
2. Tahap penelitian lapangan
Pada tahap ini peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan berdasarkan metode pengumpulan data yang telah ditentukan.
3. Tahap analisis data
Tahap ini meliputi pengolahan data atau analisis akhir dari data yang telah dikumpulkan di lapangan. Bila data dirasa belum cukup untuk mendukung maksud dan tujuan penelitian, maka peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali dan melakukan analisis awal.
4. Tahap penulisan dan penggandaan laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian, yaitu kegiatan menyusun laporan penelitian untuk kemudian memperbanyak yang kemudian diajukan dan dipertanggungjawabkan di hadapan penguji.
Untuk lebih jelas, prosedur penelitian dapat dibuat bagan sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
I. Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam Surakarta
Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam adalah lembaga pendidikan Islam swasta yang didirikan oleh Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakarta (MPI), pada tanggal 7 Agustus 1982. Nama Assalaam secara resmi digunakan pada tanggal 20 Juli 1985 dan terletak di desa Pabelan Kartosuro Sukoharjo, menempati tanah seluas 10,223 ha dan bangunan wakaf dari H. Abdullah Marzuki (Alm) dan Hj. Siti Aminah.
a. Visi dan Misi
Visi dari PPMI Assalaam Surakarta adalah terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan spiritual, intelektual, dan moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap kemaslahatan umat dengan berlandaskan pengabdian kepada Allah SWT.
Misi dari PPMI Assalaam yaitu:
a) Menyelenggarakan proses pendidikan Islam yang berorientasi pada mutu, berdaya saing tinggi dan berbasis pada sikap spiritual, intelektual, dan moral guna mewujudkan kader umat yang menjadi rahmatan lil alamin. (QS. 9: 122)
b) Mengembangkan pola kerja pondok pesantren dengan berbasis pada manajemen profesional yang Islami guna menciptakan suasana kehidupan di lingkungam pondok yang tertib, aman, dan damai. (QS.56: 26-27; QS. 9: 105; QS. 67: 2)
c) Meningkatkan citra positif lembaga pendidikan pondok pesantren yang berwawasan sains dan teknologi isformasi serta berbudaya modern yang Islami. (QS.39: 128)
b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh PPMI Assalaam Surakarta yaitu:
1. Madrasah Tsanawiyah (MTs), merupakan pendidikan lanjut dari SD/MI selama 3 tahun. Menyelenggarakan program akselerasi dan kelas Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Matematika dan IPA. MTs PPMI Assalaam Surakarta meraih peringkat pertama se-Jawa Tengah, dan merupakan satu-satunya MTs yang menyelenggarakan program akselerasi.
2. Madrasah Taskhashushiyah (TKS), pendidikan satu tahun merupakan program pemantapan kehidupan di pesantren, bahasa Arab, Inggris, dan pendidikan agama untuk persiapan masuk MA/SMA/SMK Assalaam bagi santri yang berasal dari SMP/MTs di luar lingkungan PPMI Assalaam.
3. Madrasah Aliyah (MA), merupakan pendidikan lanjutan dari SMP/MTs dan persiapan studi lanjut ke Al-Azhar Kairo dan Perguruan Tinggi di Timur Tengah pada umumnya. Menyelenggarakan program Ilmu Pegetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kurikulum yang digunakan merupakan merupakan integrasi kurikulum kepondokan dan Departemen Agama. Alumnus MA dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi Umum atau Agama baik di dalam maupun luar negeri.
4. Sekolah Menengah Atas (SMA), merupakan program lanjutan dari SMP/MTs, menyelenggarakan program Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Kurikulum yang digunakan merupakan integrasi kurikulum kepondokan dan Departemen Nasional. Alumnus SMA dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi Umum atau Agama baik di dalam maupun luar negeri.
5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Keahlian Teknologi Informasi dengan program keahlian computer dan jaringan. Merupakan program lanjutan dari SMP/MTs yang mengedepankan keterampilan personal. Alumnus SMKdiharapkan mampu bersaing di dunia kerja.
c. Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan PPMI Assalaam adalah sebagai berikut:
1. Semua kegiatan yang diselenggarakan oleh PPMI Assalaam bernilai pendidikan, yaitu meliputi pelaksanaan ibadah, tata hidup berasrama, kegiatan belajar mengajar maupun ekstrakurikuler.
2. Waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas dan di laboratorium 8 jam dalam satu pecan adalah 6 hari, total sebanyak 48 jam pelajaran.
3. Kurikulum yang digunakan adalah integrasi dari kurikulum Kepondokan, Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional.
4. Kegiatan Ekstrakrikuler:
a) Halaqoh/kajian Dinul Islam
b) Muhadloroh (latihan berpidato dalam tiga bahasa, yaitu: Arab, Inggris, dan Indonesia)
c) Pendalaman Bahasa Arab/Inggris (Muhadatsah/latihan percakapan)
d) Tadzwidul Mufrodat (peningkatan bahasa melaluipenembahan kosa kata)
e) Bimbingan baca Qur’an
f) Kesenian (Nasyied, teater, band, hadrah, dan lain-lain)
g) Belajar malam
h) Keterampilan (menjahit, dekorasi, memasak, kaligrafi, dan lain-lain)
i) Olahraga (Sepak bola, basket, bulu tangkis, sepak takraw, tennis meja, volley ball, bela diri, renang)
j) Latihan keorganisasian dan kepemimpinan ( Organisasi pelajar dan kelompok organisasi lain)
k) Jurnalistik (penerbitan majalah Karnisa, majalah dinding)
l) Kelompok ilmiah remaja
m) Pecinta Alam (Sanpala)
n) Kepramukaan
5. Kegiatan harian santri PPMI Assalaam sebagai berikut:
04.00 – 05.00 : bangun tidur, sholat shubuh berjamaah dan tadarus
Al Qur’an
05.00 – 06.30 : tadzwidul mufrodat, megulang pelajaran, mandi, makan
pagi, dan persiapan masuk sekolah
07.00 – 13.15 : kegiatan belajar mengajar di kelas, diakhiri sholat dhuhur
berjamaah di masjid
13.15 – 15.00 : makan siang dan istirahat
15.00 – 15.30 : sholat Ashar berjamaah
15.30 – 17.00 : kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan belajar
17.00 – 17.30 : mandi, persiapan sholat Maghrib berjamaah
17.30 – 19.30 : sholat Maghrib berjamaah, halaqoh, tadarus, diakhiri
sholat Isya berjamaah
19.30 – 20.30 : makan malam
20.30 – 22.00 : belajar malam
22.00 – 04.00 : tidur/istirahat
6. Hari libur dalam satu pekan adalah hari Jumat, sedangkan hari libur pondok adalah libur akhir tahun pelajaran dan libur Ramadhan/Idul Fitri. Keluar kompleks pada hari jumat mulai pukul 12.30 – 17.00 WIB, dua pekan sekali bergantian antara putra dan putri.
d. Sarana dan Prasarana
1. Pendidikan ustadz/ustadzah dan pengasuh di PPMI Assalaam minimal setingkat dengan strata 1, dan beberapa orang berpendidikan strata 2 dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda ditambah dua orang guru bantuan dari Universitas Al-Azhar, Kairo dan satu orang guru bantuan dari Kedubes Saudi Arabia
2. Para pengasuh berlatar belakang pendidikan pesantren dan disiplin ilmu yang diperlukan
3. Para karyawan minimal SMP/SMA dan beberapa diantaranya berpendidikan strata 1
4. Masjid berkapasitas 5000 jamaah, merupakan pusat kegiatan ibadah kajian dan keislaman
5. Ruang ukuran 7 X 8m, berjumlah 72 ruang dan 8 X 9m, berjumlah 18 ruang sebagai tempat kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler
6. Laboratorium:
a) MIPA 1 gedung dua lantai, terdiri dari ruang Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Audiovisual
b) Komputer terakses langsung dengan internet sebanyak dua ruang, yang terdiri dari 54 unit computer.
c) Perpustakaan 2 ruang, 1 putra, 1 putri. Koleksi pustaka + 11.000 buah, dilengkapi dengan ruang audiovisual.
d) Bahasa 1 ruang, untuk kegiatan belajar mengajar dan pembinaan bahasa santri.
7. Olah raga:
a) Indoor/gelora, terdiri dari basket, bulutangkis, dan tenis meja.
b) Out door, terdiri dari lapangan sepak takraw, volley ball, bola basket, sepak bola masing-masing 2 buah
8. Ruang pertemuan/ aula: 1 ruang berkapasitas 200 orang, 1 ruang berkapasitas 2.500 orang.
9. Ruang kesehatan santri: 1 unit putra, dan 1 unit putri.
10. Restoran (dapur) dan ruang makan yang representatif dengan teknologi modern 1 ruang putra dan 1 ruang putri.
11. Asrama berkapasitas 2.450 santri
a) Kamar besar putra (kamsatra) 2 rayon, kamar besar putri (kamsatri) 2 rayon, dengan fasilitas almari, kamar mandi di luar.
b) Kamar tiga putra (kagatra) 2 rayon, kamar tiga putri (kagatri) 2 rayon, dengan fasilitas almari, meja/kursi belajar dan bed/tempat tidur, kamar mandi di luar.
c) Kamar empat putra (kapatra) 2 rayon, kamar empat putri (kapatri) 2 rayon, dengan fasilitas almari, meja/kursi belajar, bed/tempat tidur dan kamar mandi di dalam.
12. Perumahan di dalam kompleks pondok berjumlah 73 unit dan di luar pondok 26 unit.
13. Ruang tamu terdiri 1 unit putra dan 1 unit putri.
14. Fasilitas pendukung di dalam pondok antara lain: wartel/telepon umum, bank BPD, ATM Mandiri, toko/kantin, taman, tempat parkir, laundry, dan sebagainya.
2. Penyelenggaraan Program Akselerasi Belajar
Program Akselerasi di Pondok Pesantren Modern Assalaam hanya diadakan di Tingkat Madrasah Tsanawiyah. Adapun penyelenggaraan dari Program Akselerasi adalah sebagai berikut:
a. Siswa
Siswa yang diterima sebagai peserta program akselerasi adalah mereka yang diterima di MTs PPMI Assalaam dan diambil 100 besar untuk ikut tes seleksi di program ini. Siswa yang diterima adalah yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada aspek persyaratan berikut:
a) Psikologis, melalui hasil pemeriksaan psikologi yang diperoleh melalui tiga kluster keberbakatan, yaitu: kecerdasan, kreativitas, dan keterikatan pada tugas, serta bebas dari gangguan emosional.
b) Akademis yang didapat dari skor:
(1) NEM/test masuk
(2) Tes kemampuan akademik/tes potensi akademik
(3) Rapor/prestasi akademis jenjang sebelumnya
c) Informasi Subjektif, yaitu nominasi dan rekomendasi yang diperoleh dari diri sendiri (calon akseleren), teman sebaya, orang tua, dan guru sebagai hasil dari pengamatan (observasi).
d) Kesediaan calon siswa akselerasi belajar dan persetujuan orang tua.
b. Guru
Guru yang mengajar pada program akselerasi belajar adalah guru:
a) Memiliki pengalaman mengajar di kelas regular dengan prestasi baik.
b) Mempunyai kemampuan pada mata pelajaran yang diajarkan.
c) Senantiasa tulus dan ikhlas dalam menjalankan tugas.
d) Memiliki tingkat pendidikan yang dipersyaratkan sesuai dengan jenjang sekolah yang diajarkan.
e) Telah dipersiapkan melalui seminar, loka karya dan atau workshop sehingga memiliki pemahaman terhadap perlunya layanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yang antara lain meliputi berbagai kemampuan dan keterampilan sebagai berikut: Penyusunan Program Kerja Guru, pemilihan strategi dan metode pembelajaran bagi program akselerasi belajar, serta lolos seleksi.
c. Kurikulum
Kurikulum program akselerasi belajar adalah kurikulum nasional dan kurikulum lokal, dengan penekanan pada materi essensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir holistik, sistematis, linier dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini, dan masa mendatang. Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) sama dengan kelas regular, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyelesaian kurikulum tersebut lebih dipercepat dari pada kelas regular. Percepatan tersebut didasarkan pada kemampuan siswa dalam memahami isi kurikulum dan mengefektifkan sistem pembelajaran dengan mengurangi pembahasan materi-materi non-essensial. Kurikulum yang digunakan mengacu kepada kurikulum 2004 yang diolah kembali dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menganalisis materi setiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
b) Mengelompokkan materi menurut bobot isi materi, sehingga dapat ditentukan materi-materi mana yang dapat disampaikan melalui tugas mandiri dalam bentuk modul.
c) Mengalokasikan waktu yang tersedia secara proposional pada setiap pokok bahasan.
d) Menetapkan target kurikulum pada setiap satuan waktu belajar/catur wulan sesuai dengan kalender akademik.
e) Menyusun program tahunan, catur wulan, maupun rencana pengajaran secara luwes (fleksibel) sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
Dengan mengolah kembali kurikulum 2004, maka tersusun silabus materi pengajaran yang disesuaikan dengan masa studi kurang dari 3 tahun, tanpa mengurangi muatan isi kurikulum yang telah disiapkan untuk masa studi selama 3 tahun. Dengan demikian pada program akselerasi belajar dapat dilakukan penambahan muatan materi yang harus diselesaikan dalam setiap catur wulan. Untuk jelasnya, dengan menggunakan prosentase sebaran muatan kurikulum setelah diolah kembali adalah sebagai berikut:
(1) Pada tahun pertama, peserta program akselerasi akan menyelesaikan muatan kurikulum sebagai berikut:
(a) Pada semester 1 akan menyelesaikan materi kelas I semester 1: 100 %, ditambah materi kelas I semester 2: 50 %.
(b) Pada semester 2 akan menyelesaikan materi kelas I semester 2: 50 % ditambah dengan materi kelas II semester 1: 100 %.
(2) Pada tahun kedua, peserta program akselerasi akan menyelesaikan muatan kurikulum sebagai berikut:
(a) Pada semester 1 akan menyelesaikan materi kelas II semester 2: 100 %, ditambah materi kelas III semester 1: 50 %.
(b) Pada semester 2 akan menyelesaikan materi kelas III semester 1: 50 % ditambah dengan materi kelas III semester 2: 100 %.
1) Strategi Pembelajaran
Pada program akselerasi belajar, pendekatan kegiatan belajar mengajar yang diarahkan kepada terwujudnya belajar tuntas, dapat memacu siswa aktif dan kreatif sesuai bakat, minat, dan kemampuannya masing-masing dengan memperhatikan keselarasan dan keseimbangan antara:
(1) Dimensi Tujuan Pembelajaran
Menghasilkan sosok pribadi siswa yang berkualitas seimbang, baik fisik, mental, maupun semangatnya. Sehingga tujuan tersebut harus dapat diterjemahkan dalam kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan aspek-aspek tersebut dalam suatu keterkaitan holistik.
(2) Pengembangan Kreativitas dan Disiplin
Kreativitas perlu dikembangkan melalui penciptaan situasi pembelajaran yang kondusif, dimana guru mendorong vitalitas keingintahuan siswa untuk mencipta dan memberi fungsi baru terhadap sesuatu yang ada, siswa dilatih untuk menguasai teknik-teknik bertanya sendiri, diberi kesempatan untuk melakukan berbagai eksperimen. Rangsangan-rangsangan diberikan kepada siswa melalui pertanyaan-pertanyaaan maupun penugasan sehingga mereka dapat melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang dan dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Siswa dituntut untuk belajar disiplin melalui proses belajar yang kondusif dengan penanaman sikap dan kebiasaan menyelesaikan tugas tepat waktu, membuat ringkasan, mencari informasi melalui bacaan, melakukan pengamatan, wawancara, praktikum, eksperimen, dan latihan berorganisasi, serta kepemimpinan.
(3) Pengembangan Persaingan dan Kerjasama
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara kompetitif, diberikan kepada yang berprestasi. Sedangkan untuk melatih kerjasama siswa diberikan tugas diskusi kelompok, praktikum sosial, latihan berorganisasi, dan kepemimpinan.
(4) Pengembangan Kemampuan holistik dan Kemampuan Berpikir Elaboratif
Kemampuan holistik, sistematik dan imajinatif dapat dibentuk melalui kegiatan belajar mengajar yang mengarahkan kepada pemecahan masalah atau problem solving, sedangkan untuk kemampuan elaborasi dapat dibentuk melalui kegiatan belajar mengajar yang diarahkan kepada pemecahan masalah dengan satu jawaban yang benar.
(5) Pelatihan Berpikir Induktif dan Deduktif
Pembelajaran diarahkan pada perolehan pengalaman nyata, seperti: membuat ringkasan, mencari informasi melalui bacaan, pengamatan, wawancara, menerapkan konsep dalam bentuk latihan, berdiskusi, praktikum sosial, latihan berorganisasi dan kepemimpinan. Dari semua itu diharapkan siswa dapat menarik kesimpulan secara induktif. Sedangkan berpikir deduktif, pembelajaran diarahkan untuk menjabarkan konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
(6) Pengembangan IPTEK dan IMTAQ Secara Terpadu
Kegiatan pembelajaran diarahkan kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasari oleh jiwa keagamaan (ketaqwaan). Dari proses ini, akseleran diharapkan dapat memiliki keseimbangan dan keterpaduan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan iman dan taqwa (imtaq). Keseimbangan dan keterpaduan ini sangat diperlukan dalam rangka pembekalan, sikap, dan keterampilan yang memungkinkan siswa berperilaku secara fleksibel, mempunyai ketegasan, penuh keterbukaan, berorientasi ke masa depan, percaya pada diri sendiri, berani mengambil resiko dan bertanggung jawab serta berorientasi pada penyelesaian tugas.
2) Sistem Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada program akselerasi belajar pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada program regular. Akan tetapi soal-soal di program akselerasi belajar mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi serta cakupan materi yang lebih luas. Evaluasi untuk mengukur ketercapaian materi sebaiknya sejalan dengan prinsip belajar tuntas. Adapun sistem evaluasi yang ada di kelas akselerasi meliputi:
(1) Ulangan Harian/Formatif
Dalam satu semester, setiap guru minimal memberikan ulangan harian sebanyak 2 kali. Bentuk soal yang lebih disarankan untuk ulangan harian adalah bentuk soal uraian.
(2) Ulangan Umum/Sumatif
Ulangan umum diberikan lebih cepat dibandingkan siswa regular sesuai dengan kalender pendidikan akselerasi belajar. Soal ulangan dibuat guru bidang studi yang bersangkutan dengan menyusun kisi-kisi serta materi-materi yang essensial. Meskipun demikian, untuk membandingkan keberhasilan dan kemampuan siswa program akselerasi belajar dengan program reguler bisa dilakukan antara lain dengan menyertakan siswa akselerasi dalam ulangan umum bersama dengan siswa program regular. Bila tidak memungkinkan, maka dapat ditempuh dengan cara lain, yaitu menggunakan alat-alat evaluasi untuk program reguler kepada siswa program akselerasi.
(3) Ujian Akhir Nasional
Ujian Akhir Nasional akan diikuti oleh siswa pada tahun kedua untuk SMP bersamaan dengan pelaksanaan UAN siswa regular. Laporan hasil pendidikan (Rapor) siswa program akselerasi belajar mempunyai format sama dengan siswa regular. Pembagian dan tanggal diberikannya sesuai dengan kalender pendidikan program akselerasi yang telah disusun secara khusus.
d. Sarana dan Prasarana
Disamping sarana dan prasarana yang sudah tersedia bersama-sama dengan program reguler, untuk mengarahkan pada pengembangan kemampuan akademis yang seimbang dengan pengembangan etika dan estetika, sekolah penyelenggara program akselerasi juga diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang mencakup:
a) Kegiatan Intrakurikuler, meliputi:
(a) Ruang belajar yang memadai dan formasi tempat duduk yang mudah dipindah-pindah sesuai dengan keperluan.
(b) Kelengkapan ruang belajar yang menyediakan alat bantu dan sarana pembelajaran ruangan tersebut, seperti: OHP, wireless, atlas, buku pelajaran, dan buku referensi lain (kamus, ensiklopedia, media elektronik, dan media pembelajaran lainnya).
(c) Kondisi ruang belajar yang menyenangkan dengan sirkulasi udara yang baik, dan dengan penerangan yang cukup dan musik selingan agar siswa merasa betah dan tekun melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas (tatap muka).
b) Kegiatan Ekstrakurikuler, meliputi:
(a) Sarana kegiatan yang membentuk kreativitas, seperti: olah raga, kesenian, keterampilan, dan sosialisasi.
(b) Sarana pembinaan akhlak, kepribadian, kedisiplinan, halaqoh, dan kemasyarakatan.
(c) Sarana pengembangan inteklektual, karya ilmiah remaja, dan lomba-lomba.
e. Pembiayaan
Dana yang diperlukan program akselerasi relatif lebih besar dibandingkan dengan dana yang diperlukan dalam program reguler. Untuk itu keberhasilan pelaksanaan program tersebut sekolah penyelenggara berupaya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan tidak mengikat dengan berbagai pihak, pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait lainnya. Peran aktif orang tua murid dalam pengadaan dana sebagaimana halnya pembinaan kegiatan penunjang lainnya mutlak diperlukan oleh sekolah. Seluruh anggaran biaya dibebankan kepada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) MTs PPMI Assalaam Surakarta.
B. Data dan Analisisnya
1. Data dan Analisisnya Kelas Akselerasi Putra
a Analisis Hasil Data Angket
Angket diberikan kepada guru dan siswa. Angket guru digunakan untuk memperoleh informasi mengenai motivasi guru mengajar, persiapan guru sebelum kegiatan belajar mengajar, bagaimana upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, frekuensi penggunaannya, hambatan yang dihadapi, dan harapan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di kelas akselerasi. Sedangkan angket siswa digunakan untuk memperoleh informasi mengenai ketertarikan terhadap pokok bahasan, persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar, umpan balikan dari upaya guru mengadakan keterampilan tersebut, tanggapan mengenai kegiatan belajar mengajar, hambatan yang dihadapi dalam belajar, dan harapan guru yang baik dalam mengajar.
1). Analisis Hasil Data Angket Guru
Dari angket yang diberikan kepada guru maka peneliti dapat memperoleh informasi mengenai motivasi guru mengajar, persiapan guru sebelum kegiatan belajar mengajar, bagaimana upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, frekuensi penggunaannya, hambatan yang dihadapi, dan harapan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di kelas akselerasi sebagai berikut:
1. Motivasi mengajar guru
Motivasi guru mengajar matematika adalah: ingin meningkatkan kecerdasan, senang, sebagai pembantu dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagai salah satu tanda-tanda ayat kauniyah.
Motivasi merupakan faktor penting dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang guru hendaknya mempunyai visi yang besar terkait dengan tujuan apa yang hendak dicapai dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Motivasi ini dapat menjadi daya dorong bagi guru dalam melaksanakan tugasnya, menyangkut mengapa dia melakukan hal demikian dan apa yang diinginkan dari melakukan hal tersebut. Motivasi guru sebagai pendidik dan pengajar harus bagus. Motivasi utama dalam melakukan segala sesuatu pada dasarnya memang dalam rangka untuk beribadah, memberikan banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Namun guru sebagai manusia biasa terkadang juga mempunyai motivasi sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
Seseorang melakukan sesuatu pada awalnya memang harus merasa senang dulu dengan apa yang ingin dilakukannya, tanpa ada rasa keterpaksaan dari pihak tertentu. Dengan perasaan senang tersebut akan menimbulkan kesadaran dalam diri mengenai usaha optimal apa yang harus dilakukannya, agar tujuan dapat tercapai. Demikian halnya sebagai seorang guru, dalam hal ini mata pelajaran matematika, guru juga harus senang dengan matematika. Dengan perasaan senang tersebut maka ia akan berusaha membuat siswa juga senang dengan matematika, sesuai dengan rasa senang yang dirasakannya.
Guru dalam menyampaikan suatu bidang ilmu senantiasa berupaya juga dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan siswa, berusaha seoptimal mungkin agar siswa dapat memahami semua yang disampaikannya, dan menguasai ilmu yang dimilikinya, atau bahkan dapat mengembangkannya melebihi ilmu yang dimiliki seorang guru. Guru dalam mengajar senantiasa berupaya juga memberikan pemahaman kepada siswa mengenai segala sesuatu yang disampaikan dapat memberikan manfaat riil dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam mempelajari ilmu dapat mengetahui manfaatnya, siswa akan termotivasi untuk mempelajari, segala sesuatu yang dipelajari tidak di rasa sia-sia, apalagi untuk mata pelajaran matematika yang objeknya penuh dengan simbol-simbol, serta perhitungan yang rumit, ditambah lagi pobia siswa terhadap matematika yang merasa bahwa matematika itu sulit. Meskipun terkadang ada juga materi atau ilmu yang diajarkan, guru belum mengetahui manfaat riilnya untuk apa, namun senantiasa berupaya senantiasa berusaha untuk mengkaji lebih dalam agar mengetahui penerapannya. Mereka harus yakin bahwa segala bidang ilmu yang dipelajari pasti pada awalnya ada sesuatu permasalahan yang harus dipecahkan dengan ilmu tersebut, hanya saja sekarang belum mengetahuinya.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mempelajari sesuatu adalah dalam rangka untuk mengkaji ayat kauniyah Allah, yaitu dalam mempelajari segala sesuatu yang ada di alam semesta dalam rangka mengetahui kebesaran Allah, meningkatkan ketaqwaan, mengetahui hakikat hidup yang sebenarnya, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semua karena Allah.
2. Persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar
Persiapan guru sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu: membuat rencana pengajaran, menganalisa soal, dan membuat alat peraga.
Persiapan senantiasa berupaya dilakukan guru sebelum mengajar, apalagi bagi mereka yang belum lama ditugaskan untuk mengajar. Membuat rencana pengajaran dapat membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar nantinya agar dapat terencana seperti apa yang diharapkan, penyampaian materi akan sesuai dengan target waktu yang direncanakan. Hal demikian tidak menjadi permasalahan bagi mereka yang telah lama mengajar. Pada awalnya guru yang telah lama mengajar memang sudah membuat rencana pengajaran, tinggal untuk selanjutnya menyesuaikan atau menyempurnakannya, tidak harus membuatnya setiap akan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Menganalisa soal juga penting diperhatikan. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat soal-soal baru, memodifikasi soal yang ada, jangan sampai hal yang disampaikan sama terus dari tahun ke tahun, apalagi siswa sudah mampu menebak dengan mempelajarinya dari kakak tingkat sebelumnya. Guru dapat juga meneliti dan menganalisis kecenderungan siswa dalam mengerjakan soal, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana pengecoh dalam soal.
Guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat alat peraga. Penggunaan alat peraga harus efektf, mengenai sasaran, dan itu memang benar-benar dibutuhkan agar mempermudah pemahaman siswa. Alat peraga terkadang juga dapat menggambarkan penerapan langsung dari objek dalam kehidupan riil, sehingga siswa akan termotivasi untuk mempelajari, tahu manfaatnya, yang dipelajari tidak dirasa sia-sia. Materi pelajaran yang dirasa siswa dapat memahaminya tanpa adanya alat peraga, tidak perlu menggunakannya. Selain mempermudah guru, juga efesiensi waktu dalam penyampaiannya.
3. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar kelas akselerasi adalah metode problem solving, dengan alasan model ini sangat tepat dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran dengan metode problem solving dapat juga diterapkan di kelas akselerasi. Dengan metode tersebut anak akan selalu dihadapkan pada suatu permasalahan, untuk selanjutnya berusaha mencari pemecahannya. Dengan demikian akan dapat melatih kreatifitas siswa dalam upaya mencari pemecahan masalah, akan dapat melatih kemampuan berpikir siswa.
4. Keterampilan Guru Mengadakan Variasi
a. Variasi Gaya Mengajar
1). Variasi suara.
Dalam mengadakan variasi suara, guru menggunakan intonasi berbeda, kadang bersifat humor.
Untuk variasi suara, cepat lambat, tinggi rendah disesuaikan dengan situasi dan maksud tertentu. Dalam penyampaian penjelasan, sikap semangat guru nampak melalui suara yang agak keras/tinggi dan mantap. Terkadang suara guru terdengar lebih keras melebihi suara siswa ketika ramai. Hal ini secara tidak langsung dapat digunakan sebagai teguran. Dengan suara yang agak keras tersebut dengan sendirinya siswa akan sadar untuk berhenti ribut. Atau kalau tidak siswa lain yang akan menegur. Suara agak keras juga digunakan ketika guru memberi penekanan pada hal yang dirasa penting, sehingga siswa antusias untuk memperhatikan. Suara agak sedikit melambat ketika guru meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau ketika bertanya. Dengan suara yang agak melambat ini, apa yang diucapkan guru akan dengan mudah dapat dipahami, selain itu secara tidak langsung juga memberi waktu berpikir bagi siswa. Variasi suara yang disesuaikan dengan situasi dan ekspresi tubuh akan menjadikan penampilan guru menarik, apalagi kadang guru bersifat humor, suara disesuaikan dapat mengurangi rasa kebosanan siswa.
2). Perubahan mimik dan gerak
Perubahan mimik dan gerak dilakukan dengan senantiasa tersenyum, kadang menunjukkan sikap marah.
Sikap humor dan selalu tersenyum membuat mimik wajah guru selalu nampak ceria, membuat siswa yang memandang menyenangkan, tidak nampak ‘horor’, sehingga membuat siswa rileks dalam belajar, tidak tegang, merasa tertekan, atau bahkan merasa takut dengan guru. Dalam tersenyum dilakukan secara tulus, spontan, dan tidak dibuat-buat, serta tidak dilakukan dengan pandangan yang sinis. Gerakan anggota tubuh disesuaikan dengan ekspresi ucapan, tidak monoton, atau bahkan hanya diam saja. Mimik dan gerak dapat juga digunakan sebagai teguran halus ketika ada siswa yang ramai, kurang memperhatikan, atau melakukan perbuatan yang kurang berkenan lain yang dirasa guru menganggu aktivitas belajar mengajar. Teguran ini dilakukan guru dengan mengerutkan dahi, sambil tersenyum, dan diam sebentar, anak dengan sendirinya sudah tanggap. Sikap dan penampilan guru yang seperti ini akan senantiasa membuat hubungan guru dan siswa menyenangkan.
3). Pemberian waktu hening dalam pembicaraan
Waktu hening dilakukan guru ketika memberi tugas atau latihan, memberi pada jawaban, dan memberi waktu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Waktu hening atau diam sejenak dilakukan guru ketika memberi tugas atau latihan. Waktu tersebut diberikan agar siswa apat berpikir sebentar, mencoba mengerjakan, untuk selanjutnya maju mengerjakan ke depan. Pemberian waktu ketika berlatih, memberi kesempatan berpikir dan mencoba, minimal siswa akan mendapat gambaran apakah bisa mengerjakan atau tidak, sehingga sewaktu maju akan sedikit menimbulkan perasaan tenang. Ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, guru juga diam sebentar untuk memberi waktu berpikir dan menunggu jawaban. Begitu pula ketika guru meminta siswa untuk menyimpulkan sendiri mengenai materi yang telah guru sampaikan, guru diam sebentar agar siswa berpikir untuk menyimpulkannya.
4). Melakukan kontak pandang
Kontak pandang dilakukan guru dengan mengelilingi anak dari satu meja ke meja lain.
Dalam melakukan kontak pandang diupayakan guru merata ke seluruh siswa dan tidak pilih kasih. Kontak pandang dapat dilakukan guru sambil berdiri atau duduk di depan kelas, maupun berjalan keliling sambil menghampiri siswa. Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap/cara kontak pandang guru dengan siswa yang menyenangkan, tidak terlihat sinis, menunjukkan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga membuat siswa merasa selalu diperhatikan, baik kepada siswa yang melakukan perbuatan yang menyenangkan, maupun kepada mereka yang melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar.
5). Perubahan posisi
Perubahan posisi guru dilakukan dengan berpindah di depan dan di belakang.
Perubahan posisi guru yang tidak monoton atau bervariasi akan dapat mempertahankan perhatian siswa. Gerak ke depan ke belakang, ke kiri ke kanan, berdiri dan duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika guru menjelaskan materi, guru berdiri di depan kelas, kadang ke tengah selama masih dapat dilihat atau diperhatikan oleh seluruh siswa. Guru kadang duduk di kursi guru setelah selesai menjelaskan, sambil menanti siswa mencatat, begitu pula ketika siswa mengerjakan latihan soal, sambil sesekali berjalan keliling untuk berusaha mengontrol siswa yang bisa mengerjakan maupun yang tidak.
6). Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Pemberian tekanan terhadap butir yang penting dilakukan guru dengan diulang-ulang sampai dua kali dan menyuruh siswa mengulangnya sendiri.
Pemberian tekanan terhadap materi ataupun hal-hal yang penting, yang dirasa harus diperhatikan siswa selalu dilakukan oleh guru. Bentuk penekanan ini diusahakan menarik perhatian siswa, dapat membuat hal yang harus diperhatikan itu benar-benar dipahami oleh siswa, yang pada akhirnya akan selalu diingat. Pemberian tekanan ini biasa dilakukan guru dengan menggunakan kata ‘perhatikan’ atau ‘perhatian’. Kadang juga dengan menulis kesimpulannya di papan tulis. Penekanan terhadap hal yang penting kadang diulang-ulang agar siswa lebih paham, apalagi kalau siswa senidri yang mengulangnya, siswa akan lebih mudah ingat, karena diucapkan sendiri.
Variasi gaya mengajar tersebut selalu dilakukan oleh guru sebagai salah satu keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Variasi gaya mengajar guru yang menyenangkan, dengan sikap yang ramah, senantiasa tersenyum, dan humoris yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan akan membuat siswa senang dengan guru. Siswa dapat belajar dengan serius tapi santai. Serius dalam arti tetap komitmen untuk belajar, namun tetap santai, tidak tegang, merasa tertekan, atau bahkan takut dengan guru. Gaya mengajar senantiasa berupaya juga mencerminkan keteladanan bagi siswa, baik dalam bersikap maupun bertingkah laku. Secara tidak langsung, sedikit atau banyak, siswa dalam bersikap dan bertingkah laku juga memperhatikan guru, karena mereka orang yang memberikan pelajaran kepada dirinya.
Terdapat hambatan guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar, yaitu anak sulit menangkap pokok bahasan, sehingga harus diulang-ulang. Upaya untuk mengatasinya dengan berupaya melakukan variasi model pembelajaran baru.
Sulitnya siswa dalam memahami pokok bahasan memang dapat menjadi hambatan dalam mengadakan gaya mengajar bagi guru. Sikap sabar, pemberian motivasi dan nasehat merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru. Guru harus sabar mengulang-ulang penjelasan, namun juga perlu penekanan bagi siswa untuk lebih giat belajar agar cepat paham, karena untuk efisiensi waktu. Guru berusaha lebih kreatif lagi mencari model pembelajaran baru yang mungkin dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa.
b. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Pengajaran
Dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru menggunakan media pembelajaran berupa: sepeda dan pralon untuk mempermudah pemahaman siswa disamping media biasa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka.
Penggunaan media atau alat bantu memang perlu dilakukan oleh guru dalam rangka mempermudah pemahaman siswa. Selain media pokok untuk penjelasan materi seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka, guru senantiasa berupaya lebih kreatif untuk menyediakan media lain yang behubungan dengan materi. Pada saat awal kegiatan belajar mengajar pokok bahasan, guru mengunakan sepeda, khususnya bagian gear dan rantai sebagai ilustrasi kedudukan dua lingkaran. Secara tidak langsung penggunaan media atau alat bantu yang riil dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran, karena mengetahui penerapannya. Pralon dan benang digunakan ketika membahas sub pokok bahasan menghitung panjang sabuk lilitan minimal, yaitu dengan membandingkan menghitung dengan rumus dan menghitung dengan penggaris.
Penggunaan media tidak selalu digunakan dalam setiap pertemuan, tergantung sub pokok bahasan, kadang kurang cocok untuk satu dan lain pokok bahasan. Media digunakan ketika memang benar-benar di butuhkan, ketika siswa memang dirasa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang hanya dengan membaca atau cukup menjelaskan dengan ilustrasi saja. Jika materi yang diajarkan sudah dirasa cukup mudah untuk dipahami siswa hanya dengan memberikan ilustrasi saja, maka guru tidak menggunakan alat bantupun tidaklah mengapa. Selain mempermudah guru sendiri, juga efisiensi waktu. Mengingat untuk menyiapkan media, guru juga butuh waktu dan biaya, selain itu ketika siswa praktek menggunakan media di kelas akan terlalu menyita banyak waktu.
Terdapat hambatan yang dialami guru dalam upaya menggunakan media pembelajaran, yaitu kadang media yang dibutuhkan, di sekitar tidak ada, sehingga harus buat sendiri.
Pengadaan laboratorium alat peraga memang perlu dalam sekolahan.Laboratorium ini nantinya berisi alat-alat peraga yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang benar-benar membutuhkan. Dengan demikian dapat digunakan untuk beberapa kali, sehingga guru tidak harus membuat sendiri ketika akan mengajar. Laboratorium alat peraga juga dapat digunakan sebagai penelitian dan pengembangan alat peraga yang lebih sesuai untuk tahun berikutnya.
Variasi bahan atau materi pelajaran dilakukan guru dengan menambah literatur dan diskusi dengan guru lain. Dengan memperbanyak referensi lain disamping buku pegangan pokok yang digunakan siswa akan dapat saling melengkapi kekurangannya. Selain itu juga dapat untuk saling membandingkan isi materi mana yang lebih mudah dipahami. Diskusi dengan teman guru juga dapat dilakukan agar dapat menyamakan pemahaman konsep atau bertukar pengalaman. Apalagi dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelas, putra dan putri dengan guru yang berbeda pula, sehingga diskusi dengan guru yang lain diperlukan dalam rangka menyamakan pemahaman materi.
Variasi bahan pengajaran tersebut diupayakan selalu dilakukan guru, karena pengalaman mengajar setiap guru kadang berbeda. Penggunaan literatur lain dan diskusi dengan guru memang sesering mungkin perlu dilakukan, agar dapat saling bertukar pendapat dan ketika ada suatu permasalahan dapat dibahas bersama.
Dalam mengadakan variasi bahan ajar guru tidak mengalami kesulitan, karena dengan mudah dapat dicari ditoko-toko buku, atau bisa tanya teman guru yang lain. Diskusi dengan guru pun dapat dilakukan kapan saja, karena sering bertemu dan jarak rumah yang dekat dalam satu komplek.
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Upaya mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa dilakukan guru dengan menyuruh siswa maju ke depan dan melakukan diskusi kelompok. Secara umum, kegiatan siswa dalam aktivitas belajar mengajar sebagai berikut: Pertama guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mencatat dan memperhatikan, kemudian memberikan contoh soal beserta pemecahannya. Setelah itu memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh semua siswa, untuk kemudian beberapa orang dari mereka mengerjakan maju ke depan. Perlakuan seperti ini dapat melatih rasa tanggung jawab dan keberanian siswa untuk mengemukan jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, karena terkadang guru juga meminta siswa yang bisa maju ke depan untuk menjelaskan kepada teman yang lain. Selain itu juga dapat mendorong siswa untuk serius barlatih, karena harus maju mengerjakan. Ketika ada siswa yang maju mengalami kesulitan dalam mengerjakan, guru selalu berusaha memberikan petunjuk. Kegiatan diskusi kelompok dilakukan guru sekali dalam satu pokok bahasan, agar kegiatan belajar mengajar lebih bervariatif dan tidak menjenuhkan. Dalam kegiatan diskusi, siswa dilatih untuk presentasi dan menyelesaikan permasalahan dengan kerjasama, siswa juga terdorong untuk belajar dulu sebagai persiapan diskusi.
Upaya guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa tersebut tidak selalu dilakukan setiap kali pertemuan. Kegiatan siswa jika dibuat monoton akan dapat menimbulkan kejenuhan. Pelaksanaan diskusi kelompok hanya dilakukan satu kali dalam satu pokok bahasan dengan harapan siswa tidak bosan dengan kegiatan belajar yang biasa-biasa saja. Untuk berlatih soal dan maju ke depan, guru selalu melaksanakannya setiap kali pertemuan agar siswa berusaha berlatih terus.
Terdapat hambatan yang dihadapi guru dalam upaya mengadakan variasi di atas. Hambatannya adalah kadang anak tidak siap benar dan paham benar. Upaya yang berusaha dilakukan guru dengan diberi model diskusi dan soal yang variatif. Anak yang tidak siap benar dan paham benar kemungkinan karena anak kurang belajar dahulu sebelum kagiatan belajar mengajar, sebab jika dilihat dari tingkat intelegensinya, anak akselerasi merupakan anak yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Anak yang kurang siap dan kurang bisa memahami materi yang disampaikan guru memang menjadi hambatan, karena guru kadang harus banyak mengulang-ulang kembali penjelasan yang telah disampaikannya, sehingga banyak waktu yang terbuang hanya ada beberapa anak yang kurang bisa cepat paham. Mengingat waktu belajar kelas akselerasi yang singkat, perlu sekali bagi guru untuk memberi penekanan kepada siswa agar lebih giat belajar lagi. Ketika kegiatan diskusi kelompok, siswa memang kelihatan belum siap benar, karena belum terbiasa melakukannya, sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia.
5. Keterampilan Guru Mengelola Kelas
a. Penciptaan Kondisi Belajar Optimal
1). Sikap tanggap guru.
Sikap tanggap guru dilakukan dalam bentuk:
a ). Memandang siswa secara seksama
Upaya guru dalam memandang siswa secara seksama kadang dengan berputar dari meja satu ke meja yang lain. Posisi berputar dari meja satu ke meja yang lain secara merata dengan pandangan kepada siswa yang memberi kesan bersahabat dan antusias, dapat memperlihatkan rasa perhatian guru kepada mereka, sehingga dapat mendorong siswa untuk memperhatikannya. Kontak pandang yang dilakukan guru dilakukan kepada mereka baik yang melakukan tindakan yang menyenangkan maupun kepada mereka yang melakukan perbuatan yang dirasa kurang berkenan sebagai respon guru dari apa yang mereka lakukan.
b ). Gerak mendekati
Gerak mendekati sebagai sikap tanggap guru sering dilakukan. Gerak mendekati dilakukan guru ketika mengontrol catatan atau latihan, serta ketika melihat masing-masing jawaban. Gerak mendekati memang perlu dilakukan sebagai wujud perhatian guru kepada murid, mendorong siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika siswa mencatat atau berlatih soal guru berputar keliling mendekati siswa untuk mengontrolnya. Hal ini menunjukkan sikap peduli dan antusias, mendorong siswa untuk serius berlatih, serta guru dapat mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dan mana yang tidak.
c ). Pemberian pernyataan
Upaya guru dalam memberikan pernyataan kepada siswa dengan memberikan penekanan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham. Guru perlu sekali memberikan pernyataan-pernyataan kepada siswa dengan harapan untuk selalu diperhatikan. Pernyataan guru yang sering dilakukan berupa nasehat-nasehat, baik ketika siswa melakukan hal yang positif maupun ketika melakukan hal yang kurang berkenan. Belajar matematika memang tidak cukup hanya dengan menghafal saja, butuh banyak latihan.
d ). Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa
Dalam memberikan reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa, upaya yang dilakukan guru dengan menasehati dan memberi tugas. Nasehat sangat perlu bagi mereka yang melakukan hal yang dirasa menggangu kelancaran aktivitas belajar mengajar. Nasehat yang diberikan tentu saja suatu hal yang dapat meningkatkan kesadaran diri siswa untuk tidak lagi melakukan hal yang kurang baik tersebut. Kesabaran guru dibutuhkan dalam menanggapi mereka, karena secara psikologis mereka masih anak-anak. Guru harus berusaha untuk memahami mereka. Nasehat tentunya tidak dilakukan dengan marah-marah atau melakukan tindakan yang dapat menyinggung perasaan, yang membuat siswa merasa down. Pemberian tugas bagi mereka yang melakukan tindakan yang kurang menyenangkan dapat dilakukan guru, namun juga dengan memperhatikan tugas lain siswa di luar kegiatan belajar mengajar. Sanksi positif tersebut diharapkan selain membuat siswa jera, diharapkan juga bermanfaat bagi mereka. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan tersebut. Kenakalan anak hanya sebatas ramai atau ribut saja. Itupun dapat diatasi tanpa harus terjadi konflik yang serius. Anak lain yang menegur sudah dapat menenangkan suasana kembali, mereka sudah tanggap.
Sikap tanggap tersebut berusaha selalu dilakukan guru dalam setiap pertemuan, karena pelajaran matematika tanpa hal di atas kurang berhasil. Sikap tanggap guru terhadap segala aktivitas siswa secara moral dapat menggugah perasaan siswa bahwa dia benar-benar diperhatikan, untuk selanjutnya siswa lebih bersemangat dalam belajar.
Terdapat hambatan guru dalam berusaha bersikap tanggap, yaitu tidak semua siswa benar-benar paham. Upaya yang coba dilakukan untuk mengatasi ialah dengan memberi remidi, pengayaan, dan tes ulangan. Kekurang pahaman siswa terhadap materi maupun sikap tanggap guru memang dapat menjadi penghambat dalam upaya guru mengadakan sikap tanggap. Kesalahpahaman yang terjadi, ketika guru berniat baik kadang siswa menyalah tafsirkan negatif, guru dikira marah, sehingga akan menimbulkan hal yang kurang menyenangkan. Kekurang pahaman siswa akan menjadi penghambat, karena perhatian guru akan lebih banyak tertuju kepada mereka yang selalu mengalami kesulitan, sehingga terlalu banyak menyita waktu. Apalagi jika yang kesulitan belajar hanya diam saja terus tidak mau bertanya, guru menjadi kesulitan juga dalam meresponnya.
2). Membagi Perhatian
Upaya guru dalam membagi perhatian kepada siswa ialah dengan berusaha menghafal nama dan karakteristik siswa masing-masing. Dengan menghafal nama dan berusaha memahami karakteristik siswa, guru akan menjadi paham benar akan apa yang sedang dialami siswa, permasalahan yang sedang di hadapi, sehingga mempermudah guru dalam membagi perhatian dengan memberikan nasehat dan pendekatan yang dapat menimbulkan motivasi. Dalam membagi perhatian diusahakan tidak pilih kasih, tidak hanya kepada mereka yang pandai saja atau sebaliknya, tetapi diusahakan merata.
Upaya tersebut selalu berusaha dilakukan guru, karena sebagai kunci keberhasilan seluruh siswa. Perhatian guru sebagai respon dari apa yang dilakukan atau dialami siswa, sehingga siswa benar-benar merasa diperhatikan oleh guru tidak merasa diacuhkan.
Terdapat hambatan yang dialami guru dalam upaya membagi perhatian, yaitu kadang tidak seluruh siswa hafal, karena banyaknya mengajar. Solusi yang berusaha dilakukan dengan tetap berusaha memahami masing-masing karakteristik siswa. Banyaknya jam mengajar, apalagi untuk kelas yang berbeda-beda akan mempersulit guru dalam menghafal nama, apalagi karakteristiknya, sehingga akan sulit pula untuk guru berusaha menindaklanjuti mereka, baik yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah.
3). Memusatkan Perhatian Kelompok
Upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, khususnya diskusi kelomok kecil ialah dengan membagi kelompok yang bervariasi, mengarahkan/pendahuluan dalam bentuk nasehat, menilai dan megumumkan hasil penilaian.
Dalam kegiatan diskusi kelompok, hal pertama yang dilakukan adalah
membagi kelompok yang bervariasi, dalam artian dalam satu kelompok merata, ada yang pandai dan ada yang kurang, ada yang aktif dan yang kurang aktif, jangan sampai dalam satu kelompok hanya terdiri dari siswa yang pandai saja, aktif semua atau sebaliknya. Hal ini agar diskusi dapat hidup, ada yang aktif ada yang kurang, sehingga mereka dapat saling bertukar pengalaman. Untuk menciptakan perhatian siswa, guru memberikan arahan berupa nasehat dan petunjuk yang harus diperhatikan dalam diskusi. Komentar diberikan ketika ada yang dirasa kurang atau diperbaiki bagi kelompok selanjutnya atau yang sudah maju agar diskusi kelompok yang selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Menilai dan kemudian mengumumkan hasilnya perlu dilakukan guru. Penekanan ini dapat menjadi motivasi bagi siswa agar aktif dan berusaha seoptimal mungkin untuk bersaing mendapat nilai terbaik.
Upaya tersebut berusaha selalu dilakukan guru terutama ketika diskusi kelompok, karena sebagai kesempurnaan dalam tugas sebagai guru. Juga sebagai kelancaran jalannya diskusi.
Terdapat hambatan dalam membagi perhatian kelompok, yaitu kadang siswa tidak siap, kadang ada siswa yang ingin menonjol. Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan diskusi memang sebagian besar siswa kurang meempersiapkan diri, khususnya persiapan materi yang akan didiskusikan, sehingga kurang bisa berjalan dengan lancar, terlalu banyak waktu terbuang sia-sia. Selain itu juga kekurang siapan siswa dalam proses diskusi karena belum terbiasa, sehingga petunjuk atau rambu-rambu kerja kelompok harus sering ditekankan. Adanya siswa yang ingin bersikap menonjol kadang juga menjadi hambatan. Siswa yang demikian jika terlalu berlebihan akan merasa ‘paling’, sehingga kadang kurang mau bekerja sama atau mendengar masukan dari orang lain, kurang mau memberi kesempatan siswa lain untuk berpendapat. Pemberian nilai yang berbeda meskipun hanya sedikit akan memotivasi siswa lain untuk sama-sama aktif.
4). Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Upaya yang dilakukan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa dengan menekankan komitmen akan tugas-tugas adalah sebagai salah satu keberhasilan siswa, maka harus dinilai dan diberi komentar. Menumbuhkan komitmen siswa akan tanggung jawabnya terhadap tugas memang harus dilaksanakan oleh guru. Menumbuhkan kesadaran dalam diri daripada keterpaksaan akan menimbulkan efek positif ke siswa. Dengan kesadaran diri, siswa akan beranggapan hal tersebut sebagai kebutuhan, lalu senang untuk melakukannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk, misalnya siswa kurang terlibat terhadap tugas-tugas dalam belajar seperti tidak mau mengerjakan tugas, maka guru dapat memberi penilaian serta memberi komentar berupa nasehat yang membangun sebagai motivasi bagi siswa agar bertanggung jawab terhadap keterlibatannya pada tugas-tugas.
Guru selalu berupaya menekankan kesadaran dalam diri siswa untuk selalu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai siswa. Menekankan komitmen siswa terhadap tanggung jawabnya pada tugas-tugas dalam belajar, yang berupa latihan soal, baik dikumpulkan atau tidak, maupun hanya belajar di rumah, memang harus selalu dilakukan guru. Tugas sangat ditekankan dalam pelajaran matematika, karena tanpa banyak belajar dan berlatih akan mengalami kesulitan.
Terdapat hambatan dalam upaya guru menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas dalam belajar. Hambatan tersebut adalah ada siswa yang tidak mengerjakan tugas, ada yang alasan lupa. Alasan tersebut kemungkinan karena memang tugas siswa di luar jam kegiatan belajar mengajar sudah terlalu banyak. Guru lebih banyak memberikan toleransi kepada siswa dengan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang sering dikumpulkan, bahkan untuk latihan soal dan belajar di rumah pun guru tidak terlalu banyak menuntut, hanya mengharapkan kesadaran dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
5). Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Upaya yang dilakukan guru dalam memberikan petunjuk yang jelas dengan mengawalinya dengan pertanyaan, memotivasi akan pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Petunjuk diberikan kepada siswa yang membutuhkan, yang mengalami kesulitan, maupun kepada mereka yang bertanya. Petunjuk diberikan terhadap suatu permasalahan, sehingga guru sering memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan, setelah itu jika mengalami kesulitan dalam memahami, baru guru memberikan petunjuk. Penyampaian pemberian petunjuk senantiasa berupaya dengan cara yang menyenangkan, tidak dengan marah-marah atau melakukan hal yang menyinggung perasaan siswa. Guru juga memberi petunjuk akan pentingnya belajar matematika, terutama penerapannya dalam kehiduan sehari-hari, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar, karena yang mereka pelajari memang bermanfaat.
Upaya memberikan petunjuk yang jelas berusaha selalu dilakukan guru, karena kalau tidak, siswa cenderung dengan image matematika pelajaran yang sulit. Permasalahan yang muncul pada umumnya ialah kesulitan dalam mengerjakan soal-soal. Dalam memberikan petunjuk dibutuhkan kesabaran jika siswa memang membutuhkan penjelasan yang lebih. Guru harus berusaha meghilangkan image bahwa matematika itu sulit. Berikan penjelasan bahwa belajar matematika menyenangkan, matematika merupakan sesuatu yang menantang dan menarik untuk dipelajari, melatih daya pikir dan logika.
Terdapat hambatan dalam upaya guru memberikan petunjuk yang jelas, yaitu anak ada yang tidak suka matematika, anak mungkin ada yang IQnya kurang dari 100. Upaya yang berusaha dilakukan dengan selalu menekankan latihan soal-soal. Anak yang kurang suka terhadap materi yang dipelajari dalam hal ini matematika memang dapat menjadi hambatan dalam memberikan petunjuk. Jika pada awalnya siswa sudah tidak suka, maka mereka akan enggan untuk mempelajarinya. Ketika merekaenggan untuk belajar, bagaimanapun guru menjelaskan, memberikan petunjuk terhadap suatu permasalahan yang dialami, akan sulit untuk dipahami oleh siswa. IQ kurang dari 100 dapat juga menjadi hambatan. Akan tetapi anak aksel yang diterima ialah mereka yang sudah melalui seleksi berdasarkan ketentuan yang ada, sehingga IQ anak sudah pasti diatas 125 atau tergolong cerdas. Penekanan guru terhadap pentingnya banyak latihan soal perlu agar siswa cepat paham, sehingga guru mudah dalam memberikan petunjuk, karena siswa sudah belajar dahulu.
6). Memberikan Teguran
Upaya yang dilakukan guru dalam memberikan teguran dengan diam sebentar, kadang marah, dan menasehati anak yang ramai.
Terhadap siswa yang mengganggu aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa berupaya memberikan teguran. Dalam memberikan teguran diupayakan tidak melakukan hal yang dapat menyinggung perasaan siswa. Anak-anak aksel kebanyakan mudah cepat tanggap. Guru diam sebentar ketika siswa ramai atau ribut dengan melakukan kontak pandang, sudah dapat dikatakan sebagai teguran. Siswa akan sadar sendiri atau kadang teman lain yang memperingatkan. Jika dengan diam sebentar siswa masih melakukan hal yang kurang menyenangkan, perlu diberikan nasehat secara lisan. Pemberian nasehat harus mendidik, tidak menyinggung perasaan siswa. Sebisa mungkin hindari marah yang berlebihan, karena akan mengakibatkan hubungan siswa dengan guru menjadi kurang menyenangkan, yang nantinya berimbas ke proses kegiatan belajar mengajar. Guru harus banyak bersabar, beri teladan yang baik. Jika memang terpaksa harus marah jangan berlebihan yang mengakibatkan siswa berkecil hati, terus tidak suka dengan gurunya dan kemungkinan terburuk ialah terus berlanjut tidak suka dengan mata pelajarannya.
Upaya memberikan petunjuk berusaha dilakukan, karena kalau tidak akan mempengaruhi siswa yang serius di kelas. Hanya satu atau dua orang siswa saja yang melakukan hal yang mengganggu aktivitas belajar mengajar akan berimbas kepada yang lain. Anak lain yang serius belajar kadang dapat terganggu, atau mungkin malah bisa terpancing untuk ikut melakukan hal yang kurang menyenangkan tersebut.
Terdapat hambatan guru dalam memberikan teguran kepada siswa, yaitu kadang anak tidak jera, malah siswa lain terganggu. Upaya mengatasi dengan memberikan nasehat agar perbuatan tersebut jangan ditiru siswa yang lain. Anak yang bandel memang sulit untuk diatasi dengan memberikan teguran sekali dua kali, butuh kesabaran. Ketika guru memberikan teguran inginnnya dengan cara halus sudah berhenti, tapi siswa kurang bisa memahami. Jika ditegur dengan nada yang agak keras kadang siswa lain juga terganggu. Interaksi guru dan siswa menjadi kurang menyenangkan. Upaya memberikan nasehat yang menumbuhkan kesadaran pribadi untuk berbuat baik sangat diperlukan agar siswa lain tidak meniru.
7). Memberikan Penguatan
Upaya guru memberikan penguatan dilakukan dengan memberi motivasi, memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari, mengoreksi soal dan yang dapat mengerjakannya diberi nilai. Guru dapat memberikan motivasi kepada siswa sebagai penguatan, memberikan semangat belajar, dan menumbuhkan kesadaran diri untuk belajar lebih giat, karena belajar adalah suatu kebutuhan. Motivasi dapat berupa nasehat dan pujian. Pemberitahuan akan penerapan dalam kehidupan sehari-hari juga akan menarik minat siswa untuk mempelajari, karena siswa menjadi tahu manfaatnya. Mengoreksi latihan soal yang dikerjakan oleh siswa akan dapat memacu siswa untuk berlatih serius, apalagi ketika akan adanya penilaian, hal ini semakin mendorong siswa untuk berbuat yang terbaik.
Pemberian penguatan diupayakan selalu dilakukan guru, karena tanpa hal di atas, siswa akan jenuh dan malas, akhirnya sama tidak bisa. Motivasi merupakan proses memberikan dorongan yang berupa alasan dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya penguatan tersebut diharapkan dapat lebih meningkat atau minimal tetap mempertahankannya.
Terdapat hambatan dalam memberikan penguatan kepada siswa, yaitu harus menunjukkan koreksian, mengajar satu bulan + 147 kali tatap muka, untuk semua kelas yang diampu. Solusi yang berusaha dilakukan dengan tetap mengajar sambil menilai, mengajar matematika minimal 4 jam pelajaran satu minggu. Banyaknya tugas yang diemban oleh guru dalam mengajar dengan banyaknya kelas yang harus diajar dapat menyulitkan guru dalam upaya memberikan penguatan. Guru kurang dapat memahami karakteristik siswa. Begitu pula jika guru harus menunjukkan koreksian jawaban terhadap semua latihan soal, dengan banyaknya siswa yang diampu juga keterbatasan waktu akan sangat kesulitan. Namun mengajar siswa sambil mengadakan penilaian tetap dilakukan untuk mendorong siswa bersaing agar menjadi yang terbaik. Begitu pula dengan penambahan jam pelajaran, akan memberikan waktu dan kesempatan yang lebih bagi guru untuk semakin mengetahui karakteristik siswa untuk kemudian menindaklanjuti bagaimana agar siswa lebih bersemangat lagi dalam belajar.
b. Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
Terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan, guru memberikan sanksi menyuruh anak berdiri di depan kelas, dan mengerjakan satu soal sampai sepuluh kali.
Sanksi dapat diberikan kepada siswa, jika memang siswa sudah diberikan teguran berkali-kali masih tetap melakukan hal yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Pemberian sanksi tersebut diharapkan dapat memberikan pelajaran agar tidak lagi melakukannya. Dengan demikian sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik.
Kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi belum pernah terjadi kejadian yang mengakibatkan guru memberi sanksi yang keras. Kenakalan mereka hanya sebatas ribut kecil saja, itu pun terkadang muncul karena sifat humor guru, sehingga suasana belajar menjadi serius tapi santai. Dengan sendirinya mereka akan sadar untuk kemudian berhenti melakukannya.
6. Harapan Kegiatan Belajar Mengajar Yang Diterapkan di Kelas Akselerasi
Menurut guru, kegiatan belajar mengajar yang tepat diterapkan di kelas akselerasi ialah dengan diskusi, praktek lapangan dengan tugas terstruktur, demonstrasi, tidak terlalu banyak mengulang-ulang materi yang diajarkan, dan ada humornya.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat mencegah timbulnya rasa jenuh yang ada dalam diri siswa. Selain dengan metode ceramah, dimana guru lebih banyak mendominasi kegiatan belajar mengajar dengan penjelasan materi, diperlukan kegiatan lain teutama yang banyak melibatkan siswa. Kegiatan diskusi dapat dilakukan sesekali dalam satu pokok bahasan sebagai variasi. Namun juga perlu diingat bahwa waktu belajar siswa kelas akselerasi lebih singkat dibanding siswa reguler. Kegiatan diskusi yang dilakukan terkadang terlalu banyak menyita waktu, selain itu materi yang ditargetkan kurang bisa optimal tersampaikan kepada siswa. Dengan diskusi siswa dapat termotivasi untuk belajar terlebih dulu sebagai persiapan, melatih keberanian untuk menyampaikan pendapat atau materi, melatih kerjasama dengan siswa lain. Namun disamping itu juga ada efek negatif yang muncul, seperti ada anak yang ingin menonjol, ada siswa yang hanya banyak berharap pada temannya yang aktif, siswa kurang siap diskusi sehingga terlalu banyak waktu terbuang sia-sia. Demonstrasi dengan alat peraga dapat dilakukan untuk materi yang memang dirasa sangat membutuhkan dalam rangka mempermudah pemahaman. Dengan menggunakan alat peraga, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, karena dapat mengetahui penerapannya, tahu manfaat yang dipelajarinya secara riil. Kegiatan belajar yang hanya di dalam kelas saja terkadang juga sangat membosankan. Praktek lapangan dengan tugas terstruktur dapat dilakukan asal dengan pertimbangan yang matang. Untuk pelajaran matematika memang sulit dilakukan, karena materi yang kurang cocok, disamping juga butuh biaya dan waktu yang lebih. Dengan kondisi siswa yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa, diharapkan mereka dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan, guru tidak terlalu banyak mengulang-ulang, efektif waktu. Kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan mendukung sangat diperlukan bagi keberhasilan siswa. Sifat humor yang dimiliki guru akan menumbuhkan suasana belajar yang rileks, santai, tidak tegang atau merasa tertekan, namun tetap serius.
2). Analisis Hasil Data Angket Siswa
Dari angket yang diberikan kepada siswa maka peneliti dapat memperoleh informasi ketertarikan siswa terhadap matematika, persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar, umpan balikan terhadap keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, tanggapan mengenai kegiatan belajar mengajar, hambatan yang dialami, dan harapan mengajar guru yang baik sebagai berikut:
1. Ketertarikan Terhadap Pokok Bahasan
Sebanyak 87,5% siswa menyatakan tertarik dan 12,5% menyatakan tidak terlalu tertarik. Untuk siswa yang tertarik dengan pokok bahasan, 35,74% responden menyatakan alasan karena materi mudah dipahami/dipelajari, 14,28% karena bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, 7,14% menyatakan karena dapat menambah pengetahuan tentang lingkaran, 7,14% karena menggunakan alat peraga, 7,14% karena melatih kreatifitas, 7,14% menjawab karena salah satu pelajaran yang disukai, 7,14% karena mudah dipahami dan penjelasan guru sangat jelas, 7,14% karena kurang memahami, dan 7,14% karena dapat menghitung panjang sabuk lilitan. Untuk siswa yang menjawab tidak terlalu tertarik, 50% menyatakan karena rumus yang sulit, dan 50% karena ingin bisa pelajaran matematika.
Sebagian besar siswa sudah tertarik atau senang dengan pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. Ketertarikan terhadap suatu hal sangat menentukan keberhasilan siswa dalam melakukan sesuatu, dalam hal ini ialah pelajaran matematika, terkhusus pokok bahasan ini. Bila pada awalnya siswa sudah tertarik, untuk selanjutnya dengan kesadaran sendiri mereka akan berusaha seoptimal mungkin mengenai apa yang seharusnya dilakukan, tanpa merasa ada paksaan dari pihak lain. Mereka sadar bahwa belajar dan banyak berlatih adalah suatu kebutuhan dan keharusan agar apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
Ketertarikan siswa secara garis besar ditentukan oleh dua hal, yaitu mengenai materi pelajaran dan guru dalam menyampaikannya. Dari sisi materi, sebagian besar siswa tertarik karena mudah dipahami/dipelajari. Anggapan siswa terhadap suatu hal yang mudah dipahami dapat menarik antusias siswa untuk mempelajari. Hal terpenting dalam mempelajari suatu ilmu ialah ilmu tersebut bermanfaat, baik untuk diri sendiri, maupun bagi orang lain, seperti: dapat menambah pengetahuan, melatih kreatifitas, dapat menghitung, maupun manfaat lain dalam kehiduan sehari-hari atau yang berhubungan dengan ilmu lain. Siswa yang mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari, akan beranggapan bahwa segala sesuatu yang dengan susah payah dipelajari tidak sis-sia. Apalagi matematika yang objeknya penuh dengan simbol-simbol, rumus, dan perhitungan yang rumit. Guru juga berperan dalam menumbuhkan rasa ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan. Betapapun mudahnya materi yang dipelajari, namun jika dalam menyampaikannya guru kurang menarik, kurang menyenangkan, akan dapat menimbulkan kesan yang kurang menyenangkan pula terhadap isi materi, yang sebenarnya mudah dipahami, terus malah bisa menjadi sulit. Kemungkinan terburuk yang dapat timbul ialah jika siswa sudah merasa kurang senang dengan guru, akan berimbas kurang senang pula dengan materi yang disampaikan.
Hanya sebagian kecil siswa yang merasa kurang tertarik dengan pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. Mereka beranggapan materi sulit, apalagi terlalu banyak rumus yang perlu dihafal. Anggapan materi sulit kemungkinan memang dari awal siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan, sulit, penuh dengan rumus, dan perhitungan yang rumit. image jelek tersebut senantiasa berupaya berusaha dibuang dari pikiran. Guru juga berperan dalam hal ini. Image matematika pelajaran yang sulit di awal, secara tidak sadar akan membatasi pikiran siswa hanya tertuju pada sulitnya saja sebelum berusaha mencoba mempelajari. Padahal sebenarnya kemampuan kita bisa lebih dari itu, jika kita punya keyakinan pasti bisa.
2. Persiapan Sebelum Kegiatan Belajar Mengajar
Sebanyak 43,75% siswa menjawab selalu mempersiapkan diri dan 56,25% tidak selalu/kadang-kadang. Untuk yang menjawab selalu mempersiapkan diri: 42,84% persiapannya dengan menaruh buku dan peralatan di atas meja, 14,29% persiapannya dengan belajar dan berlatih soal mengenai materi yang akan diajarkan besok, 14,29% membaca bab terakhir yang diajarkan, 14,29% mengulang dulu dan menjawab soal-soal yang belum terjawab, 14,29% menjawab berdoa dan mempelajari pelajaran yang akan dibahas besok. Untuk yang kadang-kadang, 33,33% menyampaikan pesiapannya dan 66,67% tidak menyampaikan persiapannya. Dari yang menyampaikan persiapannya, 33,33% menyatakan persiapannya kadang baca-baca dikit, 66,67% menyatakan belajar pelajaran yang diajarkan besok.
Siswa yang selalu mempersiapkan diri sebelum pelajaran berlangsung lebih sedikit dibandingkan mereka yang hanya kadang-kadang. Padahal, persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Persiapan tidaklah cukup hanya dengan mempersiapkan sarana dan prasarananya saja, melainkan juga mempelajarinya juga. Mempelajari materi sebelumnya, mengerjakan latihan soal, tugas jika ada, kemudian membaca materi besok yang akan dipelajari senantiasa berupaya senantiasa dilakukan. Namun permasalahan yang muncul tidak semua siswa punya waktu banyak untuk melakukan persiapan seperti itu, sehingga mereka harus berusaha memanfaatkan waktu belajar di sekolah dengan sebaik-baiknya, mereka harus serius untuk benar-benar paham. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa sudah bisa memahami, persiapan yang dilakukan tinggal baca materi yang akan diajarkan besoknya lagi, tidak harus mengulang materi yang kemarin. Persipan yang seperti itu juga dapat membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar, karena anak akan mudah paham, tinggal materi yang kebanyakan siswa belum paham ditanyakan guru, untuk selanjutnya dijelaskan atau di bahas bersama. Proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan cepat dan efisien waktu. Hal yang tak kalah penting ialah dengan banyak berdoa. Segala sesuatu Allah yang menentukan, seberapa besar usaha kita jika Allah belum menghendaki berhasil, maka segala persiapan yang kita lakukan akan sia-sia.
3. Balikan Keterampilan Guru Mengadakan Variasi
a. Variasi Gaya Mengajar
1). Variasi suara.
Ketika ditanya selama pelajaran berlangsung, guru: 93,75% siswa menjawab sangat aktif dan bersemangat, 6,25% menjawab kadang-kadang aktif dan bersemangat. Kemudian ketika ditanya dalam menyampaikan penjelasan, suara guru: 18,75% datar-datar saja dan pelan, 81,25% menjawab kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situsi dan kondisi.
Sikap aktif dan semangat senantiasa dilakukan guru dalam mengajar. Sikap aktif dan semangat guru akan nampak dalam perilakunya ketika mengajar, baik itu gerak tubuh, perubahan posisi, mimik wajah, suara, dan lain sebagainya. Guru yang senantiasa aktif dalam gerakannya tidak monoton, namun berusaha disesuaikan dengan ekspresi ucapan, sesuai dengan situsi dan kondisi. Begitu pula sikap yang bersemangat dalam mengajar, memperlihatkan kesan bahwa memang pentingnya guru untuk menyampaikan materi itu kepada siswa, dan pentingnya siswa untuk memahaminya. Semangat guru juga akan nampak dalam berbicara, suara akan nampak tidak monoton dan datar-datar saja. Suara guru yang bersemangat, lantang akan menarik perhatian, lain halnya jika dalam berbicara, guru kurang bersemangat, kurang memberi kesan bahwa apa yang disampaikan sangat penting untuk dipahami siswa, akan nampak suara guru yang datar-datar saja, kurang menarik, sehingga siswa pun kurang antusias untuk memperhatikan. Suara guru bervariasi, disesuaikan dengan ekspresi wajah, gerak tubuh, situasi dan kondisi. Penilaian terhadap keaktifan dan semangat guru dalam mengajar memang bersifat relatif, menurut pandangan siswa. Namun sikap seperti itu akan nampak dalam perilakunya ketika mengajar. Suara guru terdengar keras dan cepat, mungkin karena guru terlalu bersemangat, ketika siswa ramai, atau memang kondisi guru yang merasa dikejar-kejar waktu untuk cepat menyelesaikan penyampaian materi. Ketika ramai, memang terdengar suara guru lebih keras melebihi suara mereka, dengan harapan dengan suara lebih keras daripada suara mereka ketika ramai, dapat membuat mereka berhenti ribut. Penyampaian guru terkesan terlalu cepat, biasanya dirasakan mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Kesulitan pemahaman mereka terhadap materi sangat tergantung persiapan mereka sebelum pelajaran dimulai, karena untuk tingkat kecerdasan siswa akselerasi sudah tidak diragukan lagi. Siswa yang beranggapan suara guru terdengar datar-datar saja dan pelan memberikan masukan bagi guru agar variasi suara lebih menyesuaikan lagi, tidak terlalu datar dan pelan.
2). Mimik dan gerak
Ketika ditanya selama pelajaran berlangsung, guru: 93,75% siswa menjawab sangat aktif dan bersemangat, 6,25% menjawab kadang-kadang aktif dan bersemangat. Kemudian pada waktu ditanya posisi guru ketika mengajar di kelas: 6,25% menjawab berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah, 93,75% menjawab kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah.
Sikap semangat dan aktif guru akan nampak pula dalam perubahan mimik dan gerak. Wajah yang nampak serius, namun senantiasa tersenyum, tidak dengan wajah sinis, atau pasang tampang seram agar siswa merasa takut untuk selanjutnya memperhatikan, akan membuat siswa merasa senang dalam belajar. Ekspresi wajah guru akan nampak selalu ceria dengan senyum yang tidak dibuat-buat dan sifat humornya. Perubahan posisi guru pun bervariatif, tidak stagnan. Guru kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah. Berdiri di depan kelas kadang ke tengah siswa ketika menjelaskan. Guru duduk ketika istirahat sebentar setelah menjelaskan, menunggu siswa ketika mencatat atau berlatih mengerjakan latihan soal. Gerakan posisi guru tidak dilakukan berlebihan, karena dapat mengganggu perhatian, dan konsentrasi siswa. Adanya siswa yang beranggapan posisi guru hanya berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah memberikan masukan bagi gurru agar lebih variatif lagi dalam mengadakan perubahan posisi.
3). Kontak pandang
Ketika ditanya guru memandang saya selama pelajaran: 37,5% siswa menjawab sering sekali, 56,25% menjawab beberapa kali, dan 6,25% menjawab tidak pernah sama sekali.
Guru melayangkan pandangan diupayakan merata ke seluruh siswa, sebagai upaya guru dalam memberikan perhatiannya. Karena jumlah siswa akselerasi cukup kecil dalam satu kelas, guru tidak begitu mengalami masalah dalam mengadakan kontak pandang. Kontak pandang guru menimbulkan kesan bersahabat dengan siswa, tidak sinis, atau pandangan negatif lain terhadap siswa. Ekspresi wajah yang selalu tersenyum dan ceria akan menimbulkan kesan yang menyenangkan dalam melakukan kontak pandang dengan siswa. Pandangan guru kebanyakan tertuju kepada mereka yang bersikap ekstrem, baik kepada mereka yang pandai dan rajin, maupun kepada mereka yang bermasalah. Kepada mereka yang memiliki kelebihan baik daripada siswa lain, seperti rajin berlatih soal dan selalu bisa mengerjakannya, sering bertanya dan hal positif lainnya. Begitu pula kepada mereka yang terlalu bermasalah, seperti ramai atau kurang memperhatikan, selalu malas berlatih, nilai selalu jelek, dan perbuatan lain yang dirasa dapat mengganggu proses belajar mengajar. Kontak pandang kepada mereka dapat menimbulkan kesan bahwa guru juga memperhatikan. Persentase mereka yang yang mempunyai kelebihan, baik positif maupun negatif lebih sedikit dibandingkan mereka yang biasa-biasa saja. Perhatian guru dalam melakukan kontak pandang kepada siswa yang biasa-biasa saja memang frekuensinya lebih jarang. Untuk mereka yang merasa tidak pernah dipandang oleh guru, mungkin karena mereka sendiri yang kurang memperhatikan sikap guru. Namun dengan perbedaan pendapat tersebut, menunjukkan belum meratanya pandangan guru sebagai wujud perhatiannya pada siswa.
4). Kesenyapan
Pada waktu ditanya ketika pelajaran berlangsung, guru diam sejenak ketika: 25% siswa menjawab siswa ramai, 25% menjawab menarik perhatian siswa, 93,75% menjawab memberi waktu berpikir sejenak ketika memberi pertanyaan.
Guru sering memberi waktu senyap dengan diam sebentar ketika siswa ramai, untuk menarik perhatian siswa, dan memberi waktu berpikir sejenak ketika memberi pertanyaan. Diam sejenak ketika siswa ramai, kurang memperhatikan apa yang disampaikan guru, atau hal-hal negatif lain yang dirasa mengganggu proses belajar mengajar, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai teguran halus, sehingga dengan diam sebentar, siswa akan tanggap untuk berhenti, karena merasa guru kurang suka dengan apa yang dilakukannya. Teguran halus ini menunjukkan ketidak senangan guru terhadap apa yang dilakukan siswa. Guru sebenarnya merasa marah, namun tidak diluapkan secara berlebihan yang nantinya ditakutkan akan menimbulkan hal yang kurang menyenangkan dan menyinggung perasaan. Dengan diam sebentar, guru juga dapat menarik perhatian siswa, ketika mereka dirasa kurang memperhatikan apa yang disampaikan, kemudian tanggap untuk kembali memperhatikan. Diam sebentar juga dilakukan pada saat guru memberi waktu berpikir sejenak ketika memberi pertanyaan. Dengan diam tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan siswa untuk berpikir mengenai jawabannya. Begitu pula ketika menyuruh siswa latihan mengerjakan soal, untuk selanjutnya menyuruh mereka maju mengerjakan di depan. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan mengerjakannya dahulu, sehingga punya gambaran apakah bisa atau tidak. Hal ini untuk mengantisipasi agar siswa yang tidak bisa mengerjakan di depan tidak terlalu banyak menyita waktu. Walaupun terkadang guru juga memaksakan mereka yang tidak dapat mengerjakan untuk maju, dengan membantu memberikan petunjuk mengerjakannya di depan. Namun jarang sekali dilakukan karena terlalu banyak menyita waktu.
5). Perubahan posisi
Ketika ditanya selama pelajaran berlangsung, guru: 93,75% siswa menjawab sangat aktif dan bersemangat, 6,25% menjawab kadang-kadang aktif dan bersemangat. Kemudian pada waktu ditanya posisi guru ketika mengajar di kelas: 6,25% menjawab berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah, 93,75% menjawab kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah.
Sikap semangat dan aktif guru akan nampak pula dalam perubahan posisinya dalam mengajar. Perubahan posisi guru pun bervariatif, tidak stagnan. Guru kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah sesuai dengan situsi dan kondisi. Berdiri di depan kelas kadang ke tengah siswa selama masih bisa dilihat oleh seluruh siswa ketika menjelaskan. Guru duduk ketika istirahat sebentar setelah menjelaskan, menunggu siswa ketika mencatat atau berlatih mengerjakan latihan soal. Guru tidak terlalu banyak melakukan gerakan berlebihan atau sesuatu yang dapat menggangu konsentrasi selama mengerjakan. Gerakan maju mundur, ke depan dan ke belakang dilakukan dalam upaya menarik perhatian dan sebagai variasi agar pandangan siswa tidak hanya tertuju pada satu pusat saja.
6). Pemusatan perhatian
Ketika ditanya terhadap suatu materi atau hal yang dianggap penting, guru: 93,75% siswa menjawab selalu memberikan penekanan, 6,25% menjawab jarang memberikan penekanan.
Terhadap suatu hal yang dianggap penting untuk diperhatikan siswa, baik itu materi pelajaran maupun hal lain, guru selalu memberikan penekanan untuk selalu dipahami dan diingat. Dengan penekanan tersebut, diharapkan siswa akan beranggapan bahwa hal itu memang benar-benar penting untuk diindahkan. Ketika ada siswa yang beranggapan guru jarang memberikan penekanan terhadap hal yang penting, dapat memberikan masukan bagi guru untuk lebih mempertegas lagi dalam memberikan penekanan dengan benar-benar memusatkan perhatian mereka semua.
b. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Pengajaran
1). Variasi penggunaan media/alat bantu pengajaran.
Ketika ditanya mengenai alat bantu yang digunakan dan fungsinya untuk apa, 37,5% siswa dapat menyebutkan semua, yaitu: sepeda, pralon dan benang, spidol, penghapus, papan tulis/white board, penggaris, jangka. 56,25% hanya menyebutkan sebagian, dan 6,25% tidak menjawab karena lupa. Dari siswa yang dapat menyebutkan media pembelajaran semua, hanya 16,67% yang dapat mengemukakan fungsinya dengan jelas, yaitu: penggaris, jangka, papan tulis, sepeda (gear depan dan belakang) untuk menjelaskan Garis Singgung Lingkaran, pipa pralon dan benang untuk menjelaskan panjang sabuk lilitan minimal.
Media pembelajaran yang digunakan guru adalah: spidol, penghapus, papan tulis untuk menulis dan menjelaskan materi. Jangka dan penggaris untuk menggambar Garis Singgung Lingkaran. Sepeda sebagai ilustrasi garis singgung dan kedudukan dua lingkaran. Pipa pralon dan benang digunakan untuk menjelaskan menghitung panjang sabuk lilitan minimal. Siswa yang menjawab sebagian, kebanyakan hanya menyebutkan media yang penting, seperti; penggaris, jangka, pralon dan benang, serta sepeda. Untuk spidol, penghapus, dan papan tulis kurang begitu diperhatikan kalau itu semua termasuk media pengajaran. Penggunaan media tersebut tidak selalu digunakan, hanya ketika perlu, misalkan ketika menggambar Garis Singgung Lingkaran harus menggunakan jangka dan penggaris agar tepat, setelah itu untuk menggambar yang fungsinya hanya sebagai ilustrasi dan siswa dengan mudah dapat memahami, guru tidak menggunakannya agar efisiensi waktu.
2). Variasi bahan pengajaran
Ketika ditanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru, 31,25% siswa menjawab sangat mudah dipahami, 68,75% menjawab cukup mudah dipahami. Sedangkan pada waktu ditanya ketika mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru, 12,5% siswa menjawab selalu bisa mengerjakannya, 81,25% menjawab kadang bisa kadang tidak, dan 6,25% tidak pernah bisa mengerjakan.
Sebagian siswa beranggapan materi pelajaran yang disampaikan guru cukup mudah dipahami, hanya beberapa yang beranggapan sangat mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Mereka yang beranggapan sangat mudah memahami ialah siswa yang pandai. Mereka yang beranggapan cukup mudah memahami berarti dapat memahani semua materi, namun kadang menemui sedikit kesulitan ketika berusaha untuk memahaminya.
Pertanyaan guru berupa latihan soal cukup variatif, ada yang dengan mudah dapat dikerjakan dan ada yang sulit. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebagian besar siswa tidak selalu bisa mengerjakan, kadang bisa kadang tidak, hanya sebagian kecil siswa yang selalu bisa mengerjakan dan yang tidak pernah bisa mengerjakan.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Ketika ditanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti: memperhatikan, mencatat, menjawab pertanyaan guru, dan lain-lain, 56,25% siswa menjawab cukup banyak, dan 43,75% menjawab hanya sedikit. Untuk kesempatan bekerja dengan siswa lain, 25% siswa menjawab sering sekali, 68,75% menjawab kadang-kadang, dan 6,25% menjawab tidak pernah. Sedangkan ketika ditanya bicara guru ketika kegiatan belajar mengajar, 100% siswa menjawab cukup.
Kegiatan belajar mengajar tidak sepenuhnya didominasi oleh guru. Sebagian besar siswa sudah banyak terlibat dalam kegiatan belajar, seperti: mencatat, menjawab pertanyaan, latihan soal, memperhatikan dan lain-lain. Sebagian siswa keterlibatannya hanya sedikit, tapi minimal sudah ada keterlibatan mereka. Guru sudah mampu membawa siswa untuk andil bagian dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan siswa ketike guru menjelaskan materi pelajaran adalah memperhatikan dan mencatat. Namun tidak semua siswa mencatat. Gurupun tidak terlalu menuntut siswa untuk selalu mencatat karena sebagian besar sudah ada di dalam buku, juga tidak semua yang punya catatan itu menjamin siswa pandai. Ketika latihan soal, siswa diberi kesempatan untuk mencoba mengerjakan untuk selanjutnya maju ke depan. Kegiatan belajar mengajar sebagian besar dalam satu pokok bahasan sama seperti itu. Hanya sekali guru melakukan diskusi kelompok. Ketika diskusi kelompok, guru berusaha membiarkan siswa untuk mencoba diskusi sendiri, guru hanya memberikan pengarahan saja.
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja dengan siswa lain, paling tidak dengan teman terdekatnya. Sebagian besar siswa kadang melakukannya, sebagian kecil yang sering melakukannya, dan tidak pernah melakukannya. Sikap santai guru yang membuat siswa dapat bekerja dengan siswa lain, terutama untuk saling tanya dengan siswa yang pandai. Guru membiarkan siswa yang bekerja dengan siswa lain selama tidak menimbulkan kegaduhan. Kesempatan bekerja dengan siswa lain yang nampak ketika diadakan diskusi kelompok.
Guru tidak terlalu banyak bicara dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru hanya menjelaskan materi yang dirasa siswa sulit untuk memahami, untuk selanjutnya siswa diberi kesempatan berlatih soal dan maju mengerjakan ke depan.
4. Balikan Keterampilan Guru Mengelola Kelas
a. Penciptaan kondisi belajar optimal
1). Menunjukkan sikap tanggap
Ketika ditanya guru memandang saya selama pelajaran: 37,5% siswa menjawab sering sekali, 56,25% menjawab beberapa kali, dan 6,25% menjawab tidak pernah sama sekali. Ketika ditanya guru memperhatikan siswa selama pelajaran berlangsung, 31,25% siswa menjawab sering sekali, 56,25% menjawab jarang, dan 6,25% menjawab tidak pernah. Mengenai reaksi guru ketika siswa tidak mengerjakan tugas, ramai di kelas, acuh tak acuh terhadap pelajaran, ataupun melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan, 75% menjawab selalu memperhatikan dan menegur saya, 18,75% menjawab kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak, 6,25% menjawab membiarkan saja.
Kontak pandang diupayakan merata ke seluruh siswa. Sebagian besar sudah merasa beberapa kali, bahkan banyak juga yang sering dipandang oleh guru. Untuk mereka yang merasa tidak pernah dipandang guru, memberikan masukan bagi guru agar membagi pandangan secara lebih merata lagi. Sebagian besar siswa sudah merasa diperhatikan oleh guru, baik yang sering maupun yang jarang. Perhatian guru sebagai sikap tanggap akan apa yang siswa lakukan, sebagian besar hanya sekedar melakukan kontak pandang, gerak mendekati dengan memberi nasehat-nasehat atau masukan, jarang memberikan perhatian yang sifatnya terlalu pribadi. Teguran secara lisan memang jarang dilakukan guru. Guru sering memberikan teguran dengan perubahan mimik dan gerak, dengan diam sebentar sambil melakukan kontak pandang. Terhadap gangguan yang tidak bersifat serius, guru sering membiarkan saja, siswa lain yang menegur, siswa yang bersangkutan sudah cepat tanggap. Guru berusaha menanamkan dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan, apalagi mereka adalah anak yang istimewa, dengan rangsangan sedikit saja mereka sudah cepat tanggap.
Terhadap segala aktivitas siswa, guru selalu berusaha untuk tanggap terhadapnya, baik kepada mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar.
2). Membagi perhatian
Ketika pelajaran, 31,25% siswa menyatakan guru sering memperhatikan mereka, 56,25% menjawab jarang memperhatikan, dan 6,25% menjawab tidak pernah memperhatikan.
Dalam kegiatan belajar mengajar perhatian guru selalu diupayakan merata ke seluruh siswa, karena jumlah siswa yang tidak terlalu besar. Perhatian guru cenderung kepada mereka yang punya kelebihan dibanding siswa lain, baik yang positif maupun yang negatif. Mereka inilah yang lebih membutuhkan perhatian dari guru. Bagi siswa yang banyak melakukan hal positif, pandai, selalu mmperhatikan, dapat mengerjakan soal latihan, banyak diperhatikan guru untuk selanjutnya berharap dapat dicontoh oleh siswa lain. Begitu sebaliknya, dengan siswa yang selalu melakukan hal yang kurang menyenangkan, seperti, kurang memperhatikan, ramai, dan lain sebagainya, guru juga memberikan perhatian dengan memberi nasehat agar berhenti melakukannya, dan berharap tidak dicontoh oleh teman lain. Adanya siswa yang masih beranggapan guru kurang memperhatikan mereka atau bahkan sampai merasa tidak pernah diperhatikan sama sekali memberikan masukan bagi guru untuk lebih berusaha membagi perhatiannya secara merata, tidak pilih kasih. Perhatian yang diberikan guru kepada siswa dapat menjadi dorongan bagi mereka untuk lebih bersemangat dalam belajar.
3). Memusatkan perhatian kelompok
Ketika diskusi kelompok, 62,5% siswa menyatakan sering sekali guru memperhatikan kelompoknya, dan 37,5% menyatakan guru jarang memperhatikan kelompoknya.
Perhatian guru terhadap kelompok siswa ketika kegiatan diskusi kelompok juga diperlukan dalam upaya memberikan motivasi kepada mereka. Pemusatan perhatian kelompok terhadap apa yang harus diperhatikan, disampaikan guru ketika akan mulai diskusi, ketika diskusi berlangsung maupun setelah selesai tiap satu kelompok. Sebelum diskusi berlangsung guru berusaha memusatkan perhatian siswa untuk memperhatikan hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam diskusi nanti. Guru jarang memberikan pernyataan ketika siswa berdiskusi. Pernyataan diberikan ketika diskusi kurang berjalan sebagaimana mestinya, seperti ketika kelompok yang di depan presentasi, sedang yang lain ribut sendiri, ketika siswa kurang aktif atau kurang serius. Di sini guru memberikan pernyataan agar siswa melakukan diskusi dengan sebaik-baiknya, karena ada penilaian. Pernyataan juga disampaikan guru ketika setiap akhir presentasi satu kelompok terhadap kekurangan dan kelebihan dengan harapan nantinya dapat diperbaiki oleh kelompok yang melakukan presentasi di depan maupun kelompok lain yang yang belum melakukan presentasi.
4). Menuntut tanggung jawab siswa
Ketika latihan soal, 18,75% siswa menyatakan sering sekali guru menyuruh mereka maju ke depan dan menjelaskannya, 56,25% menjawab jarang, dan 25% menjawab tidak pernah. Sedangkan ketika ada pekerjaan rumah, 37,5% menyatakan guru selalu menyuruh dikumpulkan atau diteliti, 56,25 % menjawab jarang, dan 6,25% menjawab tidak pernah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu memberikan latihan soal untuk selanjutnya dikerjakan ke depan. Memang tidak semua siswa dapat maju ke depan untuk mengerjakan. Disamping waktu yang tidak memungkinkan, kadang siswa sendiri tidak bersedia untuk maju mengerjakan di depan. Sehingga daripada menunggu siswa yang tidak mau maju untuk kemudian bersedia, lebih baik menyuruh mereka yang bersedia saja agar efisiensi waktu. Hanya siswa tertentu saja yang bersedia untuk maju ke depan, sehingga hanya siswa tersebut yang sering maju. Sebenarnya guru sudah berusaha untuk menyuruh yang lain maju, namun tetap saja ada siswa yang tidak bersedia. Guru dalam hal ini memang kurang terlalu banyak menuntut.
Untuk tugas yang harus dikumpulkan siswa harus mengerjakan dan mengumpulkannya, tidak ada toleransi. Sedangkan untuk pekerjaan rumah berupa latihan soal, maupun tugas berlatih dari sekolah yang belum selesai, guru tidak terlalu banyak menuntut untuk mengerjakan dan jarang mengoreksi semua, hanya sebagian kecil dari yang benar-benar siswa mengalami kesulitan. Guru hanya berusaha menggugah kesadaran siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
5). Memberikan petunjuk yang jelas
Ketika siswa tidak bisa mengerjakan tugas atau soal, 93,75% siswa menyatakan guru sering memberikan petunjuk, dan 6,25% menjawab jarang. Sedangkan ketika memberikan petunjuk mengerjakan sesuatu, 62,5% siswa menjawab selalu dapat memahami, dan 37,5% menjawab jarang dapat memahami.
Terhadap kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas atau latihan soal, guru senantiasa memberikan petunjuk dan membahasnya, tentu saja untuk yang ditanyakan, padahal tidak semua siswa tanya walaupun sebenarnya mereka belum paham. Petunjuk diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami siswa.
Sebagian besar siswa memang dapat dengan mudah memahami petunjuk yang diberikan guru, karena didukung oleh tingkat intelegensi siswa yang diatas taraf cerdas. Bagi mereka yang tidak selalu bisa memahami, mungkin karena kurang belajar saja. Adanya siswa yang tidak selalu dapat memahami petunjuk yang diberikan guru memberi masukan agar guru lebih sabar dan menggunakan penjelasan yang lebih mudah diterima oleh siswa.
6). Menegur
Mengenai kegiatan siswa ketika mereka tidak mengerjakan tugas, ramai di kelas, acuh tak acuh terhadap pelajaran, ataupun melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan, 75% siswa menyatakan guru selalu memperhatikan dan menegur saya, 18,75% menyatakan kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak, 6,25% siswa menyatakan guru membiarkan saja. Ketika guru memberikan teguran, 62,5% siswa merasa tidak pernah tersinggung, 37,5% kadang tersinggung kadang tidak.
Terhadap perbuatan siswa yang kurang menyenangkan atau mengganggu pelajaran, guru jarang menegur dengan pernyataan yang berisi teguran secara langsung. Teguran kebanyakan hanya dengan isyarat saja, dengan diam sebentar sambil melayangkan pandangan dan tersenyum. Teguran semacam itu dilakukan untuk menghindari hal-hal negatif yang timbul, seperti siswa merasa tersinggung, atau merasa malu. Siswa akselerasi cepat tanggap, terkadang siswa lain yang menegur, mereka yang melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan sudah dengan sendirinya sadar untuk berhenti melakukannya. Guru berusaha menumbuhkan kesadaran siswa untuk sadar dan tahu akan apa yang seharusnya dilakukan. Kesabaran guru terkadang ada batasnya, dalam satu kelas ada juga siswa yang kurang memperhatikan, namun tidak melakukan keributan, hanya melakukan hal lain, seperti baca komik, corat-coret dan lain sebagainya. Kemungkinan siswa melakukan hal itu karena merasa bosan, atau merasa sudah paham akan materi yang guru sampaikan karena sudah mempelajarinya. Siswa yang kadang merasa tersinggung terhadap teguran guru, memberikan masukan agar dalam memberikan teguran, diusahakan tidak menyinggung perasaan.
7). Memberikan penguatan
Mengenai sikap guru ketika siswa dapat menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan latihan soal, 68,75% menyatakan guru selalu merasa senang dan memuji mereka, 25% menyatakan jarang merasa senang dan memuji mereka, dan 6,25% menyatakan guru hanya diam dan tidak pernah memuji mereka.
Guru sering merasa senang dan memberikan pujian kepada mereka yang melakukan hal positif, seperti bisa menjawab pertanyaan guru, dapat mengerjakan latihan soal baik yang mengerjakan di depan kelas maupun yang di belakang, mereka yang mendapat nilai bagus, dan lain sebagainya. Meskipun teguran tersebut yang sering dilakukan hanya sekedar tersenyum menyatakan senang dengan prestasi yang dicapai siswa, terkadang berkomentar agar siswa lain meniru mereka. Ekspresi guru yang selalu menghargai siswa ini dapat memberikan motivasi untuk berusaha lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya. Adanya siswa yang merasa guru jarang merasa senang dan memuji atau bahkan tidak pernah, memberi masukan guru untuk lebih memperhatikan mereka seperti teman yang lain agar lebih termotivasi dan terjalin hubungan yang menyenangkan.
b. Pengembalian kondisi belajar optimal
Setelah guru memberikan teguran kepada siswa terhadap kesalahan mereka, 87,5% siswa berhenti dan tidak melakukannya lagi, 12,5% berhenti sebentar, kemudian melakukannya lagi.
Ketika guru memberi teguran kepada mereka yang melakukan kesalahan, seketika itu juga kelas dapat terkontrol kembali, untuk kemudian siswa kembali memperhatikan. Sebagian besar siswa berhenti melakukannya dan tidak mengulangi lagi, namun ada beberapa siswa ketika diberikan teguran, mereka berhenti melakukannya, akan tetapi tidak selang beberapa lama melakukannya kembali. Siswa lain terhadap perilaku teman yang dirasa juga mengganggu mereka, kemudian ikut memberikan teguran, dan siswa yang melakukan hal kurang menyenangkan tersebut dengan sendirinya akan berhenti melakukannya. Siswa akselerasi belum pernah melakukan hal negatif yang serius, kenakalan mereka masih bersifat wajar, hanya ramai atau ribut saja, sehingga masih mudah guru untuk mengatasinya. Adanya siswa yang setelah ditegur kemudian masih kembali mengulangi perbuatan yang kurang menyenangkan tersebut, memberikan masukan bagi guru untuk lebih lagi mengontrol siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Tanggapan Siswa Mengenai Kegiatan Belajar
Ketika ditanya mengenai kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan, 25% siswa menjawab sangat menyenangkan, dan 75% menjawab cukup menyenangkan. Siswa yang menjawab sangat menyenangkan, 25% beralasan karena sangat tertarik dengan pokok bahasan, 25% karena jadi bisa menerapkan cara menghitung suatu garis dalam lingkaran, 50% karena pokok bahasannya mudah dimengerti. Sedangkan bagi mereka yang beranggapan cukup menyenangkan, 36,37% siswa beralasan karena pelajarannya tidak terlalu sulit/mudah dipahami, 18,18% karena suka dengan pelajaran matematika, 9,09% karena memakai alat peraga, 9,09% karena cara ustadz mengajar, 9,09% karena cara memberikan pelajaran yang santai, 9,09% karena selain gurunya baik, saya paling suka lingkaran, 9,09% karena nyantai dengan peraga.
Kegiatan belajar mengajar kelas akselerasi memang menyenangkan. Guru berusaha senantiasa tanggap terhadap apa yang dilakukan siswa dan juga memahami kondisi dan karakteristik anak. Secara garis besar ketertarikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh dua hal, pertama dari segi materi: siswa memang suka dengan pokok bahasannya, pokok bahasan mudah dimengerti, dapat mengetahui penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Kedua dari segi guru, yaitu: cara mengajar yang baik, nyantai, dan dengan menggunakan peraga. Dari sini dapat diketahui bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap guru yang menyenangkan dan senantiasa berusaha memahami kondisi anak serta tanggap terhadap apa yang mereka lakukan, secara tidak langsung akan mengakibatkan siswa tertarik dengan materi pelajarannya.
6. Hambatan dan Solusi Dalam Belajar
Mengenai hambatan yang dihadapi dalam belajar, 50% siswa menyatakan ada hambatan dan 50% menyatakan tidak mengalami hambatan dalam belajar pokok bahasan ini.
Dari siswa yang menghadapi hambatan dalam belajar menyatakan hambatan yang dihadapi adalah:
a. Kelas ribut atau ramai
b. Kesulitan mengerjakan soal
c. Malas belajar
d. Kesulitan memahami rumus
e. Tidak terlalu mengerti pelajaran, tapi tidak mau bertanya
Upaya yang dilakukan untuk berusaha mengatasi hambatan tersebut ialah:
a. Ketika kelas ribut atau ramai, dengan ikut membantu menegur siswa yang ramai.
b. Ketika mengalami kesulitan mengerjakan soal dan memahami rumus, bertanya pada guru dan mempelajari materi dengan serius.
c. Ketika malas belajar, berusaha mengajak temen belajar bersama.
d. Ketika tidak mengerti pelajaran kemudian tidak bertanya pada guru, siswa berusaha membiasakan diri untuk bertanya dan lebih konsentrasi dalam pelajaran.
Siswa yang menghadapi hambatan dalam belajar masih banyak. Hambatan yang seringkali nampak ialah siswa ribut karena kurang memahami apa yang diberikan guru, dengan memberikan kondisi belajar yang serius tapi santai, dengan harapan mereka dapat belajar tanpa merasa tertekan atau tegang. Namun perlakuan baik guru tersebut disalah tafsirkan siswa untuk selanjutnya guru memberikan kebebasan kepada mereka. Sikap humor guru dengan harapan dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan, terkadang juga dapat menyebabkan siswa ramai. Keributan siswa yang terjadi tidak terlalu serius, mereka akan cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Keributan yang muncul tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa yang serius belajar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami rumus dan mengerjakan soal, membutuhkan perhatian yang lebih dari guru untuk sabar dalam menjelaskannya, namun perlu adanya penekanan agar siswa lebih giat belajar mengingat waktu mereka yang singkat. Jika dilihat dari intelegensi siswa, tidak diragukan lagi tingkat pemahaman mereka terhadap suatu hal. Kesulitan dalam pemahaman kemungkinan besar karena mereka kurang belajar. Malas dalam belajar merupakan permasalahan serius, sebab jika pada awalnya siswa sudah malas, maka untuk selanjutnya, mereka kurang termotivasi untuk bisa menguasai materi pelajaran. Dengan demikian, peran guru dalam menumbuhkan motivasi belajar dan ketertarikan siswa terhadap materi yang diajarkan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kesadaran mereka untuk belajar, tahu akan apa yang seharusnya dilakukan sebagai pelajar.
7. Harapan Mengajar Guru yang Baik
Mengenai harapan mengajar guru yang baik, siswa berpendapat bahwa menurut mereka, cara mengajar guru yang baik adalah:
a. Mengenai sikap dan kepribadian guru dalam mengajar, siswa berpendapat guru yang baik adalah: humoris, baik hati, tak suka marah dan jika marah tidak terlalu mengeluarkan semua emosinya, sering aktif dan bersemangat, komunikatif, santai namun tegas, suaranya keras atau pelan sesuai dengan situasi, dan murah senyum.
b. Mengenai cara menyampaikan materi, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru yang baik adalah: mengajarkan pokok-pokoknya saja, dalam memberi soal dari yang mudah ke yang sulit, menerangkan kembali jika ada yang belum dimengerti, memberikan waktu berpikir kepada muridnya, mempunyai cara menerangkan yang baik dan mudah dipahami, berbicara secukupnya, memberi petunjuk jika ada soal yang susah, dalam menerangkan kadang duduk, berdiri serta berpindah-pindah, memberikan penekanan pada semua soal yang dianggap penting, bisa mengajak siswa hadir dalam materi dengan percobaan atau pengalaman sehari-hari, menjelaskan secara rinci terbentuknya rumus, dan menghubungkan dengan nilai-nilai keislaman.
c. Mengenai perhatiannya kepada siswa, menurut mereka cara mengajar guru yang baik adalah: penuh perhatian dan mengetahui perasaan muridnya, menegur siswa yang ramai atau tak mengenakkan, dan memberikan motivasi yang membangun terhadap siswa dalam menumbuhkan kesadaran diri dan rasa tanggung jawab.
Cara mengajar yang disenangi siswa adalah cara mengajar yang menyenangkan. Mengenai sikap dan kepribadian guru dalam mengajar senantiasa berupaya dapat menjadi teladan bagi siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Jangan sampai guru dalam mengajar menuntut siswa untuk memperhatikan, hormat, dan menghargainya. Namun sikap guru terhadap siswa kurang mencerminkan sikap yang demikian, padahal jika dilihat dari umur dan pengalaman, guru melebihi apa yang dimiliki siswa. Jadi sikap hormat siswa kepada guru tidak harus dituntut karena kedudukan atau statusnya sebagai guru, namun memang karena kemuliaan yang dimilikinya. Mengenai cara guru menyampaikan materi kepada siswa diupayakan dapat menarik perhatian mereka, mudah dipahami, tidak menimbulkan kebosanan, dan penting juga menjelaskan penerapannya secara riil dalam kehidupan sehari-hari atau hubungannya dengan ilmu lain agar siswa merasa apa yang dipelajari dengan susah payah tidak sia-sia. Selain itu juga berusaha menghubungkannya dengan nilai-nilai keislaman, karena apa yang dipelajari di alam semesta ini dalam rangka mengkaji ayat kauniyah Allah, yaitu untuk mengetahui kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, sebagai upaya meningkatkan iman dan taqwa. Selain itu guru juga perhatian terhadap siswa, mengenai karakteristik dan perasaan mereka, berusaha memberikan motivasi yang dapat menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan.
b. Analisis Hasil Data Wawancara
1). Analisis Hasil Data Wawancara Guru
Wawancara dilakukan peneliti (P) dengan guru (G) guna menindak lanjuti angket yang telah diberikan kepada guru. Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut:
1. P : “Dalam kegiatan belajar mengajar, anda selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Apa alasan anda bersikap demikian? Bagaimana pendapat anda mengenai guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
G : “Ingin menciptakan suasana yang menyenangkan, anak-anak aksel itu anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa, jadi hanya sedikit disentuh dengan sedikit rangsangan saja, mereka akan cepat tanggap. Guru yang mempunyai kesan ‘sangar’ menurut saya kurang cocok mengajar di kelas akselerasi, karena nanti anak malah justru tidak senang dengan guru. Selain itu, dengan tampil menyenangkan, saya ingin berusaha menghilangkan image bahwa matematika sulit, dalam belajar anak merasa enjoy, rileks, tidak tegang, dan materi pelajaran mudah diterima siswa. Kalau guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ menurut saya juga kurang cocok, karena akan menimbulkan suasana bosan, jenuh, tegang, terus nanti ditakutkan tidak suka dengan guru, dan yang paling parah nanti mereka tidak suka dengan pelajarannya.”
Tanggapan:
Gaya mengajar yang nampak dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Senyum dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak dengan sikap sinis, sehingga wajah akan nampak ceria. Hal yang nampak, siswa menjadi enjoy dan rileks dalam belajar, tidak merasa tertekan atau tegang, apalagi merasa takut dengan guru, siswa pun banyak yang tidak malu untuk bertanya ketika ada permasalahan yang kurang paham. Sikap mengajar yang menarik akan membuat siswa senang dengan guru. Berbeda dengan kesan yang selama ini beredar dalam masyarakat, bahwasanya guru matematika identik dengan cara mengajar yang keras, galak, horor, dan sikap lain yang kurang menyenangkan. Daya tarik tersebut secara langsung juga berimbas pada rasa tertarik siswa akan materi yang disampaikan, sehingga jika sudah merasa senang, mereka akan bersemangat dalam belajar.
2. P : “Bagaimana pendapat anda mengenai efektifitas penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi?’
G : “Menurut saya perlu dan efektif sekali, karena kadang anak sulit untuk membayangkan materi. Anak-anak akselerasi itu anak yang pandai dengan daya imajinasi yang kuat. Dengan alat bantu tersebut dapat mengajak daya imajinasi siswa berkembang, dapat mengaitkan dengan hal lain. Selain itu anak-anak juga cepat paham, contohnya seperti kemarin menggunakan sepeda dengan rantai dan geriginya, dapat mengajak siswa berpikir bagaimana jika geriginya lebih besar yang depan atau sebaliknya, dengan jarak yang diubah-ubah. Penggunaan alat peraga memang tidak mutlak dilakukan, hanya untuk materi yang dianggap perlu dalam rangka mempermudah pemahaman mereka. Dengan keterbatasan waktu, dalam mengajar lebih banyak menggunakan sketsa saja selama siswa masih bisa memahaminya.”
Tanggapan:
Penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar perlu digunakan jika benar-benar dibutuhkan, yaitu ketika guru merasa siswa butuh suatu bentuk riil yang dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman, atau guru punya tujuan lain sehingga harus menggunakannya. Namun jika hanya dengan sketsa saja siswa sudah dapat memahaminya, tidak menggunakan alat peraga juga tidak masalah. Selain mempermudah guru, juga efektif waktu, karena untuk menggunakan alat peraga, apalagi siswa juga diberi kesempatan menggunakannya, akan membutuhkan lebih banyak waktu. Namun jika dengan pertimbangan yang matang, atau guru punya maksud lain dalam menggunakannya, menggunakan alat peraga akan lebih baik.”
3. P : “Mengenai variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bagaimana anda mendesain kegiatan mengajar dengan kegiatan siswa?’
G : “Dalam mengajar, pertama menjelaskan materi dengan ceramah. Penjelasan materi hanya untuk yang pokok-pokok saja, yang dirasa siswa kesulitan dalam memahami. Setelah itu diberi contoh soal dan cara penyelesaiannya. Metode mengajar yang dipakai adalah problem solving, yaitu dengan menghadapkan siswa pada suatu permasalahan untuk dipecahkan. Dengan problem solving, anak-anak akan mencari penyelesaian dengan bermacam-macam cara, mulai dari yang kurang lengkap sampai pada jawaban yang lengkap. Ketika penjelasan materi, siswa memperhatikan kemudian bertanya mengenai sesuatu yang kurang paham, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Setelah itu siswa diberi kesempatan berlatih soal, untuk kemudian maju mengerjakan di depan kelas. Dengan maju ke depan harapan saya adalah untuk melatih keberanian siswa, ingin tahu letak kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, dan menuntut siswa untuk serius mencoba. Selain pembelajaran diatas sebagai variasi, saya juga melaksanakan diskusi kelompok. Dengan diskusi kelompok, anak akan terdorong untuk belajar lebih dahulu, anak akan belajar bekerjasama memecahkan masalah dengan siswa lain, melatih menyampaikan pendapat,dan lain sebagainya. Pelaksanaan diskusi kelompok ini juga harus memperhatikan waktu, apakah memungkinkan atau tidak.
Tanggapan:
Dalam kegiatan belajar mengajar matematika, hal yang dilakukan guru dalam mengajar tidak lepas dari menjelaskan materi terlebih dahulu, memberi contoh soal, memberi kesempatan siswa berlatih soal, kemudian menyuruh siswa untuk maju mengerjakannya di depan kelas. Penjelasan materi dilakukan untuk hal yang dirasa siswa mengalami kesulitan. Mengingat terbatasnya waktu dan tingkat intelegensi siswa, guru sudah yakin sebagian besar materi anak dapat memahami, sehingga tidak perlu menjelaskan semua. Guru memberikan latihan soal lalu mengerjakannya di depan dengan tujuan agar siswa serius untuk berlatih, karena matematika tanpa banyak berlatih akan sulit paham. Dengan problem solving anak akan dihadapkan pada suatu permasalahan, untuk kemudian siswa akan kreatif mencari pemecahannya dengan bermacam-macam cara.
4. P : “Dalam kegiatan belajar siswa:
a) Apakah pernah mengadakan diskusi kelompok? Mengapa?
b) Bagaimana upaya anda membagi waktu, kapan harus menerangkan, dan kapan harus latihan soal?
c) Apakah anda selalu menyuruh siswa maju mengerjakan soal di depan kelas ketika ada latihan? Mengapa?”
G : “a. Ya, saya pernah mengadakan diskusi kelompok sekali dalam satu pokok bahasan sebagai variasi belajar saja, agar tidak bersifat monoton. Mengenai kegiatan diskusi memang ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya, dengan diskusi kelompok siswa akan sedikit lebih paham dahulu sebelum dijelaskan guru, karena sebelum diskusi, siswa terdorong untuk mempersiapkan diri dengan belajar sebelum presentasi. Selain itu juga untuk melatih keberanian, kerjasama, juga mendorong siswa untuk bisa, karena terkadang anak punya rasa gengsi jika melihat teman yang lain bisa, sedangkan ia sendiri tidak bisa. Sedangkan kelemahannya, anak kadang ada yang kurang aktif, terlalu mengharapkan teman yang aktif, materi terkadang juga tidak tuntas, waktu yang dibutuhkan juga banyak.”
b. Sesuai rencana pengajaran, disesuaikan. Jika untuk satu jam pelajaran selama 40 menit, 15 menit menerangkan, 10 menit latihan soal, dan 15 menit maju ke depan. Kalau dua jam pelajaran selama 80 menit, 20-30 menit menerangkan, 10 menit menyuruh mengerjakan di buku, dan 40-50 menit menyuruh mengerjakan di depan kelas. Secara umum saya lebih banyak waktu untuk latihan soal, paling tidak 30% waktu saya gunakan untuk menerangkan, 30% mengerjakan laihan dibuku, dan 40% mengerjakan di depan kelas. Sambil berlatih soal saya juga dapat sambil menerangkan. Perencanaan seperti itu tidak mutlak saya lakukan, namun diusahakan, tergantung situasi dan kondisi.
c. Ya, saya selalu menyuruh siswa untuk meju mengerjakan di depan kelas, karena agar anak tertuntut untuk bisa dan serius dalam berlatih, tidak hanya mencontoh teman, selain itu juga tahu benar letak kesalahan siswa dimana dan kekurangannya apa. Juga melatih keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat melalui tulisan. Dalam prosedur pelaksanaannya, anak masih ada yang bawa buku, namun ada juga yang tidak membawa.”
Tanggapan:
Kegiatan diskusi perlu sesekali dilaksanakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar siswa. Kegiatan diskusi memang ada keuntungan dan kelemahannya. Mengingat waktu yang sangat terbatas, guru juga harus mempertimbangkan dengan matang untuk pelaksanaan diskusi kelompok, karena ditakutkan akan terlalu banyak menyita waktu, sedangkan materi terkadang tidak dapat tuntas sesuai dengan apa yang diharapkan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, prosentase guru menjelaskan dengan berlatih soal juga harus diperhatikan. Hal terpenting semua materi harus dapat dikuasai siswa. Untuk pelajaran matematika memang harus banyak berlatih soal. Namun juga harus memperhatikan waktu, terkadang untuk siswa berlatih soal, untuk kemudian mengerjakannya ke depan kelas membutuhkan banyak waktu.
5. P : “Bagaimana batasan anda mengadakan kontak pandang dengan siswa?"
G : “Tidak terlalu ada batasnya, masalahnya kelas putra. Kontak pandang sekilas seperlunya saja, yang wajar- wajar saja. Jika mengajar di kelas putri, terkadang harus jaga pandangan, karena sudah banyak dari mereka yang sudah paham untuk selalu jaga pandangan. Namun jika tidak melanggar syariat juga santai saja, mereka juga masih anak-anak, lain halnya jika sudah lebih dewasa. Siswa kelas akselerasi jumlahnya sedikit, sehingga mudah untuk membagi pandangan secara merata."
Tanggapan:
Dalam mengadakan kontak pandang dengan siswa, guru tidak begitu mengalami masalah, karena jumlah siswa yang kecil. Dengan demikian, guru dapat melayangkan kontak pandang secara merata, meskipun hanya sekilas. Namun dengan mengadakan kontak pandang dengan siswa, dapat sebagai wujud perhatian guru kepada mereka.
6. P : “Apakah bentuk perhatian yang anda berikan kepada siswa, sehingga siswa merasa diperhatikan, tidak diacuhkan ?"
G : “Kontak pandang juga wujud perhatian, memberi reward atau nilai plus bagi yang aktif dan memperhatikan. Terkadang selain itu juga ditanya masalah pribadi, jika nilainya kurang bagus ditanya ada masalah apa, diajak ngobrol."
Tanggapan:
Bentuk perhatian guru kepada siswa sangat bermacam-macam, mulai dari yang bersifat biasa, sampai masalah pribadi siswa. Kontak pandang dapat sebagai wujud perhatian. Dengan pandangan yang terasa hangat dan nampak bersahabat, memang tulus dengan wajah ceria, tidak dengan pandangan sinis, akan membuat siswa merasa diperhatikan. Pemberian nilai plus kepada siswa yang aktif dan memperhatikan juga merupakan salah satu wujud perhatian guru kepada siswa, khususnya mereka yang serius belajar, aktif, dan memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran. Begitu pula perhatian guru terhadap masalah pribadi. Dengan mengajak mereka ngobrol, sedikit memberikan masukan dan nasehat, akan memberikan kesan bahwa siswa diperhatikan. Pemberian perhatian akan memberikan dukungan moral siswa untuk lebih semangat lagi dalam belajar.
7. P : “Apakah anda selalu memberikan tugas atau menyuruh siswa banyak berlatih soal di rumah? Mengapa? Apakah anda selalu mengoreksi pekerjaan siswa, meneliti, atau menyuruh dikumpulkan? Bagaimana anda memantau kemampuan anak dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru?”
G : “Tugas kalau dikumpulkan jarang, tetapi kalau menyuruh berlatih di rumah sering, misalnya jika pada waktu latihan di kelas belum selesai, biasanya saya menyuruh melanjutkannya di rumah, karena dengan banyak berlatih, kita akan bisa matematika. Untuk mengecek apakah siswa mencoba atau tidak, biasanya saya mengontrol keliling melihat catatan dan tanya sudah mengerjakan atau belum. Untuk pembahasan tidak selalu semua soal, hanya soal yang kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Untuk banyak berlatih di rumah, saya kurang banyak menuntut selalu mengerjakan, karena mengingat tugas siswa di luar jam sekolah sudah banyak. Siswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu belajar di kelas dengan sebaik-baiknya. Untuk latihan soal di kelas diusahakan dibahas dengan menyuruh mereka maju ke depan. Untuk memantau pemahaman siswa biasanya dengan latihan dan tugas, catatan dikontrol satu persatu ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, selain itu dengan tes formatif."
Tanggapan:
Terhadap latihan soal di rumah, guru sering memberikan toleransi. Guru hanya menekankan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan. Selain itu banyaknya tugas pondok juga menjadi pertimbangan guru untuk terlalu banyak membebani siswa dengan memberikan banyak tugas. Guru jarang membahas semua tugas, hanya tanya mana yang kebanyakan dari siswa kesulitan mengerjakan. Untuk tugas yang akan dinilai harus dikumpulkan, tidak ada toleransi untuk tidak mengerjakan. Dalam setiap pokok bahasan, guru tidak selalu memberikan tugas untuk dikumpulkan, akan tetapi langsung satu tugas untuk lebih dari satu pokok bahasan diberikan, mengingat waktu beljar yang singkat
8. P : “Bentuk teguran yang bagaimanakah yang anda lakukan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan?”
G : “Pertama melalui perubahan mimik, dengan diam sebentar. Dengan diam sebentar mereka sudah cepat tanggap. Setelah itu jika masih diulangi kembali, menegurnya dengan lisan secara bertahap, beberapa kali, tapi jangan sampai ‘menjatuhkan’ siswa, dengan pendekatan yang halus melalui nasehat. Sanksi keras dengan hukuman mengerjakan soal sampai 10 kali, berdiri di depan kelas. Namun sanksi ini belum pernah dilakukan di kelas akselerasi, karena kondisi masih dapat terkontrol.”
Tanggapan:
Guru belum pernah memberikan teguran keras yang dapat menyinggung perasaan. Ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan, seperti: ramai dan kurang memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran, sering guru hanya menggunakan isyarat dengan diam sebentar sambil tersenyum dan melakukan kontak padang. Sering siswa lain juga ikut memberikan teguran dengan isyarat. Dengan teguran semacam itu siswa sudah tanggap untuk berhenti. Sanksi keras tidak pernah dilakukan untuk menjaga interaksi antara siswa dan guru agar tercipta hubungan yang menyenangkan, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.
9. P : “Bagaimanakah upaya anda memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar?”
G : “Secara verbal memberi pujian yang bisa dan nilainya bagus, berusaha menghilangkan image bahwa matematika sulit dengan berusaha tampil menyenangkan, mulai dari gaya mengajar sampai cara menyampaikan materi. Selain itu berusaha mencari dan menjelaskan manfaat apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, dipancing agar mau bersaing dengan teman, dan memberi perhatian atau care terhadap masalah yang dihadapi siswa.”
Tanggapan:
Secara verbal memberikan pujian kepada siswa yang berprestasi, misal: pandai, bisa mengerjakan latihan soal atau menjawab pertanyaan, mendapat nilai bagus atau melakukan hal positif lainnya, akan membuat mereka merasa senang dan dapat menambah semangat. Upaya guru menghilangkan image bahwa matematika sulit dengan gaya mengajar yang menyenangkan, membuat siswa tertarik terhadap materi pelajaran, apalagi guru selalu memberikan petunjuk dan solusi terhadap kesulitan siswa dalam berlatih soal. Hal yang menyenangkan seperti ini dapat memberikan motivasi siswa untuk senang terhadap matematika untuk selanjutnya semakin rajin belajar. Menjelaskan manfaat atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari akan membuat siswa mengetahui bahwa apa yang mereka pelajari dengan susah payah tidak sia-sia. Semangat atau motivasi siswa dalam belajar juga dapat dibangkitkan dengan semangat bersaing dengan teman lain untuk bisa, karena secara psikologi, terdapat ego dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik. Perhatian guru terhadap masalah yang dihadapi siswa dengan memberikan nasehat yang berisi motivasi dapat mendorong siswa untuk bersemangat dalam belajar.
2). Analisis Hasil Data Wawancara Siswa
Wawancara dilakukan peneliti (P) dengan siswa (S) guna menindak lanjuti angket yang telah diberikan kepada siswa dan tanggapannya mengenai aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar, agar diperoleh informasi yang lebih detail lagi. Wawancara ini hanya dilakukan kepada beberapa siswa dan berhenti setelah informasi yang diperoleh hasilnya sama antara satu siswa sengan siswa yang lain, atau sudah dirasa cukup informasinya. Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut:
1. P : “Bagaimanakah pendapat anda megenai sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa? Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
S1 : “Senang, enak karena belajar jadi enjoy, tidak ada rasa takut dengan guru, sehingga mudah berpikir. Kalau kelemahannya kadang banyak anak ramai. Tetapi masih bisa dikontrol walau jarang diingatkan. Terus kalau guru yang ‘serius’ terus tidak suka, karena jadi tegang, tertekan, dan bosan.”
S2 : “Senang, karena enak berpikir, tidak sulit, tapi kadang rebut, jarang diingatkan, jadi ketinggalan pelajaran. Terus kalau guru yang selalu ‘serius’ kurang suka, karena tertekan, pusing, sulit masuk pelajarannya.”
S3 : “Senang, bisa cepat paham, karena tidak tertekan, sehingga materi cepat mudah masuk. Kelemahannya kadang ramai. Kalau guru yang ‘serius’ terus kurang suka karena membuat merasa tertekan dan pusing.”
S4 : “Senang, rileks, mudah paham dan tidak jenuh. Kelemahannya kadang ramai, kurang terkontrol, materi tidak bisa cepat. Kalau guru yang ‘serius’ tidak suka, masalahnya bikin pusing.”
S5 : “Senang, rileks, mudah nangkap pelajaran, santai, tidak tertekan, pelajaran mudah masuk. Kelemahannya kadang ramai. Terus guru yang selalu ‘serius’ tidak suka, merasa tegang, tertekan, tidak enak, suntuk, materi susah masuk.”
S6 : “Senang, tidak suntuk, ustadz mudah diajak komunikasi, bisa dekat dengan ustadznya, tahu kekurangan dan kelemahan kita. Kelemahannya kadang ribut, jarang ditegur, materi molor. Kalau guru yang ‘serius’ terus tidak suka, suntuk, tertekan, pelajaran susah masuk.”
Tanggapan:
Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa memang disukai siswa. Suasana belajar menjadi enjoy, rileks, tidak ada rasa takut, tertekan, dan tegang, sehingga mudah memahami pelajaran, guru mudah diajak komunikasi, bisa dekat dengan guru. Namun hal negatif yang kadang muncul, anak kurang introspeksi diri dengan sikap guru yang menyenangkan tersebut, walaupun santai, namun tetap serius dalam belajar. Mereka kadang ribut atau ramai di kelas. Akibatnya terkadang pelajaran tidak bisa cepat dan mengganggu siswa yang serius dalam belajar. Namun kejadian seperti itu tidak terlalu menjadi masalah serius, siswa sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Hal itu hanya sebagai kesan belajar yang santai. Mengenai guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ siswa kurang suka, karena jadi tertekan, tegang, dan bosan, yang akhirnya materi pelajaran sulit paham.
2. P : “Menurut anda, seberapa pentingkah penggunaan media/alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi ?”
S1 : “Penting juga, biar lebih paham.”
S2 : “Penting, kalau secara langsung tahu mudah diingat.”
S3 : “Tidak terlalu penting, tidak pakai juga tidak apa-apa, karena masih bisa dibayangkan. Kebanyakan materi masih bisa dinalar. Nanti kalau sering pakai, kadang terlalu repot, butuh waktu juga.”
S4 : “Kadang perlu, kadang tidak. Kalau yang butuh bantuan agar lebih paham, yang sulit untuk dibayangkan saja. Tetapi kebanyakan masih mudah dipahami, jadi tidak terlalu perlu, agar waktu lebih cepat.”
S5 : “Perlu, gampang ingat materi, lebih mudah paham.”
S6 : “Perlu, biar mudah dipahami dan lebih jelas.”
Tanggapan:
Penggunaan media/alat peraga memang penting ketika siswa dirasa kesulitan dalam memahami materi jika hanya dengan membayangkannya saja. Dengan alat peraga, siswa dapat langsung mengetahui manfaat riilnya, sehingga dapat mempermudah mengingatnya. Namun untuk materi yang siswa sudah paham hanya dengan memberikan ilustrasinya saja, tidak menggunakan alat peraga juga tidak mengapa, selain mempermudah tugas guru, juga tidak terlalu banyak menyita waktu, mengingat waktu belajar anak akselerasi lebih singkat.
3. P : “Menurut anda, bagaimanakah proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa berlatih soal? Mengapa?”
S1 : “Guru lebih banyak menjelaskan lalu latihan. Materi yang diajarkan yang pokok-pokok saja. Lebih banyak menjelaskan karena senang, tidak banyak maju mengerjakan di depan.”
S2 : “Lebih banyak menjelaskan, karena senang.”
S3 : “Yang imbang antara menjelaskan dan latihan soal, Karena biar tidak merasa bosan.”
S4 : “Lebih banyak latihan, penjelasan sedikit yang dirasa susah dipahami. Karena nanti sambil berlatih bisa sambil menjelaskan.”
S5 : “Lebih banyak menjelaskan. Nanti latihan soal bisa di rumah. Jadi yang belum jelas waktu belajar di rumah, nanti ditanyakan ustadz biar dijelaskan.”
S6 : “Penjelasan lebih banyak, karena agar lebih paham. Untuk berlatih nanti bisa sendiri.”
Tanggapan:
Siswa bermacam pendapat untuk proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa berlatih soal. Siswa suka ketika guru lebih banyak menjelaskan, tentunya hal yang pokok-pokok saja atau materi yang dirasa siswa sulit memahami jika hanya dengan belajar sendiri, untuk berlatih nanti bisa sendiri di rumah. Hal ini dapat berjalan dengan baik jika siswa aktif untuk rajin belajar dan berlatih, sehingga nanti ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru tinggal menjelaskan apa yang siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Jika melihat tugas kepondokan diluar jam belajar sekolah siswa yang sudah terlalu banyak, tidak semua siswa mempunyai waktu lebih dalam belajar mandiri. Disamping itu jika guru terlalu mempercayakan siswa untuk belajar sendiri, ditakutkan kurang bisa mengontrol pemahaman siswa mengenai materi, apakah benar-benar paham, ataukah terdapat kesalahan siswa dalam memahami. Siswa ada yang suka jika banyak latihan, penjelasan sedikit, karena sambil berlatih bisa sambil menjelaskan. Hal ini mendukung jika siswa memang tidak banyak waktu untuk berlatih di rumah. Namun jika terlalu banyak berlatih, hal negatif yang sering muncul, kadang terlalu membutuhkan banyak waktu, karena harus menunggu siswa dapat mengerjakan. Disamping itu materi pelajaran yang disampaikan kurang sesuai dengan rencana, bisa kurang tuntas. Ada juga siswa yang berpendapat seimbang antara menjelaskan dan latihan soal, agar tidak bosan jika terlalu banyak salah satunya. Mengajar memang diusahakan tidak menimbulkan kebosanan. Proporsi guru dalam menjelaskan dan latihan soal harus dirasa cukup. Dalam mengatur proporsi ketika menjelaskan dan latihan soal memang tidak selalu sama dalam setiap pertemuan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Yang perlu diperhatikan jangan sampai siswa merasa jenuh dengan aktivitas belajar mengajar yang dilakukan.
4. P : “Menurut anda, perlukah kegiatan diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar? Mengapa?”
S1 : “Perlu, tapi jangan terlalu sering, biar tidak bosan, biar menuntut anak untuk belajar dulu agar bisa manjelaskan. Tapi susahnya kadang anak belum terbiasa, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membahas materi.”
S2 : “Ya sesekali dalam pokok bahasan biar tidak bosan, bisa belajar menjelaskan dan menjawab pertanyaan, bisa melatih kerjasama dengan siswa lain.”
S3 : “Perlu sesekali untuk mengetahui keaktifan siswa, untuk nanti mengajari yang kurang aktif, melatih kerjasama, bicara, dan menjelaskan.Tapi terkadang terlalu menyita waktu, materi terlambat.”
S4 : “Perlu sesekali, karena bisa saling ngajari, yang tidak paham bisa diajari, tidak tergantung guru terus, melatih kerjasama dan keberanian tampil ke depan. Hal negatif yang muncul materi menjadi agak molor.”
S5 : “Perlu, tapi jangan terlalu sering, agar lebih inovatif, melatih bicara, menjelaskan, kerjasama, ada tuntutan untuk belajar. Hal negatif yang muncul materi agak molor.”
S6 : “Ya, tapi tidak terlalu sering, karena bisa melatih bicara, menjelaskan, kerjasama teman. Namun kadang materi jadi molor.”
Tanggapan:
Kegiatan diskusi bisa sesekali dilaksanakan dalam satu pokok bahasan untuk variasi belajar agar anak tidak bosan. Selain itu dapat melatih anak untuk menjelaskan, kerjasama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah, siswa tertuntut untuk harus belajar terlebih dahulu agar siap dalam diskusi. Namun hal yang muncul, tidak semua siswa dapat aktif, ada siswa yang hanya mengandalkan temannya yang aktif dalam kelompoknya, siswa belum terbiasa melakukan diskusi, sehingga terlalu banyak menyita waktu, sedang materi kurang dapat tuntas sesuai dengan apa yang diharapkan guru. Terkadang juga terlihat ada siswa yang berusaha ingin menonjol, sehingga terlihat mendominasi dalam kelompoknya, kurang memberikan kesempatan teman yang lain untuk menyampaikan pendapat.
5. P : “Menurut anda, bagaimanakah bentuk teguran yang seharusnya diberikan guru kepada siswa, ketika siswa melakukan sesuatu hal ynag kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar?”
S1 : “Secara halus dan bertahap. Diperingatkan maksimal tiga kali baru diberi sanksi. Untuk sanksi bisa mengerjakan soal, karena ada manfaatnya. Ketika diberikan sanksi dengan dikeluarkan, dipukul, atau yang bersifat kekerasan kurang sepakat, karena anak bisa ketinggalan pelajaran.”
S2 : “Yang halus, kalau bandel boleh dimarahi, teguran secara bertahap, sanksi jangan bersifat kekerasan. Jika dipukul atau dikeluarkan dari kelas nanti siswa dapat ketinggalan pelajaran.”
S3 : “Diam sebentar kadang sudah tahu sendiri, teguran dengan nasehat yang halus, bertahap tiga kali masih melakukan baru diberikan sanksi. Sanksi berikan latihan soal saja, tidak suka dimarahi.”
S4 : “Nasehat bertahap, sanksi diberikan jika paling tidak sudah tiga kali teguran masih mengulanginya. Sanksi dengan diberi latihan soal, dimarahi biar kapok, tapi yang mendidik.”
S5 : “Nasehat dan motivasi agar tidak mengulangi lagi, agar jadi lebih baik, teguran bertahap. Sanksi diberikan jika memang sudah keterlaluan. Sanksi dengan dimarahi, latihan soal biar kapok.”
S6 : “Nasehat bertahap, jika masih bandel berikan sanksi dengan latihan soal yang lebih banyak.”
Tanggapan:
Siswa suka ketika ada teman yang melakukan suatu hal yang kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar, guru memberikan teguran secara halus, tidak menyinggung perasaan, bertahap, dan memberikan nasehat yang menimbulkan motivasi. Sanksi bisa diberikan jika siswa benar-benar bandel, dalam artian sudah ditegur beberapa kali masih saja melakukan hal yang kurang menyenangkan tersebut. Marah bukan penyelesaian yang terbaik, sikap sabar lebih utama. Sanksi yang diberikan senantiasa berupaya bersifat mendidik dan bermanfaat bagi siswa. Paham akan kondisi siswa yang masih anak-anak beserta karakteristik masing-masing, akan dapat meningkatkan kesabaran guru dalam mengajar.
6. P : “Menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara guru memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam belajar?”
S1 : “Berikan nasehat, kasih contoh orang-orang yang berhasil yang diajar oleh ustadz, dikasih pujian tapi jangan berlebihan, hanya sekedar senang saja, ntar malah jadi besar kepala terus tidak belajar.”
S2 : “Kasih nasehat yang mendidik agar belajar terus dan tidak malas belajar, beri sindiran kalau belajar merupakan kebutuhan sendiri.”
S3 : “Nasehat, pujian agar senang tapi jangan terlalu berlebihan agar tidak besar kepala, terus malah tidak mau belajar.”
S4 : “Disadarkan untuk lebih mandiri, dipuji agar senang, dan beritahu manfaat dalam kehidupan sehari-hari.”
S5 : “Dinasehati agar semangat, dipuji agar senang tapi jangan berlebihan.”
S6 : “Nasehat belajar sebagai kebutuhan, jangan memberikan pujian secara berlebihan, ntar besar kepala.”
Tanggapan:
Agar siswa termotivasi untuk lebih bersemangat dalam belajar, banyak upaya yang dapat dilakukan guru. Motivasi belajar lebih dibutuhkan oleh mereka yang bermasalah, seperti: nilai jelek, mengalami kesulitan belajar, atau kurang semangat dalam belajar. Memberikan nasehat yang dapat menimbulkan motivasi untuk giat belajar, menumbuhkan kesadaran bahwa belajar sebagai kebutuhan sangat perlu. Nasehat dapat berupa: memberikan contoh orang-orang yang berhasil, manfaat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari agar siswa tahu bahwa semua yang sudah dipelajari dengan susah payah dapat bermanfaat dan tidak sia-sia. Apalagi matematika yang objeknya penuh dengan simbol-simbol, rumus, dan perhitungan yang rumit. Untuk mereka yang berprestasi, memberikan pujian dapat membuat mereka merasa senang, untuk selanjutnya berusaha lebih ditingkatkan lagi atau minimal dipertahankan. Pujian yang diberikan wajar saja, tidak terlalu berlebihan, agar terhindar dari sifat sombong.
c. Analisis Hasil Data Observasi
Observasi mengajar kelas akselerasi putra dilakukan lima kali pertemuan selama kegiatan belajar mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. Observasi dilakukan pada tanggal 31Agustus, 3, 7, 10, dan 14 September 2006.
1). Observasi Keterampilan Guru Mengadakan Variasi
a). Variasi Gaya Mengajar
(1). Variasi suara.
Variasi suara yang digunakan guru relatif sama setiap pertemuan selama empat kali dalam satu pokok bahasan. Intonasi suara disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Adapun variasi suara yang digunakan adalah sebagai berikut:
a Suara agak keras dan mantab dalam menjelaskan materi dan memberikan penguatan.
b Suara dengan nada agak lebih tinggi dari suara saat menjelaskan biasa, ketika dalam menjelaskan siswa ramai atau rebut, bertanya ke seluruh siswa.
c Suara agak melambat ketika meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru, bertanya atau mengerjakan contoh soal di papan tulis, memberikan nasehat dan teguran terhadap siswa yang melakukan hal yang kurang berkenan.
d Sifat humor sebagai selingan dengan variasi suara yang disesuaikan.
Dalam menyampaikan penjelasan, suara guru agak keras dan mantab. Hal ini dapat membuat siswa antusias untuk mendengarkan, apalagi kadang siswa ribut sendiri. Suara dengan nada lebih keras melebihi suara ribut siswa, secara tidak langsung juga dapat sebagai teguran halus agar berhenti ramai dan kembali memperhatikan penjelasan guru. Begitu pula ketika memberikan penguatan kepada siswa yang melakukan hal positif, seperti: bisa mengerjakan latihan soal ke depan, bisa menjawab pertanyaan guru, dan lain sebagainya, suara yang agak keras mantab menunjukkan semangat, kehangatan dan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga siswa merasa senang.
Ketika menekankan hal yang dianggap penting, guru menggunakan intonasi suara agak lebih tinggi. Hal ini dapat menarik perhatian siswa agar mengetahui hal penting mana yang harus diperhatikan. Begitu pula ketika bertanya mengenai suatu hal kepada seluruh siswa. Untuk pertama keras untuk menarik perhatian, kemudian jika siswa sudah memperhatikan, baru dengan suara yang agak melambat agar mudah dipahami siswa dan juga memberikan tempo bagi mereka untuk berpikir.
Guru sering meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau mengerjakan contoh soal di papan tulis. Pada situasi ini, suara guru cenderung agak melambat. Hal ini dapat dimanfaatkan siswa sebagai waktu berpikir sebentar mengenai jawaban yang akan disampaikan, selain itu dengan melambatnya suara guru akan mudah siswa untuk memahami pertanyaan yang diajukan. Suara yang agak pelan dan lambat juga dilakukan guru ketika memberikan nasehat, saran, dan teguran lisan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan. Dengan demikian, guru tidak terlihat marah, namun sabar untuk kemudian siswa dapat menerima nasehat yang disampaikan guru. Selain itu juga untuk menghindari sikap yang dapat menyinggung perasaan siswa.
Sifat humor guru sebagai selingan dengan variasi suara yang sesuai dengan situasi dan kondisi dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, terasa rileks dan tidak menegangkan.
(2). Perubahan mimik dan gerak
Variasi mimik dan gerak relatif sama dilakukan dalam setiap pertemuan. Guru nampak ceria, selalu tersenyum, dan bersahabat dengan siswa. Sifat humoris juga memperlihatkan mimik wajah dan ekspresi gerak tubuh sesuai dengan ucapan. Sikap semangat juga nampak dalam perubahan mimik dan gerak, pandangan menunjukkan kehangatan dan antusias guru kepada siswa. Untuk menyatakan rasa kurang suka dengan apa yang dilakukan siswa, yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar, teguran cukup dengan menggunakan ekspresi wajah dengan sedikit mengerutkan dahi sambil diam sebentar. Siswa sudah cepat tanggap.
Sikap humor guru memperlihatkan mimik wajah yang menyenangkan, ceria, selalu tersenyum, tidak terlihat sinis, dan menakutkan. Dengan ekspresi wajah yang menyenangkan tersebut akan membuat siswa tidak merasa takut dengan guru untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Sikap selalu bersemangat yang nampak dalam perubahan mimik dan gerak, akan menarik perhatian dan minat siswa terhadap apa yang disampaikan guru, akan memperlihatkan rasa antusias guru bahwa siswa sangat penting untuk tahu dan paham akan apa yang disampaikannya nanti.
Ekspresi mimik dan gerak juga digunakan sebagai teguran halus ketika ada siswa yang melakukan hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, namun selalu tersenyum, berusaha memahami anak. Teguran semacam itu akan menghindari tidak menyenangkannya hubungan antara siswa dan guru, yang nantinya ditakutkan akan mengganggu kegiatan belajar siswa.
(3). Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru sengaja memberikan waktu senyap atau hening ketika:
a Memberikan waktu berpikir bagi siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan latihan soal untuk selanjutnya dikerjakan di depan kelas.
b Teguran halus untuk kemudian menarik perhatian ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan dan mengganggu kegiatan belajar mengajar, seperti: ramai, kurang memperhatikan, dan lain sebagainya.
c Memberi waktu mencatat siswa dan menyimpulkan apa yang telah disampaikan guru.
Ketika guru memberikan pertanyaan dan latihan soal, guru memberikan waktu berpikir sejenak dengan diam, sehingga membuat suasana sunyi senyap. Kondisi seperti ini akan membuat siswa konsentrasi untuk mengerjakan, mencoba berpikir mencari penyelesaiannya. Siswa bisa mendapatkan gambaran mengenai bisa atau tidaknya mereka menyelesaikannya, untuk selanjutnya maju ke depan. Siswa yang maju ke depan ialah mereka yang bersedia dan bisa mengerjakan. Untuk teman lain yang belum bisa, memperhatikan saja dan dapat bertanya. Hal ini dilakukan untuk efisiensi waktu. Guru terkadang juga memaksa siswa untuk maju walaupun kurang bisa mengerjakan. Guru membujuk siswa untuk tidak takut maju dengan cara yang menyenangkan, tidak dengan tampang ‘menakutkan’, dan akan dibantu memberikan petunjuk mengerjakannya.
Waktu hening juga diberikan guru ketika siswa mencatat hal yang dianggap penting, terutama ketika guru menjelaskan suatu hal yang siswa harus memperhatikan dahulu dan baru boleh mencatat setelah guru selesai menjelaskan. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar konsentrasi memperhatikan ketika guru menjelaskan lalu paham. Setelah itu diberi waktu hening, kesempatan konsentrasi untuk mencatat.
Diam sejenak juga digunakan guru sebagai teguran halus kepada siswa yang melakukan hal yang dirasa dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Dengan diam sejenak saja siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya. Teguran semacam ini dapat menghindari hal-hal yang kurang berkenan di hati siswa, seperti tersinggung, atau perasaan kekurang senangan siswa kepada guru, sehingga tidak menimbulkan hubungan antara siswa dan guru yang kurang menyenangkan.
(4). Melakukan kontak pandang
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu mengadakan kontak pandang dengan siswa sebagai wujud perhatiannya kepada mereka, misalnya: ketika menjelaskan materi, guru menghadap siswa dan melakukan kontak pandang merata ke seluruh siswa, ketika ada siswa yang bertanya, mengerjakan soal, praktek alat peraga, maupun siswa yang melakukan hal-hal yang kurang berkenan atau dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Dalam melakukan kontak pandang diupayakan guru merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih, dapat dilakukan guru sambil berdiri atau duduk di depan kelas, maupun berjalan keliling sambil menghampiri siswa. Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap/cara kontak pandang guru dengan siswa yang menyenangkan, tidak terlihat sinis, menunjukkan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga membuat siswa merasa selalu diperhatikan, baik kepada siswa yang melakukan perbuatan yang menyenangkan, maupun kepada mereka yang melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar.
(5). Perubahan posisi
Dalam mengajar, perubahan posisi guru bervariasi, tidak monoton. Perubahan tersebut adalah:
a Berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah selama masih dapat dilihat seluruh siswa ketika menjelaskan.
b Duduk ketika istirahat setelah menjelaskan sambil menanti siswa mencatat dan berlatih soal.
c Bergerak menghampiri siswa ketika latihan soal, mencatat, dan ada siswa yang bertanya.
Perubahan posisi guru yang tidak monoton atau bervariasi akan dapat mempertahankan perhatian siswa. Gerak ke depan ke belakang, ke kiri ke kanan, berdiri dan duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika guru menjelaskan materi, guru berdiri di depan kelas, kadang ke tengah selama masih dapat dilihat atau diperhatikan oleh seluruh siswa. Guru kadang duduk di kursi guru ketika siswa mencatat, mengerjakan latihan soal, sambil sesekali berjalan keliling untuk berusaha mengontrol siswa yang bisa mengerjakan maupun yang tidak. Perubahan posisi tidak dilakukan secara berlebihan, yang dapat mengganggu konsentrasi siswa.
(6). Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Ada beberapa cara yang dilakukan guru dalam memusatkan perhatian siswa terhadap materi ataupun hal yang dianggap penting untuk diperhatikan, yaitu:
a Sering menggunakan kata ‘perhatikan’ terhadap materi yang penting, kemudian ditulis dipapan tulis ‘kesimpulan’ sambil dikotaki. Penekanan terkadang disampaikan dua kali, terkadang juga menyuruh siswa mengulangnya sendiri.
b Menggunakan kata ‘perhatian’ ketika siswa ramai atau kurang memperhatikan, setelah itu diam sejenak sampai siswa berhenti melakukannya..
Pemberian tekanan terhadap materi ataupun hal-hal yang penting, yang dirasa harus diperhatikan siswa selalu dilakukan oleh guru. Bentuk penekanan ini diusahakan menarik perhatian siswa, dapat membuat hal yang harus diperhatikan itu benar-benar dipahami oleh siswa, yang pada akhirnya akan selalu diingat. Pemberian tekanan tidak hanya kepada materi pelajaran yang dianggap penting saja, namun juga anjuran dan nasehat. Pemberian tekanan ini biasa dilakukan guru dengan menggunakan kata ‘perhatikan’ atau ‘perhatian’. Kadang juga dengan menulis kesimpulannya di papan tulis. Penekanan terhadap hal yang penting kadang diulang-ulang agar siswa lebih paham, apalagi kalau siswa sendiri yang mengulangnya, siswa akan lebih mudah ingat, karena diucapkan sendiri.
b). Variasi Penggunaan Media dan Alat Bantu Pengajaran
Dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru menggunakan media pembelajaran berupa: sepeda dan pralon untuk mempermudah pemahaman siswa, disamping media seperti biasa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka.
Penggunaan media atau alat bantu memang perlu dilakukan oleh guru dalam rangka mempermudah pemahaman siswa. Selain media pokok untuk penjelasan materi seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka, guru senantiasa berupaya lebih kreatif untuk menyediakan media lain yang berhubungan dengan materi. Pada saat awal kegiatan belajar mengajar pokok bahasan, guru mengunakan sepeda, khususnya bagian gear dan rantai sebagai ilustrasi kedudukan dua lingkaran. Secara tidak langsung penggunaan media atau alat bantu yang riil dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran, karena mengetahui penerapannya. Pralon dan benang digunakan ketika membahas sub pokok bahasan menghitung panjang sabuk lilitan minimal, yaitu dengan membandingkan menghitung dengan rumus dan menghitung dengan penggaris. Penyusunan pralon bervariasi, mulai dari berjajar sampai bertumpukan.
Penggunaan media tidak selalu digunakan dalam setiap pertemuan, tergantung sub pokok bahasan, kadang kurang cocok untuk satu dan lain pokok bahasan. Media digunakan ketika memang benar-benar di butuhkan, ketika siswa memang dirasa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang hanya dengan membaca atau cukup dengan menjelaskan ilustrasi saja. Jika materi yang diajarkan sudah dirasa cukup mudah untuk dipahami siswa hanya dengan memberikan ilustrasi saja, maka guru tidak menggunakan alat Bantu pun tidak mengapa. Selain mempermudah guru sendiri, juga efisiensi waktu. Mengingat untuk menyiapkan media, guru juga butuh waktu dan biaya, selain itu ketika siswa praktek menggunakan media di kelas akan terlalu menyita banyak waktu.
Variasi bahan atau materi pelajaran dilakukan guru dengan menambah literatur lain selain buku pegangan siswa. Dengan memperbanyak referensi lain disamping buku pegangan pokok yang digunakan siswa akan dapat saling melengkapi kekurangannya. Selain itu juga dapat digunakan untuk saling membandingkan isi materi mana yang lebih mudah dipahami. Guru jarang menggunakan buku lain selain buku pegangan siswa karena waktu yang tidak memungkinkan.
c). Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Pola interaksi antara guru dan siswa terjadi hubungan yang baik dan menyenangkan. Sikap guru yang humoris dan nampak bersahabat dengan siswa menimbulkan kesan proses belajar mengajar terlihat serius tapi santai. Serius dalam artian tetap semangat belajar dengan sungguh-sungguh, namun tetap santai, dapat menikmati, tanpa ada rasa tegang, tertekan, takut dengan guru, atau hal-hal lain yang mengakibatkan proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Guru tidak pernah berkata kasar, marah yang berlebihan, ataupun bertindak sesuatu yang menyinggung perasaan. Hal negatif yang muncul karena situasi belajar seperti ini, terkadang anak kurang bisa memahami maksud baik guru. Mereka terkadang ribut sendiri karena merasa guru tidak akan marah ketika mereka kurang memperhatikan.
Secara umum, kegiatan siswa dalam aktivitas belajar mengajar sebagai berikut: Pertama guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mencatat dan memperhatikan, kemudian memberikan contoh soal beserta pemecahannya. Setelah itu memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh semua siswa, kemudian beberapa orang dari mereka mengerjakan maju ke depan. Perlakuan seperti ini dapat melatih rasa tanggung jawab dan keberanian siswa untuk mengemukakan jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, karena terkadang guru juga meminta siswa yang bisa maju ke depan untuk menjelaskan kepada teman yang lain. Selain itu juga dapat mendorong siswa untuk serius berlatih, karena harus maju mengerjakan. Ketika ada siswa yang maju mengalami kesulitan dalam mengerjakan, guru selalu berusaha memberikan petunjuk. Selain kegiatan belajar mengajar yang biasa, guru juga melakukan diskusi kelompok. Kegiatan diskusi kelompok dilakukan guru sekali dalam satu pokok bahasan, agar kegiatan belajar mengajar lebih bervariatif dan tidak menjenuhkan. Dalam kegiatan diskusi, siswa dilatih untuk presentasi dan menyelesaikan permasalahan dengan kerjasama, siswa juga terdorong untuk belajar dulu sebagai persiapan diskusi. Ketika diskusi kelompok, siswa terlihat belum siap benar dan belum terbiasa. Hal ini nampak ketika terlalu banyak waktu yang vakum, siswa ribut sendiri, banyak siswa yang kurang aktif, sehingga guru harus memberikan komentar berupa petunjuk dan penekanan agar aktif dengan adanya penilaian. Kegiatan diskusi sepenuhnya berusaha diserahkan guru kepada siswa.
2). Observasi Keterampilan Guru Mengelola Kelas
a). Penciptaan Kondisi Belajar Optimal
(1). Sikap tanggap guru.
Sikap tanggap guru dilakukan dalam bentuk:
(a). Memandang siswa secara seksama
Dalam mengajar, guru memandang siswa secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, tidak dengan pandangan sinis. Ketika mengadakan kontak pandang, ekspresi wajah terlihat ceria, dengan selalu tersenyum. Kontak pandang secara seksama menimbulkan kesan serius pada diri guru. Memandang secara seksama dilakukan kepada siswa yang ramai sendiri atau kurang memperhatikan. Sikap ini dapat sebagai teguran agar siswa cepat tanggap untuk kembali memperhatikan. Memandang dengan cara seksama juga diikuti dengan gerakan menuju ke siswa yang bersangkutan. Kontak pandang secara seksama juga dilakukan guru ketika memberikan penekanan terhadap materi atau hal yang dianggap penting untuk diperhatikan. Dengan demikian dapat menambah kesan serius pada diri guru.
(b). Gerak mendekati
Gerak mendekati sebagai sikap tanggap guru sering dilakukan. Gerak mendekati dilakukan guru ketika mengontrol catatan atau latihan, ada siswa yang bertanya, dan ramai atau kurang memperhatikan. Gerak mendekati memang perlu dilakukan sebagai wujud perhatian guru kepada murid, mendorong siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika siswa mencatat atau berlatih soal guru berputar keliling mendekati siswa untuk mengontrolnya. Hal ini menunjukkan sikap peduli dan antusias, mendorong siswa untuk serius berlatih, serta guru dapat mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dan mana yang tidak. Begitu pula ketika ada siswa yang bertanya. Gerak mendekati juga dilakukan guru ketika ada siswa yang ramai atau kurang memperhatikan. Dengan hanya mendekati tanpa guru harus memberikan teguran secara lisan selama tidak keterlaluan, siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya.
(c). Pemberian pernyataan
Guru tidak pernah memberikan pernyataan yang kasar atau menyinggung perasaan. Guru memberikan pernyataan kepada siswa dengan memberikan penekanan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham. Guru perlu sekali memberikan pernyataan-pernyataan kepada siswa dengan harapan untuk selalu diperhatikan. Pernyataan guru yang sering dilakukan berupa nasehat-nasehat, baik ketika siswa melakukan hal yang positif maupun ketika melakukan hal yang kurang berkenan. Belajar matematika memang tidak cukup hanya dengan menghafal saja, butuh banyak latihan. Pernyataan guru diberikan bukan bermaksud untuk menggurui, namun berusaha mengajak siswa untuk berpikir, memberikan masukan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan.
(d). Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa
Teguran diberikan guru ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar. Teguran dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama menggunakan mimik dan gerak dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, melayangkan kontak pandang dengan siswa yang bersangkutan, namun dengan tetap tersenyum. Kedua secara lisan, dengan memberikan nasehat. Nasehat yang diberikan agar dapat menggugah kesadaran dengan menekankan bahwa matematika tanpa banyak berlatih tidak bisa. Teguran sering diberikan ketika siswa ribut karena kurang memperhatikan. Sanksi keras tidak pernah diberikan, karena pelangaran mereka masih bersifat wajar. Hal terpenting dalam memberikan teguran ialah diupayakan siswa tidak merasa tersinggung perasaannya, jangan sampai siswa terus merasa tidak suka dengan guru, yang kemudian ditakutkan tidak suka juga dengan pelajarannya.
(2). Membagi Perhatian
Dalam membagi perhatian, upaya yang dilakukan guru melalui beberapa cara, antara lain:
a Secara visual, dengan melakukan kontak pandang, melayangkan pandangan secara merata ke seluruh siswa, tidak hanya tertuju pada siswa tertentu saja. Dengan mengadakan kontak pandang, siswa akan merasa diperhatikan.
b Secara verbal, dengan memberi nasehat atau komentar, memberikan pertanyaan baik mengenai materi maupun masalah yang dihadapi. Pemberian komentar sering dengan menyebutkan nama siswa. Dengan demikian siswa merasa guru mengenal mereka.
c Gabungan visual dan verbal, guru memberikan nasehat dan komentar, serta memberikan pertanyaan dengan melakukan kontak pandang secara merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih. Upaya ini dilakukan agar siswa merasa diperhatikan, baik mereka yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah.
Perhatian diupayakan diberikan kepada semua siswa tidak pilih kasih, baik mereka yang berprestasi maupun yang kurang, mereka yang selalu memperhatikan maupun yang tidak, mereka yang sering melakukan perbuatan yang mengganggu kegiatan belajar mengajar maupun yang tidak. Perhatian yang diberikan guru memang tidak dapat adil dan merata. Cenderung diberikan kepada siswa yang ekstrem, baik kepada mereka yang pandai atau melakukan hal positif, seperti: selalu memperhatikan, bertanya, bisa menjawab pertanyaan dan latihan soal, maupun kepada mereka yang bermasalah.
(3). Memusatkan Perhatian Kelompok
Kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kelompok kecil ketika diskusi dan kelompok besar dalam satu kelas.
Upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil adalah sebagai berikut:
a Menyiapkan
Ketika diskusi kelompok, persiapan yang dilakukan guru ialah dengan membagi kelompok menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang, mengatur tempat duduk bagi siswa yang maju ke depan secara berderet sejajar berhadapan dengan siswa lain yang tidak presentasi di depan, mengundi urutan kelompok yang maju, kemudian memberikan arahan cara diskusi, dimana nanti kelompok yang maju salah satu presentasi materi, kelompok lain menanggapi atau bertanya untuk selanjutnya dibahas bersama oleh kelompok yang di depan. Jika tidak bisa menjawab dikembalikan kepada si penanya. Jika si penanya tidak bisa, dilempar ke kelompok lain, kemudian jika tidak bisa lagi dibahas bersama guru.
Pembagian kelompok antara 5-6 siswa cukup ideal. Pembagian kelompok bervariasi, dalam satu kelompok ada yang pandai, ada yang kurang, ada yang aktif dan yang kurang. Dihindarkan dalam satu kelompok hanya terdiri dari siswa yang pandai dan aktif saja, di sisi lain hanya terdiri dari siswa yang kurang pandai dan kurang aktif, agar diskusi dapat berjalan dengan baik. Tempat duduk yang berderet sejajar dapat dilihat oleh kelompok lain ynag menanggapi, namun kurang efektif ketika harus membahas pertanyaan bersama-sama, karena untuk berkumpul dengan temannya kadang ada siswa yang harus berdiri dan dapat menimbulkan kegaduhan. Ketika kelompok yang maju tidak bisa menjawab pertanyaan kelompok lain yang bertanya, dilemparkan kepada penanya karena kemungkinan yang bertanya sudah tahu jawabannya, hanya untuk mencoba yang di depan bisa atau tidak. Kemudian jika penanya tidak bisa dilempar kelompok lain agar kelompok lain juga turut berpikir. Terakhir jika sudah tidak ada yang dapat mengerjakan baru dibahas bersama dengan guru. Dalam membahas, guru tidak secara langsung memberitahu jawabannya, namun berusaha mengajak siswa berpikir mengenai jawabannya.
Upaya guru dalam menyiapkan perhatian siswa dalam satu kelas dengan berusaha menarik perhatian siswa, kadang dengan diam sebentar sampai siswa tenang, terkadang menggunakan kata ‘perhatian’ dengan suara yang agak keras.
b Menciptakan dan Mengarahkan Perhatian
Upaya menciptakan dan mengarahkan perhatian siswa baik untuk kelompok besar maupun kecil, ialah dengan berusaha agar siswa tetap perhatian terhadap tugasnya masing-masing, merasa diawasi guru, sehingga guru tetap memperhatikan seluruh siswa, dengan menempatkan diri di posisi yang dapat secara leluasa melihat semua siswa, seperti di belakang dan di depan meja guru namun tidak terlalu mengganggu konsentrasi siswa dengan terlalu banyak berpindah tempat ketika siswa berlatih maupun mencatat. Ketika menjelaskan, di depan kelas kadang ke tengah selama masih dapat dilihat dan diperhatikan oleh seluruh siswa.
c Menyusun Komentar
Dalam diskusi kelompok, komentar diberikan guru di setiap akhir kelompok melakukan presentasi, baik untuk yang sudah bagus maupun yang kurang. Selain itu juga ketika dirasa perlu ketika kegiatan diskusi berlangsung, seperti: siswa kurang memperhatikan, kurang aktif, dan hal lain yang dapat mengganggu kelancaran proses diskusi. Bagi mereka yang bagus diberitahukan kepada yang lain agar ditiru, sedangkan bagi mereka yang masih ada kekurangannya diberikan masukan agar untuk selanjutnya lebih baik lagi.
Ketika kegiatan belajar mengajar dalam satu kelas sebagai satu kelompok, guru juga memberikan komentar, baik untuk mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan yang dirasa mengganggu proses belajar megajar. Komentar diberikan dengan sikap yang baik, tidak menyinggung perasaan. Komentar disampaikan dengan nada yang agak keras dan tegas, serta sikap yang serius agar terkesan bahwa yang disampaikan benar-benar penting dan harus diperhatikan siswa.
(4). Menuntut Tanggung Jawab Siswa
a. Menyuruh siswa lain mengenai rekannya
Guru sering menuntut tanggung jawab siswa lain mengenai rekannya yang maju mengerjakan soal ke depan maupun yang menjawab pertanyaan, memperhatikan apakah sudah benar atau belum untuk kemudian memberikan tanggapan.
b. Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya
Guru juga menuntut tanggung jawab siswa teradap tugas-tugasnya, baik berupa latihan soal di rumah maupun di kelas. Guru menekankan agar banyak berlatih. Tugas dirumah biasanya ditanyakan ketika pertemuan selanjutnya apakah ada kesulitan atau tidak. Guru memang tidak terlalu menuntut siswa untuk banyak berlatih di rumah, hanya menekankan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan. Ketika berlatih soal di kelas, guru menyuruh siswa untuk menunjukkan pekerjaannya di depan kelas. Untuk untuk soal yang digunakan sebagai latihan dirumah, guru jarang menyuruh siswa mengerjakan ke depan. Guru hanya membahas soal yang dirasa sulit. Guru tidak terlalu banyak menuntut siswa untuk banyak berlatih dirumah, karena paham bahwa tugas siswa di luar jam sekolah sudah banyak. Sehingga guru hanya menekankan kepada siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Menumbuhkan komitmen siswa akan tanggung jawabnya terhadap tugas memang harus dilaksanakan oleh guru. Menumbuhkan kesadaran dalam diri daripada keterpaksaan akan menimbulkan efek positif ke siswa. Dengan kesadaran diri, siswa akan beranggapan hal tersebut sebagai kebutuhan, lalu senang untuk melakukannya.
(5). Memberikan Petunjuk Yang Jelas
a Kepada seluruh kelompok
Kepada seluruh siswa sebagai satu kelompok, guru sering memberikan petunjuk secara singkat dan jelas. Pemberian petunjuk diberikan ketika ada siswa yang bertanya tentang suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh siswa, ketika ada kesulitan dalam mengerjakan latihan soal maupun soal yang dirasa guru perlu untuk menjelaskan kepada semua siswa, ketika memberikan nasehat mengenai suatu hal yang harus diperhatikan.
b Kepada siswa secara individu
Selain kepada seluruh siswa, petunjuk yang jelas juga diberikan kepada siswa secara individu, yaitu ketika: ada siswa yang bertanya secara pribadi mengenai suatu hal, ada siswa yang mengalami masalah, seperti nilai jelek, kesulitan berlatih soal, dan masalah pribadi lainnya.
Petunjuk yang diberikan guru dengan bahasa yang singkat dan jelas. Sikap guru yang antusias terhadap pentingnya memberikan petunjuk, membuat guru bersemangat untuk membimbing siswa. Pemberian petunjuk maupun nasehat dengan bahasa yang baik dan tidak menyinggung perasaan.
(6). Memberikan Teguran
Dalam memberikan teguran, guru sering hanya dengan menggunakan mimik dan gerak, yaitu dengan diam sebentar sambil mengadakan kontak pandang. Tidak pernah menggunakan teguran keras, pernyataan kasar, ocehan yang berkepanjangan, menyakitkan, atau yang mengandung penghinaan yang menyinggung perasaan. Ketika siswa ramai atau kurang memperhatikan, sering siswa lain yang mengingatkan, mereka sudah tanggap untuk berhenti melakukannya. Guru menghindari memberikan teguran yang menyinggung perasaan, sehingga suasana interaksi antara siswa dan guru tetap terjaga, tidak ada perasaan yang kurang menyenangkan.
(7). Memberikan Penguatan
Penguatan diberikan guru kepada mereka yang melakukan hal positif, seperti bisa menjawab pertanyaan, aktif, nilainya baik, tidak ramai, selalu maju mengerjakan latihan soal, dan lain sebagainya, maupun mereka yang bermasalah, seperti: nilai jelek, kesulitan dalam belajar, kurang memperhatikan, dan hal negatif lain. Penguatan dilakukan secara verbal maupun hanya dengan mimik dan gerak. Penguatan bagi mereka yang melakukan hal positif diharapkan mampu memberikan motivasi agar lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya, sehingga dapat menjadi contoh bagi siswa lain. Motivasi merupakan proses memberikan dorongan yang berupa alasan dalam melakukan sesuatu. Bagi mereka yang bermasalah, penguatan berupa nasehat dapat membangkitkan semangat mereka untuk lebih baik lagi. Penguatan bagi mereka yang berprestasi dilakukan secara wajar, tidak terlalu berlebihan. Hal terpenting dalam menyampaikan ilmu ialah tahu apa manfaat dari ilmu tersebut dalam kehidupan. Jangan sampai siswa beranggapan bahwa apa yang selama ini mereka pelajari dengan susah payah, apalagi matematika yang penuh dengan simbol-simbol dan perhitungan yang rumit hanya sia-sia saja. Guru memberikan nilai plus bagi mereka yang aktif ketika diskusi, sehingga siswa lebih bersemangat.
b). Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
Sanksi dapat diberikan kepada siswa, jika memang siswa sudah diberikan teguran berkali-kali masih tetap melakukan hal yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Pemberian sanksi tersebut diharapkan dapat memberikan pelajaran agar tidak lagi melakukannya dan sadar bahwa hal negatif yang dilakukannya akan berdampak kurang baik. Dengan demikian sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik.
Kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi belum pernah terjadi kejadian yang mengakibatkan guru memberi sanksi yang keras. Kenakalan mereka hanya sebatas ribut kecil saja, itu pun terkadang muncul karena sifat humor guru. Sedikit teguran saja, mereka akan sadar dengan sendirinya untuk berhenti melakukannya. Terkadang teman lain yang memperingatkan, siswa yang ribut akan berhenti. Kejadian tersebut sering terjadi, karena suasana belajar yang serius tapi santai, siswa tidak merasa takut dengan guru, tegang atau merasa tertekan. Siswa kurang introspeksi diri dengan pemberian kondisi belajar yang demikian, untuk selanjutnya ramai sendiri dan kurang memperhatikan. Namun dengan sedikit teguran mereka akan tenang kembali.
2. Data dan Analisisnya Kelas Akselerasi Putri
a. Analisis Hasil Data Angket
Angket diberikan kepada guru dan siswa. Angket guru digunakan untuk memperoleh informasi mengenai motivasi guru mengajar, persiapan guru sebelum kegiatan belajar mengajar, bagaimana upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, frekuensi penggunaannya, hambatan yang dihadapi, dan harapan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di kelas akselerasi. Sedangkan angket siswa digunakan untuk memperoleh informasi mengenai ketertarikan terhadap pokok bahasan, persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar, umpan balikan dari upaya guru mengadakan keterampilan tersebut, tanggapan mengenai kegiatan belajar mengajar, hambatan yang dihadapi dalam belajar, dan harapan guru yang baik dalam mengajar.
1). Analisis Hasil Data Angket Guru
Dari angket yang diberikan kepada guru maka peneliti dapat memperoleh informasi mengenai motivasi guru mengajar, persiapan guru sebelum kegiatan belajar mengajar, bagaimana upaya guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, frekuensi penggunaannya, hambatan yang dihadapi, dan harapan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di kelas akselerasi sebagai berikut:
1. Motivasi mengajar guru
Motivasi guru mengajar matematika adalah: senang dengan matematika, senang membantu siswa pecahkan problem matematika.
Motivasi merupakan faktor penting dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang guru hendaknya mempunyai visi yang besar terkait dengan tujuan apa yang hendak dicapai dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Motivasi ini dapat menjadi daya dorong bagi guru dalam melaksanakan tugasnya, menyangkut mengapa dia melakukan hal demikian dan apa yang diinginkan dari melakukan hal tersebut. Motivasi utama dalam melakukan segala sesuatu pada dasarnya memang dalam rangka untuk beribadah, memberikan banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Namun guru sebagai manusia biasa terkadang juga mempunyai motivasi sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
Seseorang melakukan sesuatu pada awalnya memang harus merasa senang dulu dengan apa yang ingin dilakukannya, tanpa ada rasa keterpaksaan dari pihak tertentu. Dengan perasaan senang tersebut akan menimbulkan kesadaran dalam diri megenai usaha optimal apa yang harus dilakukannya, agar tujuan dapat tercapai. Demikian halnya sebagai seorang guru, dalam hal ini mata pelajaran matematika, guru juga harus senang dengan matematika. Dengan perasaan senang tersebut maka ia akan berusaha membuat siswa juga senang dengan matematika, sesuai dengan rasa senang yang dirasakan oleh guru.
Guru dalam menyampaikan suatu bidang ilmu, khususnya matematika senantiasa berupaya juga dalam rangka membantu siswa untuk tahu akan manfaat ilmu yang dipelajari, yaitu memecahkan permasalahan yang ada hubungannya dengan matematika. Jika dalam mempelajari ilmu dapat mengetahui manfaatnya, siswa akan termotivasi untuk mempelajari, segala sesuatu yang dipelajari tidak dirasa sia-sia, apalagi untuk mata pelajaran matematika yang objeknya penuh dengan simbol-simbol, serta perhitungan yang rumit, ditambah lagi pobia siswa terhadap matematika yang merasa bahwa matematika itu sulit. Meskipun terkadang ada juga materi atau ilmu yang diajarkan, guru belum mengetahui manfaat riilnya untuk apa, namun senantiasa berupaya senantiasa berusaha untuk mengkaji lebih dalam agar mengetahui penerapannya. Mereka harus yakin bahwa segala bidang ilmu yang dipelajari, pasti pada awalnya ada sesuatu permasalahan yang harus dipecahkan dengan ilmu tersebut.
2. Persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar
Persiapan guru sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu: membaca materi yang akan diajarkan, kadang-kadang tanpa persiapan karena sudah hafal.
Persiapan senantiasa berupaya dilakukan guru sebelum mengajar, apalagi bagi mereka yang belum lama ditugaskan untuk mengajar. Membuat rencana pengajaran dapat membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar nantinya agar dapat terencana seperti apa yang diharapkan, penyampaian materi akan sesuai dengan target waktu yang direncanakan. Hal demikian tidak menjadi permasalahan bagi mereka yang telah lama mengajar. Pada awalnya guru yang telah lama mengajar memang sudah membuat rencana pengajaran, tinggal untuk selanjutnya menyesuaikan atau menyempurnakannya, tidak harus membuatnya setiap akan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Guru yang sudah lama mengajar materi yang sama dan sudah menguasainya, tanpa persiapan dengan mempelajarinya dahulu pun tidak terlalu bermasalah, karena sudah hafal. Namun guru senantiasa berupaya kreatif dalam membuat variasi soal-soal baru, memodifikasi soal yang ada, jangan sampai hal yang disampaikan sama terus dari tahun ke tahun, apalagi siswa sudah mampu menebak dengan mempelajarinya dari kakak tingkat sebelumnya. Guru dapat juga meneliti dan menganalisis kecenderungan siswa dalam mengerjakan soal, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana pengecoh dalam soal.
3. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar kelas akselerasi adalah pembelajaran secara deduktif, kadang-kadang induktif berupa pembuktian teori. Alasannya efektif waktu, anak sudah bisa menerapkan dalam soal.
Pembelajaran secara deduktif, kadang induktif dengan pembuktian teori dapat diterapkan di kelas akselerasi. Secara deduktif, guru menyampaikan hasil kesimpulan rumus yang dipakai, untuk selanjutnya dibuktikan. Untuk rumus yang hampir sama pembuktiannya, cukup dengan alalog saja. Pembelajaran secara induktif, guru mengajak siswa untuk mencari hubungan-hubungan antara materi-materi yang sebelumnya sudah diperoleh, untuk selanjutnya memperoleh kesimpulan atau rumus baru. Jadi sebelumnya siswa belum diberitahukan rumus yang akan diperoleh. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sering menyampaikan materi secara deduktif, guru menyampaikan rumus yang sudah ada di buku, kemudian menjelaskan diperolehnya rumus tersebut, untuk rumus lain yang dirasa siswa sudah bisa memahami sendiri tidak di jelaskan agar efisien waktu. Dengan pembuktian rumus, siswa akan menjadi tahu dan paham bagaimana diperolehnya rumus tersebut yang jika hanya dihafal terkadang mudah lupa.
4. Keterampilan Guru Mengadakan Variasi
a. Variasi Gaya Mengajar
1). Variasi suara.
Dalam mengadakan variasi suara, guru menggunakan intonasi yang tidak monoton, suara keras dan jelas.
Untuk variasi suara, cepat lambat, tinggi rendah disesuaikan dengan situasi dan maksud tertentu. Dalam penyampaian penjelasan, sikap semangat guru nampak melalui suara yang agak keras/tinggi. Terkadang suara guru terdengar lebih keras melebihi suara siswa ketika ramai. Hal ini secara tidak langsung dapat digunakan sebagai teguran. Dengan suara yang agak keras tersebut dengan sendirinya siswa akan sadar untuk berhenti rebut, atau kalau tidak siswa lain yang akan menegur. Suara agak keras juga digunakan ketika guru memberi penekanan pada hal yang dirasa penting, sehingga siswa antusias untuk memperhatikan. Suara agak sedikit melambat ketika guru meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau ketika bertanya. Dengan suara yang agak melambat ini, apa yang diucapkan guru akan dengan mudah dapat dipahami, selain itu secara tidak langsung juga memberi waktu berpikir bagi siswa. Variasi suara yang disesuaikan dengan situasi dan ekspresi tubuh akan menjadikan penampilan guru menarik, apalagi kadang guru bersifat humor, suara disesuaikan dapat mengurangi rasa kebosanan siswa.
2). Perubahan mimik dan gerak
Perubahan mimik dan gerak disesuaikan, jika terlalu banyak bisa mengganggu konsentrasi.
Perubahan mimik dan gerak disesuaikan sesuai dengan ekspresi ucapan, situasi, dan kondisi. Sikap humor dan selalu tersenyum membuat mimik wajah guru selalu nampak ceria, membuat siswa yang memandang menyenangkan, tidak nampak ‘horor’, sehingga membuat siswa rileks dalam belajar, tidak tegang atau merasa tertekan. Dalam tersenyum dilakukan secara tulus, spontan, dan tidak dibuat-buat, serta tidak dilakukan dengan pandangan yang sinis. Gerakan anggota tubuh disesuaikan dengan ekspresi ucapan, tidak monoton, atau bahkan hanya diam saja. Mimik dan gerak dapat juga digunakan sebagai teguran halus ketika ada siswa yang ramai, kurang memperhatikan, atau melakukan perbuatan yang kurang berkenan lain yang dirasa guru menganggu aktivitas belajar mengajar. Teguran ini dilakukan guru dengan mengerutkan dahi, sambil tersenyum, dan diam sebentar, anak dengan sendirinya sudah tanggap. Sikap dan penampilan guru yang seperti ini akan senantiasa membuat hubungan guru dan siswa menyenangkan.
3). Pemberian waktu hening dalam pembicaraan
Waktu hening dilakukan guru ketika menyuruh siswa berpikir dan ketika siswa tidak memperhatikan sebagai teguran agar siswa kembali memperhatikan.
Waktu hening atau diam sejenak dilakukan guru ketika menyuruh siswa berpikir mengenai pertanyaan guru atau ketika latihan mengerjakan soal. Waktu tersebut diberikan agar siswa dapat berpikir sebentar, mencoba mengerjakan, mencari jawaban, minimal siswa akan mendapat gambaran apakah bisa mengerjakan atau tidak untuk selanjutnya dibahas bersama dengan guru dan teman-teman. Diam sejenak juga dilakukan guru ketika ada siswa yang tidak memperhatikan sebagai teguran halus.
4). Melakukan kontak pandang
Kontak pandang dilakukan guru merata ke seluruh siswa untuk memastikan siswa memperhatikan.
Dalam melakukan kontak pandang diupayakan guru merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih, dapat dilakukan guru sambil berdiri atau duduk di depan kelas, maupun berjalan keliling sambil menghampiri siswa. Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap/cara kontak pandang guru dengan siswa yang menyenangkan, tidak terlihat sinis, menunjukkan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga membuat siswa merasa selalu diperhatikan, baik kepada siswa yang melakukan perbuatan yang menyenangkan, maupun kepada mereka yang melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar. Dalam melakukan kontak pandang, guru juga harus menjaga pandangan, karena anak yang diajar adalah siswa putri. Walaupun mereka masih anak-anak, banyak juga dari mereka yang sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan. Demikian pula guru juga berusaha memberikan teladan yang baik.
5). Perubahan posisi
Perubahan posisi guru kadang-kadang dilakukan dengan jalan keliling.
Perubahan posisi guru yang tidak monoton atau bervariasi akan dapat mempertahankan perhatian siswa. Gerak ke depan ke belakang, ke kiri ke kanan, berdiri dan duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika guru menjelaskan materi, guru berdiri di depan kelas, kadang ke tengah, selama masih dapat dilihat atau diperhatikan oleh seluruh siswa. Guru kadang duduk di kursi guru ketika selesai menjelaskan sambil menunggu siswa mencatat, ketika siswa mengerjakan latihan soal, sambil sesekali berjalan keliling untuk berusaha mengontrol siswa yang bisa mengerjakan maupun yang tidak.
6). Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Pemberian tekanan terhadap butir yang penting dilakukan guru ketika menyampaikan kesimpulan dan hal-hal yang tidak ada dalam buku.
Pemberian tekanan terhadap materi ataupun hal-hal yang penting, yang dirasa harus diperhatikan siswa, seperti kesimpulan rumus atau hal-hal yang tidak ada dalam buku selalu dilakukan oleh guru. Bentuk penekanan ini diusahakan menarik perhatian siswa, dapat membuat hal yang harus diperhatikan itu benar-benar dipahami oleh siswa, yang pada akhirnya akan selalu diingat. Kadang juga dengan menulis kesimpulannya di papan tulis dengan simbol, seperti kotak atau gambar lain.
Variasi gaya mengajar tersebut diusahakan selalu dilakukan oleh guru, kecuali kondisi diri tidak fit karena anak akan interest. Variasi gaya mengajar guru yang menyenangkan, dengan sikap yang ramah, senantiasa tersenyum, dan humoris yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan akan membuat siswa senang dengan guru. Siswa akan merasa rileks, tidak tegang, merasa tertekan, atau takut dengan guru, sehingga siswa dapat belajar dengan serius tapi santai. Serius dalam arti tetap komitmen untuk belajar, namun tetap santai, tidak tegang, atau merasa tertekan. Gaya mengajar senantiasa berupaya juga mencerminkan siap keteladanan bagi siswa, baik dalam bersikap maupun bertingkah laku. Secara tidak langsung, sedikit atau banyak, siswa dalam bersikap dan bertingkah laku juga memperhatikan guru, karena mereka orang yang memberikan pelajaran kepada dirinya.
Terdapat hambatan guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar, yaitu ketika anak capek atau mengantuk. Upaya untuk mengatasinya dengan diberi sedikit nasehat dan lakukan ice breaking.
Kondisi siswa yang kurang mendukung, seperti capek, mengantuk, dan lain sebagainya memang dapat menjadi hambatan dalam mengadakan gaya mengajar bagi guru. Guru harus berusaha memahami kondisi anak. Sikap sabar, pemberian motivasi dan nasehat merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru. Guru berusaha lebih kreatif melakukan ice breaking agar siswa tidak bosan dengan materi yang disampaikan. Selingan berupa cerita-cerita hikmah, humor, dan cerita lain diluar materi pelajaran perlu dilakukan.
b. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Pengajaran
Dalam kegiatan belajar, guru menggunakan media pembelajaran berupa: spidol, white board, penghapus, penggaris, busur, jangka OHP dan transparan. Alasannya adalah untuk mempermudah pemahaman siswa dan harus pakai untuk subbab tertentu.
Penggunaan media atau alat bantu memang perlu dilakukan oleh guru dalam rangka mempermudah pemahaman siswa. Pada kegiatan belajar mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru hanya menggunakan media pokok untuk penjelasan materi seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka. Guru tidak menggunakan media lain yang berhubungan dengan materi. Tanpa menggunakan media pembelajaran berupa bentuk riil, siswa sudah dapat memahami. Secara tidak langsung, sebenarnya penggunaan media atau alat bantu yang riil dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran, karena mengetahui penerapannya.
Penggunaan media tidak selalu digunakan dalam setiap pertemuan, tergantung sub pokok bahasan, karena tidak selalu pakai dalam sub pokok bahasan tersebut. Media digunakan ketika memang benar-benar di butuhkan, ketika siswa memang dirasa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang hanya dengan membaca atau cukup dengan menjelaskan ilustrasi saja. Jika materi yang diajarkan sudah dirasa cukup mudah untuk dipahami siswa hanya dengan memberikan ilustrasi saja, maka tidak menggunakan alat Bantu pun tidak masalah. Selain mempermudah guru sendiri, juga efisiensi waktu. Mengingat untuk menyiapkan media, guru juga butuh waktu dan biaya, selain itu ketika siswa praktek menggunakan media di kelas akan terlalu menyita banyak waktu.
Guru tidak mengalami hambatan dalam mengupayakan media pembelajaran, karena media pokok dalam kegiatan belajar mengajar sudah tersedia di masing-masing kelas.
Variasi bahan atau materi pelajaran dilakukan guru dengan menggunakan literatur lebih dari satu buku. Dengan memperbanyak referensi lain disamping buku pegangan pokok yang digunakan siswa akan dapat saling melengkapi kekurangannya. Selain itu juga dapat untuk saling membandingkan isi materi mana yang lebih mudah dipahami.
Variasi bahan pengajaran tersebut tidak selalu dilakukan guru, karena lihat waktu. Penggunaan literatur lain selain buku pegangan siswa perlu diusahakan agar lebih variatif. Mengingat waktu belajar siswa akselerasi yang lebih singkat, seringnya guru hanya menggunakan buku yang dipegang siswa. Karena semua siswa sudah punya, mudah tinggal menjelaskannya saja. Waktu yang singkat tersebut terkadang hanya cukup untuk menjelaskan materi yang ada di buku pegangan. Namun sedikit banyak guru juga berusaha menambahkan materi yang kurang yang dirasa dibuku pegangan tidak ada, khususnya untuk variasi soal.
Terdapat hambatan dalam mengadakan variasi bahan ajar yaitu kurangnya waktu. Waktu yang singkat memang menjadi hambatan bagi guru untuk lebih variatif lagi dalam menambah materi pelajaran di luar buku pegangan siswa. Waktu yang tersedia hanya cukup untuk menjelaskan materi yang ada di buku pegangan. Walaupun materi di buku pegangan sudah lengkap, namun untuk variasi soal yang lain dapat dilakukan agar tidak monoton dari satu tahun ke tahun sebelumnya.
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Upaya mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa dilakukan guru dengan selalu tampil menyenangkan, menerangkan, menyuruh maju ke depan, dan memberi tugas perorangan.
Secara umum, kegiatan siswa dalam aktivitas belajar mengajar sebagai berikut: Pertama guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mencatat dan memperhatikan, kemudian memberikan contoh soal beserta pemecahannya. Setelah itu memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh semua siswa, untuk kemudian dibahas bersama dengan guru dan teman yang lain. Ketika membahas soal latihan, guru yang mengerjakan di depan. Dalam mengerjakan di depan, guru hanya menuliskannya saja, sedangkan yang berpikir siswa, baru ketika siswa mengalami kesulitan, guru memberikan petunjuk. Guru jarang sekali menyuruh siswa maju mengerjakan ke depan. Hanya sekali guru menyuruh siswa sendiri yang mengerjakan di depan, ketika ada sisa waktu di akhir pertemuan dalam pembelajaran satu pokok bahasan. Untuk tugas perorangan yang harus dikumpulkan, guru memberikannya sekaligus untuk lebih dari satu pokok bahasan. Selain itu siswa juga dianjurkan untuk banyak berlatih di rumah.
Upaya guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa tersebut diusahakan selalu dilakukan karena kondusif kelas mempengaruhi dalam pembelajaran. Dengan tampil menyenangkan akan membuat hubungan siswa dengan guru menjadi menyenangkan pula. Kondisi yang mendukung, baik suasana belajar maupun kegiatan siswa dalam belajar akan berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mangajar.
Terdapat hambatan yang dihadapi guru dalam upaya mengadakan variasi di atas. Hambatannya sangat tergantung dan spontanitas yaitu kondisi anak lelah atau tidak semangat. Upaya yang berusaha dilakukan guru dengan memberikan cerita-cerita di luar materi dan memberikan motivasi belajar. Siswa yang lelah atau kurang semangat belajar dapat menjadi hambatan dalam upaya guru untuk berinteraksi dan mengadakan kegiatan belajar bagi mereka. Ketika keadaan siswa sudah lelah bahkan terus kurang semangat belajar, akan membutuhkan perhatian yang lebih dari guru. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam hal ini. Cerita diluar materi sebagai selingan perlu dilakukan, namun cerita yang diberikan juga harus menarik dan dapat menimbulkan semangat. Begitu pula nasehat yang berisi motivasi dalam diri siswa untuk semangat belajar, atau nasehat yang dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa bahwa belajar adalah kebutuhan pribadi masing-masing, sehingga mereka tahu apa yang seharusnya dilakukan.
5. Keterampilan Guru Mengelola Kelas
a. Penciptaan Kondisi Belajar Optimal
1). Sikap tanggap guru.
Sikap tanggap guru dilakukan dalam bentuk:
a ). Memandang siswa secara seksama
Upaya guru dalam memandang siswa secara seksama dilakukan dalam rangka meyakinkan mereka bahwa guru perhatian dan siap memberikan respon terhadap segala sesuatu yang dilakukannnya. Memandang siswa secara seksama diupayakan merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih, tidak ada kecenderungan hanya tertuju pada satu atau beberapa orang saja. Kontak pandang dilakukan dengan pandangan yang memberi kesan bersahabat dan antusias, tidak sinis, dapat memperlihatkan rasa perhatian guru kepada mereka, sehingga dapat mendorong siswa untuk memperhatikannya juga. Kontak pandang yang dilakukan guru dilakukan kepada mereka baik yang melakukan tindakan yang menyenangkan maupun kepada mereka yang melakukan perbuatan yang dirasa kurang berkenan sebagai respon guru dari apa yang mereka lakukan. Karena siswanya putri sedangkan gurunya putra, maka dalam mengadakan kontak pandang guru sedikit berhati-hati, sebagian besar dari mereka sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan.
b ). Gerak mendekati
Gerak mendekati sebagai sikap tanggap guru sering dilakukan dalam rangka meminta perhatian mereka. Gerak mendekati dilakukan guru ketika siswa benar-benar membutuhkan perhatian guru, seperti: ramai atau kurang memperhatikan, ada siswa yang bertanya, ketika siswa berlatih soal, mencatat, dan mengontrol kegiatan siswa lainnya. Gerak mendekati siswa yang kurang memperhatikan, secara tidak langsung sebagai teguran halus. Begitu pula ketika siswa mencatat atau berlatih soal, gerak mendekati guru akan mendorong mereka serius untuk mengerjakan. Gerak mendekati siswa yang kurang perhatian atau kurang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dapat mendorong mereka untuk kembali terlibat, sedangkan gerak mendekati siswa yang banyak terlibat atau yang berprestasi akan memberikan dorongan bagi mereka untuk lebih meningkatkannya lagi. Gerak mendekati dilakukan seperlunya, jangan sampai siswa merasa kurang enak atau bahkan mengganggu konsentrasi.
c ). Pemberian pernyataan
Pemberian pernyataan guru kepada siswa dilakukan saat diperlukan dengan memberikan pujian bila melakukan hal-hal yang baik, dan sindiran bila melakukan hal-hal yang jelek. Guru perlu sekali memberikan pernyataan-pernyataan kepada siswa dengan harapan untuk selalu diperhatikan baik kepada mereka yang melakukan hal positif, maupun yang sebaliknya. Pujian bagi mereka yang melakukan hal yang baik untuk selanjutnya agar dapat menjadi contoh bagi siswa yang lain dapat memberikan motivasi agar lebih berusaha meningkatkannya atau minimal mempertahankannya. Sindiran bagi mereka yang melakukan hal jelek tanpa harus menyebut nama dapat sebagai teguran. Dengan demikian yang bersangkutan akan menyadari kesalahannya untuk kemudian berhenti melakukannya, tanpa orang lain mengetahuinya.
d ). Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa
Dalam memberikan reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa, dilakukan secara bertahap dengan sindiran dan nasehat. Sindiran bagi mereka yang melakukan hal yang dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar dapat digunakan sebagai teguran agar siswa yang bersangkutan sadar sendiri, tanpa siswa lain tahu bahwa dia yang melakukannya, sehingga tidak terlalu menyinggung perasaan. Nasehat juga perlu jika dengan sindiran, siswa tidak langsung menyadari kesalahannya. Nasehat yang diberikan tentu saja suatu hal yang dapat meningkatkan kesadaran diri siswa untuk tidak lagi melakukan hal yang kurang baik tersebut. Kesabaran guru dibutuhkan dalam menanggapi mereka, karena secara psikologis mereka masih anak-anak. Guru harus berusaha untuk memahami mereka. Nasehat tentunya tidak dilakukan dengan marah-marah atau melakukan tindakan yang dapat menyinggung perasaan, yang membuat siswa merasa berkecil hati.
Sikap tanggap tersebut berusaha selalu dilakukan guru dalam setiap pertemuan dalam upaya menguasai kelas sehingga belajar kondusif. Sikap tanggap guru sebagai respon terhadap segala aktivitas siswa secara moral dapat menggugah perasaan siswa bahwa dia benar-benar diperhatikan, untuk selanjutnya siswa merasa tidak diacuhkan dan lebih bersemangat dalam belajar. Suasana belajar pun dapat terkontrol.
Terdapat hambatan guru dalam berusaha bersikap tanggap, yaitu jika siswa tidak mau diajak kompromi (baru ngambek). Upaya yang coba dilakukan untuk mengatasi ialah dengan menindak lanjuti di hari berikutnya. Kondisi siswa yang kurang mendukung, tidak bisa diajak kerjasama dapat menjadi hambatan dalam upaya guru mengadakan sikap tanggap. Betapapun upaya guru dilakukan dalam menaggapi segala aktivitas siswa sebagai wujud perhatian, namun jika siswa kurang menyadari maksud baik guru, menyalah tafsirkan negatif terhadap teguran dan nasehat guru, yang sebenarnya untuk kebaikan mereka, terus kemudian mereka ngambek, akan membuat kesulitan guru dalam mengadakan sikap tanggap. Sehingga diperlukan tindak lanjut di waktu selanjutnya.
2). Membagi Perhatian
Upaya guru dalam membagi perhatian kepada siswa tidak pilih kasih walaupun punya kecenderungan untuk itu. Upaya membagi perhatian secara visual dilakukan dengan mengadakan kontak pandang secara merata ke seluruh siswa, demikian juga secara verbal dengan memberikan pernyataan baik pujian atau teguran, senantiasa berupaya tidak hanya tertuju pada satu atau beberapa siswa saja. Sikap pilih kasih dapat menimbulkan sikap iri dari siswa yang lain, sehingga jangan sampai hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain menjadi renggang dan kurang harmonis karena sifat iri ini.
Upaya tersebut selalu berusaha dilakukan guru, karena dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Perhatian guru digunakan sebagai respon dari apa yang dilakukan atau dialami siswa, sehingga siswa benar-benar merasa diperhatikan oleh guru, tidak merasa diacuhkan. Dengan demikian dapat menumbuhkan rasa percaya diri, tidak merasa minder karena tidak diperhatikan guru.
Tidak terdapat hambatan yang dialami guru dalam upaya membagi perhatian. Jumlah siswa yang tidak terlalu besar memudahkan guru dalam membagi perhatian.
3). Memusatkan Perhatian Kelompok
Upaya guru dalam memusatkan perhatian seluruh siswa sebagai satu kelompok besar ialah dengan meyakinkan bahwa tugas itu sangat penting, jika tidak berhasil perintahkan sebagai tugas. Guru tidak pernah melakukan kegiatan diskusi kelompok kecil. Pemusatan perhatian siswa terhadap semua tugas yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar senantiasa berupaya senantiasa dilakukan guru agar siswa selalu mengindahkannya. Tugas-tugas siswa dalam belajar memang banyak, seperti: memperhatikan dan memahami apa yang disampaikan guru, mencatat, berlatih soal, menjawab pertanyaan, dan kegiatan lain yang harus dilakukan. Sebagai persiapan dan menciptakan perhatian, guru senantiasa berupaya memberikan arahan mengenai tugas apa yang seharusnya dilakukan siswa sebagai pelajar. Kemudian hal paling penting adalah meyakinkan tugas-tugas tersebut sebagai kewajiban yang harus dilakukan sebagai siswa. Dengan demikian akan menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
Upaya tersebut berusaha selalu dilakukan guru jika siswa lainnya serius mengerjakan tugas dalam rangka mencapai target belajar. Hal penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah adanya perhatian siswa terhadap apa yang disampaikan guru, sehingga tujuan belajar agar siswa dapat memahami semua materi yang disampaikan guru dapat tercapai. Perhatian lebih biasanya diberikan kepada mereka yang serius memperhatikan agar tetap memperhatikan terus.
Terdapat hambatan dalam membagi perhatian kelompok lihat situasi dan kondisi. Hambatannya kadang ada siswa yang tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya karena tidak perhatian terhadap instruksi atau perintah. Solusi yang berusaha dilakukan dengan selalu menyuruh melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Siswa jika sudah tidak mau lagi melaksanakan tugasnya sebagai pelajar memang dapat mengganggu upaya guru dalam membagi perhatian kelompok terhadap tugas-tugas. Guru hanya bisa mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sebagai siswa, mengenai bagaimana hasilnya nanti tergantung siswa. Guru juga tidak dapat terlalu memaksakan, semua tergantung siswa mau berhasil atau tidak, yang terpenting guru sudah berusaha seoptimal mungkin untuk mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan.
4). Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Upaya yang dilakukan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa terhadap keterlibatan mereka pada tugas-tugas kurang tegas, lebih banyak toleransi dan kompromi melihat kesibukan santri di luar kegiatan belajar mengajar, terkadang harus menerima alasan tidak terlaksananya tugas.
Menumbuhkan komitmen siswa akan tanggung jawabnya terhadap tugas memang harus dilaksanakan oleh guru. Menumbuhkan kesadaran dalam diri daripada keterpaksaan akan menimbulkan efek positif ke siswa. Dengan kesadaran diri, siswa akan beranggapan hal tersebut sebagai kebutuhan, lalu senang untuk melakukannya, kemudian sadar akan apa yang seharusnya dilakukan. Banyaknya kegiatan yang menyebabkan kurang waktu belajar juga anak-anak terlalu capek menjadi pertimbangan guru untuk lebih toleransi terhadap tugas siswa. Guru memang selalu berusaha untuk memahami kondisi mereka.
Terdapat hambatan dalam upaya guru menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas dalam belajar. Hambatan tersebut adalah tugas siswa sudah terlalu banyak. Solusi yang dilakukan dengan memberikan toleransi bagi siswa yang kegiatan di kesantrian banyak. Guru lebih banyak memberikan toleransi kepada siswa dengan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang sering dikumpulkan, bahkan untuk latihan soal dan belajar di rumah pun guru tidak terlalu menuntut, hanya mengharapkan kesadaran dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
5). Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Upaya yang dilakukan guru dalam memberikan petunjuk yang jelas dengan diulang-ulang sampai 99% paham, materi bisa diulang dalam satu waktu 2-3 kali, atau menerangkan dari hal-hal yang ditanyakan saja.
Petunjuk yang jelas diberikan kepada siswa ketika mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan guru atau ketika kesulitan mengerjakan latihan soal. Guru harus sabar mengulanginya kembali ketika satu dua kali siswa belum bisa memahami. Penyampaian pemberian petunjuk senantiasa berupaya dengan cara yang menyenangkan, tidak dengan marah-marah atau melakukan hal yang menyinggung perasaan siswa.
Upaya memberikan petunjuk yang jelas tersebut berusaha selalu dilakukan guru, kecuali situasi dan kondisi tidak memungkinkan, waktu habis. Ketika seringkali guru harus mengulangi kembali penjelasan yang belum bisa dipahami hanya karena sebagian kecil saja yang belum paham, banyak waktu yang terbuang, kasihan siswa yang sudah paham. Jika sebagian besar siswa memang belum bisa memahami, maka bisa diulangi sampai paham tidak menjadi masalah. Namun perlu adanya penekanan agar berusaha lebih cepat memahami, mengingat waktu belajar mereka yang singkat.
Tidak terdapat hambatan dalam upaya guru memberikan petunjuk yang jelas. Pemberian petunjuk yang jelas dapat dilakukan kapan saja selama siswa membutuhkan dan waktu juga memungkinkan. Disamping itu juga didukung oleh tingkat intelegensi siswa yang di atas taraf cerdas, sehingga lebih cepat dan mudah untuk memahami.
6). Memberikan Teguran
Upaya yang dilakukan guru dalam memberikan teguran dengan dinasehati agar memperhatikan, dikeluarkan dari kelas.
Terhadap siswa yang mengganggu aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa berupaya memberikan teguran. Dalam memberikan teguran diupayakan tidak melakukan hal yang dapat menyinggung perasaan siswa. Anak-anak aksel kebanyakan mudah cepat tanggap. Guru diam sebentar ketika siswa ramai atau ribut dengan melakukan kontak pandang, sudah dapat dikatakan sebagai teguran. Siswa akan sadar sendiri atau kadang teman lain yang mengingatkan, sudah berhenti melakukannya. Jika dengan diam sebentar siswa masih melakukan hal yang kurang menyenangkan, perlu diberikan nasehat secara lisan. Pemberian nasehat harus mendidik, tidak menyinggung perasaan siswa. Sebisa mungkin hindari marah yang berlebihan, karena akan mengakibatkan hubungan siswa dengan guru menjadi kurang menyenangkan, yang nantinya berimbas ke proses kegiatan belajar mengajar. Guru harus banyak bersabar, beri teladan yang baik. Jika memang terpaksa harus marah jangan berlebihan yang mengakibatkan siswa berkecil hati, terus tidak suka dengan gurunya dan kemungkinan terburuk ialah terus berlanjut tidak suka dengan mata pelajarannya. Sanksi keras dengan mengeluarkan siswa yang mengganggu bisa dilakukan agar jera. Namun hal tersebut belum pernah dilakukan di kelas akselarasi.
Upaya memberikan teguran tidak selalu dilakukan guru, kesabaran ada batasnya. Guru jarang memberikan teguran secara lisan, karena anak akselerasi sudah mudah cepat tanggap. Ketika teman lain yang menegur, mereka sudah sadar untuk berhenti melakukannya. Teguran secara lisan terkadang jika terlalu sering dilakukan ditakutkan akan dapat menyinggung perasaan. Namun kesabaran guru sebagai manusia biasa juga ada batasnya, terkadang juga tidak dapat menahan amarah.
Terdapat hambatan guru dalam memberikan teguran kepada siswa, yaitu kadang ada anak badung tapi pendendam. Solusi yang dilakukan dengan mengadakan pendekatan dengan cara lebih diperhatikan di kelas, sering disebut namanya. Anak yang bandel memang sulit untuk diatasi dengan memberikan teguran sekali dua kali, butuh kesabaran. Ketika guru memberikan teguran inginnya dengan cara halus sudah berhenti, tapi siswa kurang bisa memahami. Terkadang siswa menyalah tafsirkan maksud baik guru sebagai rasa kurang suka guru kepada siswa yang bersangkutan. Padahal guru melakukan semua itu demi kebaikan mereka juga. Jika ditegur dengan nada yang agak keras kadang siswa lain juga terganggu, sehingga interaksi guru dan siswa menjadi kurang menyenangkan. Upaya memberikan nasehat yang menumbuhkan kesadaran pribadi untuk berbuat baik sangat diperlukan.
7). Memberikan Penguatan
Upaya guru memberikan penguatan dilakukan dengan memberi nasehat berupa ibroh atau cerita hikmah, tampil menarik, bersikap humor, didekati, dipijat jika mengantuk, dan dibimbing ketika kesulitan mengerjakan latihan. Penguatan diberikan kepada mereka yang melakukan hal positif dan juga kepada mereka yang bermasalah. Kepada mereka yang melakukan hal positif dengan harapan dapat lebih meningkatkannya lagi atau minimal mempertahankannya. Sedang bagi mereka yang bermasalah dapat memberikan motivasi agar menjadi baik. Cerita ibroh dapat diberikan agar siswa berusaha mengambil hikmahnya dan dapat lebih bersemangat. Berusaha tampil menyenangkan, humoris akan membuat siswa senang dengan guru yang nantinya akan berimbas senang pula dengan mata pelajarannya. Memberikan perhatian kepada siswa terhadap segala sesuatu yang dialami mereka akan memberikan kesan bahwa guru tidak mengacuhkannya juga dapat memberikan motivasi.
Pemberian penguatan diupayakan selalu dilakukan guru, supaya siswa termotivasi dan tidak malas di kelas. Motivasi merupakan proses memberikan dorongan yang berupa alasan dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya penguatan tersebut diharapkan prestasi dapat lebih meningkat atau minimal tetap mempertahankannya.
Terdapat hambatan dalam memberikan penguatan kepada siswa, yaitu jika kondisi kelas tidak kondusif (kecapekan). Solusi yang dilakukan dengan menyampaikan materi yang sedikit saja, lebih banyak cerita atau dialog ringan tentang mereka. Kondisi fisik yang kurang mendukung akan menghambat guru dalam memberikan penguatan, karena bagaimanapun usaha guru untuk memotivasi, jika sudah capek, kecil kemungkinan siswa untuk dapat menerima pelajaran. Ketika guru mengetahui kondisi siswa sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan pelajaran, maka diperlukan inisiatif guru untuk mengatasinya, dengan selingan cerita atau dialog ringan tentang mereka. Baru setelah anak siap, kembali guru melanjutkan pelajaran.
b. Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
Terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan, guru memberikan sanksi dengan memukulnya tapi yang mendidik.
Sanksi dapat diberikan kepada siswa, jika memang siswa sudah diberikan teguran berkali-kali masih tetap melakukan hal yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Pemberian sanksi tersebut diharapkan dapat memberikan pelajaran agar tidak lagi melakukannya. Dengan demikian sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik. Sanksi dengan kekerasan diusahakan tidak dilakukan karena akan menimbulkan hal yang negatif.
Kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi belum pernah terjadi kejadian yang mengakibatkan guru memberi sanksi keras. Kenakalan mereka masih wajar, hanya sebatas ribut kecil saja, itu pun terkadang muncul karena sifat humor guru dan suasana belajar yang santai namun serius. Dengan sendirinya mereka akan sadar sendiri untuk berhenti melakukannya.
6. Harapan Kegiatan Belajar Mengajar Yang Diterapkan di Kelas Akselerasi
Menurut guru, kegiatan belajar mengajar yang tepat diterapkan di kelas akselerasi ialah dengan metode CBSA.
Cara belajar siswa aktif dapat diterapkan di kelas akselarasi. Siswa yang mempunyai kecerdasan luar biasa diatas rata-rata akan mudah memahami materi, tentunya jika aktif dan giat belajar. Nanti dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tinggal menanyakan apa yang belum bisa dipahami untuk dijelaskan guru atau dibahas bersama-sama dengan siswa lain. Ketika siswa aktif untuk belajar dan berlatih sendiri, akan terasa beda tingkat pemahamannya ketika hanya menerima apa yang disampaikan guru. Dalam hal ini, guru harus berusaha menumbuhkan motivasi belajar siswa, kesadaran dalam diri akan pentingnya menuntut ilmu sebagai kebutuhan, tahu apa yang seharusnya dilakukan, kemudian berusaha untuk menjadi yang terbaik.
2). Analisis Hasil Data Angket Siswa
Dari angket yang diberikan kepada siswa maka peneliti dapat memperoleh informasi ketertarikan siswa terhadap matematika, persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar, umpan balikan terhadap keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas, hambatan yang dialami dalam kegiatan belajar mengajar, dan harapan mengajar guru yang baik sebagai berikut:
1. Ketertarikan Terhadap Pokok Bahasan
Sebanyak 33,35% siswa menyatakan tertarik, 46,64% menyatakan cukup tertarik, 6,67% menjawab biasa-biasa saja, 6,67% menjawab kadang-kadang tertarik, dan 6,67% menjawab tidak tertarik. Untuk siswa yang tertarik dengan pokok bahasan, 60% responden menyatakan alasan karena materi tidak susah/mudah dipahami, 20% karena ustadznya mengajar dengan semangat sehingga membuat pelajarannya tidak membosankan, 20% menyatakan karena asyik saja, Untuk siswa yang menjawab cukup/lumayan tertarik, 28,57% menyatakan karena ustadznya mengajar dengan baik, dan 71,43% karena materi mudah dipahami/tidak terlalu sulit. Untuk mereka yang menyatakan biasa-biasa saja, 100% menyatakan karena pelajarannya cukup ribet, untuk yang menjawab kadang-kadang tetarik, 100% menyatakan karena tergantung mood, untuk siswa yang menyatakan tidak tertarik, 100% alasannya karena bosan.
Sebagian besar siswa sudah tertarik atau senang dengan pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, walaupun kadarnya berbeda-beda, minimal ada rasa senang. Ketertarikan terhadap suatu hal sangat menentukan keberhasilan siswa dalam melakukan sesuatu, dalam hal ini ialah pelajaran matematika, terkhusus pokok bahasan ini. Bila pada awalnya siswa sudah tertarik, untuk selanjutnya dengan kesadaran sendiri mereka akan berusaha seoptimal mungkin mengenai apa yang seharusnya dilakukan, tanpa merasa ada paksaan dari pihak lain. Mereka sadar bahwa belajar dan banyak berlatih adalah suatu kebutuhan dan keharusan agar apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
Ketertarikan siswa secara garis besar ditentukan oleh dua hal, yaitu mengenai materi pelajaran dan guru dalam menyampaikannya. Dari sisi materi, sebagian besar siswa tertarik karena mudah dipahami/dipelajari. Anggapan siswa terhadap suatu hal yang mudah dipahami dapat menarik antusias siswa untuk mempelajari. Sedang dari sisi guru, mereka beranggapan bahwa guru dalam mengajar bersemangat sehingga membuat pelajarannya tidak membosankan, asyik saja. Betapapun mudahnya materi yang dipelajari, namun jika dalam menyampaikannya guru kurang menarik, penampilan kurang menyenangkan, terlalu monoton dapat menimbulkan kebosanan. Jika siswa merasa bosan, maka untuk dapat menerima pelajaran yang disampaikan guru akan sulit. Hanya sebagian kecil siswa yang merasa kurang tertarik dengan pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. Mereka beranggapan pelajarannya cukup ribet dan tergantung mood. Anggapan materi sulit kemungkinan memang dari awal siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan, sulit, penuh dengan rumus, dan perhitungan yang rumit. Image jelek tersebut senantiasa berupaya berusaha dibuang dari pikiran. Guru juga berperan dalam hal ini. Image matematika pelajaran yang sulit di awal, secara tidak sadar akan membatasi pikiran kita hanya tertuju pada sulitnya saja sebelum berusaha mencoba mempelajari. Padahal sebenarnya kemampuan kita bisa lebih dari itu, jika kita punya keyakinan pasti bisa. Untuk mereka yang tidak tertarik sama sekali, beranggapan bahwa kegiatan belajar mengajarnya membosankan. Walaupun hanya beberapa siswa yang beranggapan demikian, hal ini dapat memberikan masukan bagi guru agar lebih perhatian dan kreatif lagi dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
2. Persiapan Sebelum Kegiatan Belajar Mengajar
Mengenai persiapan sebelum kegiatan balajar mengajar, sebanyak 26,68% siswa menjawab selalu mempersiapkan diri, 66,65% tidak selalu/kadang-kadang, dan 6,67% menyatakan tidak pernah. Untuk yang menjawab selalu mempersiapkan diri: 33,33% persiapannya dengan mempelajari kembali pokok bahasan, 33,33% persiapannya dengan memeriksa pekerjaan, 33,33% dengan melihat apa ada pekerjaan pondok atau tidak dan baca-baca sebentar, 25% tidak mengemukakan persiapannya. Untuk yang kadang-kadang, 26.68% menyatakan persiapannya dan 72,32% tidak menyatakan persiapannya. Dari yang menyatakan persiapannya, 25% menyatakan persiapannya dengan menyiapkan buku dan mempelajari pelajarannya, 25% kalau belajar sendiri kadang saya tidak mengerti, 25% menyatakan persiapannya dengan baca-baca dikit, 25% menjawab mengerjakan pekerjaan pondok jika ada dan kadang latihan soal. Untuk siswa yang menjawab tidak pernah, 100% menyatakan hanya menyiapkan buku saja.
Siswa yang selalu mempersiapkan diri sebelum pelajaran berlangsung lebih sedikit dibandingkan mereka yang hanya kadang-kadang. Padahal persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Persiapan tidaklah cukup hanya dengan mempersiapkan sarana dan prasarananya saja, melainkan mempelajarinya juga. Mempelajari materi sebelumnya, mengerjakan latihan soal, tugas jika ada, kemudian membaca materi besok yang akan dipelajari senantiasa berupaya senantiasa dilakukan. Namun permasalahan yang muncul tidak semua siswa punya waktu banyak untuk melakukan persiapan seperti itu, sehingga mereka harus berusaha memanfaatkan waktu belajar di sekolah dengan sebaik-baiknya, mereka harus serius untuk benar-benar paham. Ketika pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa sudah bisa memahami, persiapan yang dilakukan tinggal baca materi yang akan diajarkan besoknya lagi, tidak harus mengulang materi yang kemarin. Persiapan yang seperti itu juga dapat membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar, karena anak akan mudah paham, tinggal materi yang kebanyakan siswa belum paham ditanyakan guru, untuk selanjutnya dijelaskan atau di bahas bersama. Proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan cepat dan efisien waktu. Hal yang tak kalah penting ialah dengan banyak berdoa. Segala sesuatu Allah yang menentukan, seberapa besar usaha kita jika Allah belum menghendaki berhasil, maka segala persiapan yang kita lakukan akan sia-sia. Bagi siswa yang tidak pernah melakukan persiapan, memberikan masukan bagi guru agar lebih memperhatikan lagi siswanya dengan selalu memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran dalam diri untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan sebagai pelajar.
3. Balikan Keterampilan Guru Mengadakan Variasi
a. Variasi Gaya Mengajar
1). Variasi suara.
Ketika ditanya selama pelajaran berlangsung, guru: 80% siswa menjawab sangat aktif dan bersemangat, 20% menjawab kadang-kadang aktif dan bersemangat. Kemudian ketika ditanya dalam menyampaikan penjelasan, suara guru: 13,33% menjawab keras dan cepat, 86,67% menjawab kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situsi dan kondisi.
Sikap aktif dan semangat senantiasa dilakukan guru dalam mengajar. Sikap aktif dan semangat guru akan nampak dalam perilakunya ketika mengajar, baik itu gerak tubuh, perubahan posisi, mimik wajah, suara, dan lain sebagainya. Guru yang senantiasa aktif dalam gerakannya tidak monoton, namun berusaha disesuaikan dengan ekspresi ucapan, sesuai dengan situsi dan kondisi. Begitu pula sikap yang bersemangat dalam mengajar, memperlihatkan kesan bahwa memang pentingnya guru untuk menyampaikan materi itu kepada siswa, dan pentingnya siswa untuk memahaminya. Semangat guru juga akan nampak dalam berbicara, suara akan nampak tidak monoton dan datar-datar saja. Suara guru yang bersemangat, lantang akan menarik perhatian, lain halnya jika dalam berbicara, guru kurang bersemangat, kurang memberi kesan bahwa apa yang disampaikan sangat penting untuk dipahami siswa, akan nampak suara guru yang datar-datar saja, kurang menarik, sehingga siswa pun kurang antusias untuk memperhatikan. Penilaian terhadap keaktifan dan semangat guru dalam mengajar memang bersifat relatif, menurut pandangan siswa. Namun sikap seperti itu akan nampak dalam perilakunya ketika mengajar. Untuk mereka yang beranggapan suara guru keras dan cepat, mungkin karena guru terlalu bersemangat, ketika siswa ramai, atau memang kondisi guru yang merasa dikejar-kejar waktu untuk cepat menyelesaikan penyampaian materi. Ketika ramai, memang terdengar suara guru lebih keras melebihi suara mereka, dengan harapan dengan suara lebih keras daripada suara mereka ketika ramai, dapat membuat mereka berhenti ribut. Penyampaian guru terkesan terlalu cepat, biasanya dirasakan mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Kesulitan pemahaman mereka terhadap materi sangat tergantung persiapan mereka sebelum pelajaran dimulai, karena jika ditinjau dari tingkat kecerdasan siswa akselerasi, sudah tidak diragukan lagi.
2). Mimik dan gerak
Ketika ditanya selama pelajaran berlangsung, guru: 80% siswa menjawab sangat aktif dan bersemangat, 20% menjawab kadang-kadang aktif dan bersemangat. Kemudian pada waktu ditanya posisi guru ketika mengajar di kelas: 100% menjawab kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah.
Sikap semangat dan aktif guru akan nampak pula dalam perubahan mimik dan gerak. Wajah yang nampak serius, namun senantiasa tersenyum, tidak dengan wajah sinis, atau pasang tampang seram agar siswa merasa takut untuk selanjutnya memperhatikan akan membuat siswa merasa senang dalam belajar. Ekspresi wajah guru akan nampak selalu ceria dengan senyum yang tidak dibuat-buat dan sifat humornya. Perubahan posisi guru pun bervariatif, tidak stagnan. Guru kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah. Berdiri di depan kelas kadang ke tengah selama masih bisa diperhatikan oleh seluruh siswa ketika menjelaskan. Guru duduk ketika istirahat sebentar setelah menjelaskan, menunggu siswa ketika mencatat atau berlatih mengerjakan latihan soal sambil sesekali keliling mengontrol kegiatan siswa. Gerakan posisi guru tidak dilakukan berlebihan, karena dapat mengganggu perhatian, dan konsentrasi siswa.
3). Kontak pandang
Ketika ditanya guru memandang saya selama pelajaran: 78,57% menjawab beberapa kali dan 21,43% menjawab tidak pernah sama sekali.
Guru melayangkan pandangan diupayakan merata ke seluruh siswa, sebagai upaya guru dalam memberikan perhatiannya. Karena jumlah siswa akselerasi cukup kecil dalam satu kelas, guru tidak begitu mengalami masalah dalam mengadakan kontak pandang. Kontak pandang guru menimbulkan kesan bersahabat dengan siswa, tidak sinis, atau pandangan negatif lain terhadap siswa. Ekspresi wajah yang selalu tersenyum dan ceria akan menimbulkan kesan yang menyenangkan dalam melakukan kontak pandang dengan siswa. Pandangan guru kebanyakan tertuju kepada mereka yang bersikap ekstrem, jika tidak kepada mereka yang pandai dan rajin, juga kepada mereka yang terlalu bermasalah, kepada mereka yang memiliki kelebihan baik daripada siswa lain, seperti rajin berlatih soal dan selalu bisa mengerjakannya, sering bertanya dan hal positif lainnya. Begitu pula kepada mereka yang terlalu bermasalah, seperti ramai atau kurang memperhatikan, selalu malas berlatih, nilai selalu jelek, dan perbuatan lain yang dirasa dapat mengganggu proses belajar mengajar. Kontak pandang kepada mereka dapat menimbulkan kesan bahwa guru juga memperhatikan. Persentase mereka yang yang mempunyai kelebihan, baik positif maupun negatif lebih sedikit dibandingkan mereka yang biasa-biasa saja. Perhatian guru dalam melakukan kontak pandang kepada siswa yang biasa-biasa saja memang frekuensinya lebih jarang. Untuk siswa akselerasi putri, karena yang mengajar guru putra, maka untuk mengadakan kontak pandang tidak sebebas ketika mengajar kelas putra, sebagian besar dari mereka sudah paham mengenai pentingnya menjaga pandangan. Demikian pula guru harus menjadi teladan yang baik dengan memberikan contoh. Untuk mereka yang merasa tidak pernah dipandang oleh guru, mungkin karena mereka sendiri yang kurang memperhatikan sikap guru. Namun dengan perbedaan pendapat tersebut, menunjukkan belum meratanya pandangan guru sebagai wujud perhatiannya pada siswa, untuk selanjutnya lebih tidak pilih kasih lagi.
4). Kesenyapan
Pada waktu ditanya ketika pelajaran berlangsung, guru diam sejenak ketika: 26,68% menjawab siswa ramai, 6.67% menjawab marah, 26,68% menjawab menarik perhatian siswa, 73,33% menjawab memberi waktu berpikir sejenak ketika memberi pertanyaan.
Guru sering memberi waktu senyap dengan diam sebentar ketika siswa ramai, untuk menarik perhatian siswa, dan memberi waktu berpikir sejenak ketika memberi pertanyaan. Diam sejenak ketika siswa ramai, kurang memperhatikan apa yang disampaikan guru, atau hal-hal negatif lain yang dirasa mengganggu proses belajar mengajar, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai teguran halus, sehingga dengan diam sebentar, siswa akan tanggap untuk berhenti, karena merasa guru kurang suka dengan apa yang dilakukannya. Teguran halus ini menunjukkan ketidak senangan guru terhadap apa yang dilakukan siswa. Guru sebenarnya merasa marah, namun tidak diluapkan secara berlebihan yang nantinya ditakutkan akan menimbulkan hal yang kurang menyenangkan dan menyinggung perasaan. Dengan diam sebentar, guru juga dapat menarik perhatian siswa, ketika mereka dirasa kurang memperhatikan apa yang disampaikan, kemudian tanggap untuk kembali memperhatikan. Diam sebentar juga dilakukan pada waktu guru memberi waktu berpikir sejenak ketika memberi pertanyaan. Dengan diam tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan siswa untuk berpikir mengenai jawabannya. Begitu pula ketika menyuruh siswa latihan mengerjakan soal, untuk selanjutnya menyuruh mereka maju mengerjakan di depan. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan mengerjakannya dahulu, sehingga punya gambaran apakah bisa atau tidak. Hal ini untuk mengantisipasi agar siswa yang tidak bisa mengerjakan di depan tidak terlalu banyak menyita waktu. Walaupun terkadang guru juga memaksakan mereka yang tidak dapat mengerjakan untuk maju, dengan membantu memberikan petunjuk mengerjakannya di depan. Namun jarang sekali dilakukan karena terlalu banyak menyita waktu.
5). Perubahan posisi
Ketika ditanya selama pelajaran berlangsung, guru: 80% siswa menjawab sangat aktif dan bersemangat, 20% menjawab kadang-kadang aktif dan bersemangat. Kemudian pada waktu ditanya posisi guru ketika mengajar di kelas: 100% menjawab kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah.
Sikap semangat dan aktif guru akan nampak pula dalam perubahan mimik dan gerak. Perubahan posisi guru pun bervariatif, tidak stagnan. Guru kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah sesuai dengan situsi dan kondisi. Berdiri di depan kelas kadang ke tengah siswa selama masih bisa dilihat oleh seluruh siswa ketika menjelaskan. Guru duduk ketika istirahat sebentar setelah menjelaskan, menunggu siswa ketika mencatat atau berlatih mengerjakan latihan soal. Guru tidak melakukan sesuatu yang dapat menggangu konsentrasi selama mengerjakan. Gerakan maju mundur, ke depan dan ke belakang dilakukan dalam upaya menarik perhatian dan sebagai variasi agar pandangan siswa tidak hanya tertuju pada satu pusat saja. Gerakan posisi guru tidak dilakukan berlebihan, karena dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi siswa.
6). Pemusatan perhatian
Ketika ditanya terhadap suatu materi atau hal yang dianggap penting, guru: 100% siswa menjawab selalu memberikan penekanan.
Terhadap suatu hal yang dianggap penting untuk diperhatikan siswa, baik itu materi pelajaran maupun hal lain, guru selalu memberikan penekanan untuk selalu dipahami dan diingat. Dengan penekanan tersebut, diharapkan siswa akan beranggapan bahwa hal itu memang benar-benar penting untuk diindahkan.
b. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Pengajaran
1). Variasi penggunaan media/alat bantu pengajaran.
Ketika ditanya mengenai alat bantu yang digunakan dan fungsinya untuk apa, 46,67% siswa dapat menyebutkan semua, yaitu: spidol, penghapus, papan tulis/white board, penggaris, dan jangka. 53,33% siswa hanya menyebutkan sebagian.. Dari siswa yang dapat menyebutkan media pembelajaran semua, hanya 28,57% yang dapat mengemukakan fungsinya dengan jelas, yaitu: penggaris, jangka, papan tulis, penghapus dan spidol untuk menjelaskan Garis Singgung Lingkaran.
Media pembelajaran yang digunakan guru adalah: spidol, penghapus, papan tulis untuk menulis dan menjelaskan materi. Guru tidak menggunakan media lain selain media pokok tersebut. Jangka dan penggaris untuk menggambar Garis Singgung Lingkaran. Siswa yang menjawab sebagian, kebanyakan hanya menyebutkan media yang penting, seperti; penggaris dan jangka. Untuk spidol, penghapus, dan papan tulis kurang begitu diperhatikan kalau itu semua termasuk media pengajaran. Penggunaan media tersebut tidak selalu digunakan, hanya ketika perlu, misalkan ketika menggambar Garis Singgung Lingkaran harus menggunakan jangka dan penggaris agar tepat, setelah itu untuk menggambar yang fungsinya hanya sebagai ilustrasi dan siswa dengan mudah dapat memahami, guru tidak menggunakannya untuk menghemat waktu.
2). Variasi bahan pengajaran
Ketika ditanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru, 20,01% siswa menjawab sangat mudah dipahami, 73,32% menjawab cukup mudah dipahami, dan 6,67% menjawab sulit dipahami. Sedangkan pada waktu ditanya ketika mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru, 100% menjawab kadang bisa kadang tidak.
Sebagian siswa beranggapan materi pelajaran yang disampaikan guru cukup mudah dipahami, hanya beberapa yang beranggapan sangat mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Mereka yang beranggapan sangat mudah memahami ialah siswa yang pandai. Mereka yang beranggapan cukup mudah memahami berarti dapat memahani semua materi, namun kadang menemui sedikit kesulitan ketika berusaha untuk memahami. Bagi mereka yang kesulitan memahami memberikan masukan bagi guru supaya lebih memperhatikan yang mengalami kesulitan agar tidak ketinggalan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi mungkin karena kurang belajar saja, sebab jika dilihat dari tingkat kecerdasan mereka sudah tidak diragukan lagi.
Pertanyaan guru berupa latihan soal cukup variatif, ada yang dengan mudah dapat dikerjakan dan ada yang sulit. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebagian besar siswa tidak selalu bisa mengerjakan, kadang bisa kadang tidak.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Ketika ditanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti: memperhatikan, mencatat, menjawab pertanyaan guru, dan lain-lain, 59,98% siswa menjawab cukup banyak, 33,35% menjawab hanya sedikit, dan 6,67% menjawab tidak ada sama sekali. Untuk kesempatan bekerja dengan siswa lain, 40% menjawab kadang-kadang, dan 53,33% menjawab tidak pernah. Sedangkan ketika ditanya bicara guru ketika kegiatan belajar mengajar, 100% siswa menjawab cukup.
Kegiatan belajar mengajar sebagian besar didominasi dan dikendalikan oleh guru. Sebagian besar siswa sudah banyak terlibat dalam kegiatan belajar, seperti: mencatat, menjawab pertanyaan, latihan soal, memperhatikan dan lain-lain. Sebagian siswa keterlibatannya hanya sedikit, tapi minimal sudah ada keterlibatan mereka. Guru sudah mampu membawa siswa untuk andil bagian dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan siswa ketika guru menjelaskan materi pelajaran adalah memperhatikan dan mencatat, kemudian bertanya ketika ada yang belum dipahami. Guru tidak terlalu menuntut siswa untuk selalu mencatat karena sebagian besar sudah ada di dalam buku, juga tidak semua yang punya catatan itu menjamin siswa pandai. Ketika latihan soal, siswa diberi kesempatan untuk mencoba mengerjakan untuk selanjutnya bertanya mana yang belum bisa untuk dibahas bersama. Guru tidak menyuruh siswa untuk maju mengerjakan di depan. Yang menulis di depan guru, namun siswa yang berusaha mengerjakan. Ketika siswa terlihat kesulitan, guru memberikan petunjuk. Kegiatan belajar mengajar sebagian besar dalam satu pokok bahasan sama seperti itu. Hanya sekali guru menyuruh siswa maju mengerjakan latihan soal ke depan, itupun ketika materi sudah selesai dan masih terdapat sisa waktu.
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja dengan siswa lain, paling tidak dengan teman terdekatnya. Sebagian kecil siswa kadang melakukannya, sebagian besar yang tidak pernah melakukannya. Sikap santai guru yang membuat siswa dapat bekerja dengan siswa lain, terutama untuk saling tanya dengan siswa yang pandai. Guru membiarkan siswa yang bekerja dengan siswa lain selama tidak menimbulkan kegaduhan.
Guru tidak terlalu banyak bicara dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru hanya menjelaskan materi yang dirasa siswa sulit untuk memahami, untuk selanjutnya siswa diberi kesempatan berlatih soal kemudian membahas bersama. Walaupun guru yang memegang kendali, namun tetap mengajak siswa untuk sharing dan membahas bersama.
4. Balikan Keterampilan Guru Mengelola Kelas
a. Penciptaan kondisi belajar optimal
1). Menunjukkan sikap tanggap
Ketika ditanya guru memandang saya selama pelajaran: 78,57% menjawab beberapa kali dan 21,43% menjawab tidak pernah sama sekali. Ketika ditanya guru memperhatikan siswa selama pelajaran berlangsung, 20% siswa menjawab sering sekali, 53,33% menjawab jarang, dan 26,67% menjawab tidak pernah. Mengenai reaksi guru ketika siswa tidak mengerjakan tugas, ramai di kelas, acuh tak acuh terhadap pelajaran, ataupun melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan, 33,33% menjawab selalu memperhatikan dan menegur saya, 53,34% menjawab kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak, 13,33% menjawab membiarkan saja.
Kontak pandang diupayakan merata ke seluruh siswa. Sebagian besar sudah merasa beberapa kali dipandang oleh guru. Kontak pandang guru dengan siswa memang terbatas, karena siswanya putri, sedang yang mengajar guru putra, sebagian dari siswa sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan. Begitu pula guru harus memberikan teladan yang baik. Untuk mereka yang merasa tidak pernah dipandang guru, memberikan masukan bagi guru agar membagi pandangan secara lebih merata lagi. Sebagian besar siswa sudah merasa diperhatikan oleh guru, baik yang sering maupun yang jarang. Perhatian guru sebagai sikap tanggap akan apa yang siswa lakukan, sebagian besar hanya sekedar melakukan kontak pandang, gerak mendekati dengan memberi nasehat-nasehat atau masukan, jarang memberikan perhatian yang sifatnya terlalu pribadi. Teguran secara lisan memang jarang dilakukan guru. Terhadap gangguan yang tidak bersifat serius, guru sering membiarkan saja, siswa lain yang menegur, siswa yang bersangkutan sudah cepat tanggap. Guru berusaha menanamkan dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan, apalagi mereka adalah anak yang istimewa, dengan rangsangan sedikit saja mereka sudah cepat tanggap.
Terhadap segala aktivitas siswa, guru selalu berusaha untuk tanggap terhadapnya, baik kepada mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang dirasa mengganggu kegiatan balajar mengajar.
2). Membagi perhatian
Ketika pelajaran, 20% siswa menjawab sering sekali memperhatikan, 53,33% menjawab jarang, dan 26,67% menjawab tidak pernah. memperhatikan.
Dalam kegiatan belajar mengajar perhatian guru selalu diupayakan merata ke seluruh siswa, karena jumlah siswa yang tidak terlalu besar. Perhatian guru cenderung kepada mereka yang punya kelebihan dibanding siswa lain, baik yang positif maupun yang negatif. Mereka inilah yang lebih membutuhkan perhatian dari guru. Bagi siswa yang banyak melakukan hal positif, pandai, selalu mmperhatikan, dapat mengerjakan soal latihan, banyak diperhatikan guru untuk selanjutnya berharap dapat dicontoh oleh siswa lain. Begitu sebaliknya, dengan siswa yang selalu melakukan hal yang kurang menyenangkan, seperti, kurang memperhatikan, ramai, dan lain sebagainya. Guru juga memberikan perhatian dengan memberi nasehat agar berhenti melakukannya, dan berharap tidak dicontoh oleh teman lain. Adanya siswa yang masih beranggapan guru kurang memperhatikan mereka atau bahkan sampai merasa tidak pernah diperhatikan memberikan masukan bagi guru untuk lebih berusaha membagi perhatiannya secara merata, tidak pilih kasih. Perhatian yang diberikan guru kepada siswa dapat menjadi dorongan bagi mereka untuk lebih bersemangat dalam belajar.
3). Memusatkan perhatian kelompok
Selama kegiatan belajar mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru tidak melakukan kegiatan diskusi kelompok kecil.
4). Menuntut tanggung jawab siswa
Ketika latihan soal, 13,33% menjawab guru jarang menyuruh mereka maju ke depan dan menjelaskannya dan 86,67% menjawab tidak pernah. Sedangkan ketika ada pekerjaan rumah, 20% menyatakan guru selalu menyuruh dikumpulkan atau diteliti, 53,33 % menjawab jarang, dan 26,67% menjawab tidak pernah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu memberikan latihan soal untuk selanjutnya dibahas bersama mana yang dirasa sulit. Guru tidak menyuruh siswa mengerjakan ke depan. Guru hanya sekali menyuruh siswa mengerjakan ke depan ketika akhir pembelajaran pokok bahasan. Guru yang menulis di papan tulis, namun siswa yang berpikir bagaimana jawabannya. Untuk tugas yang harus dikumpulkan siswa harus mengerjakan dan mengumpulkannya, tidak ada toleransi. Sedangkan untuk pekerjaan rumah berupa latihan soal, maupun tugas berlatih dari sekolah yang belum selesai, guru tidak terlalu banyak menuntut untuk mengerjakan dan jarang mengoreksi semua, hanya sebagian kecil dari yang benar-benar siswa mengalami kesulitan. Guru hanya berusaha menggugah kesadaran siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
5). Memberikan petunjuk yang jelas
Ketika siswa tidak bisa mengerjakan tugas atau soal, 100% siswa menyatakan guru sering memberikan petunjuk. Sedangkan ketika memberikan petunjuk mengerjakan sesuatu, 93,33% siswa menjawab selalu dapat memahami, dan 6,67% menjawab jarang dapat memahami.
Terhadap kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas atau latihan soal, guru senantiasa memberikan petunjuk dan membahasnya. Petunjuk diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami siswa.
Sebagian besar siswa memang dapat dengan mudah memahami petunjuk yang diberikan guru, karena didukung oleh tingkat intelegensi siswa yang diatas taraf cerdas. Bagi mereka yang tidak selalu bisa memahami, mungkin karena kurang belajar saja. Adanya siswa yang tidak selalu dapat memahami petunjuk yang diberikan guru memberi masukan agar guru lebih sabar dan menggunakan penjelasan yang lebih mudah diterima oleh siswa.
6). Menegur
Mengenai kegiatan siswa ketika mereka tidak mengerjakan tugas, ramai di kelas, acuh tak acuh terhadap pelajaran, ataupun melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan, 33,33% siswa menyatakan guru selalu memperhatikan dan menegur saya, 53,34% menyatakan kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak, 13,33% siswa menyatakan guru membiarkan saja. Ketika guru memberikan teguran, 40% siswa merasa tidak pernah tersinggung, 60% kadang tersinggung kadang tidak.
Terhadap perbuatan siswa yang kurang menyenangkan atau mengganggu pelajaran, guru jarang menegur dengan pernyataan yang berisi teguran secara langsung. Teguran kebanyakan hanya dengan isyarat saja, dengan diam sebentar sambil melayangkan pandangan dan tersenyum. Teguran semacam itu dilakukan untuk menghindari hal-hal negatif yang timbul, seperti siswa merasa tersinggung, atau merasa malu. Siswa akselerasi cepat tanggap, terkadang siswa lain yang menegur, mereka yang melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan sudah dengan sendirinya sadar untuk berhenti melakukannya. Guru berusaha menumbuhkan kesadaran siswa untuk sadar dan tahu akan apa yang seharusnya dilakukan. Siswa yang kadang merasa tersinggung terhadap teguran guru, memberikan masukan agar dalam memberikan teguran, diusahakan tidak menyinggung perasaan.
7). Memberikan penguatan
Mengenai sikap guru ketika siswa dapat menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan latihan soal, 73,33% menyatakan guru selalu merasa senang dan memuji mereka, 13,33% menyatakan jarang merasa senang dan memuji mereka, dan 6,67% menyatakan guru hanya diam dan tidak pernah memuji mereka.
Guru sering merasa senang dan memberikan pujian kepada mereka yang melakukan hal positif, seperti bisa menjawab pertanyaan guru, dapat mengerjakan latihan soal, mereka yang mendapat nilai bagus, dan lain sebagainya. Meskipun penguatan tersebut yang sering dilakukan hanya sekedar tersenyum menyatakan senang dengan prestasi yang dicapai siswa, terkadang berkomentar agar siswa lain meniru mereka. Ekspresi guru yang selalu menghargai siswa ini dapat memberikan motivasi untuk berusaha lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya. Adanya siswa yang merasa guru jarang merasa senang dan memuji atau bahkan tidak pernah, memberi masukan guru untuk lebih memperhatikan mereka seperti teman yang lain agar lebih termotivasi dan terjalin hubungan yang menyenangkan, tidak merasa diacuhkan.
b. Pengembalian kondisi belajar optimal
Setelah guru memberikan teguran kepada siswa terhadap kesalahan mereka, 80% siswa berhenti dan tidak melakukannya lagi, 20% berhenti sebentar, kemudian melakukannya lagi.
Ketika guru memberi teguran kepada mereka yang melakukan kesalahan, seketika itu juga kelas dapat terkontrol kembali, untuk kemudian siswa kembali memperhatikan. Sebagian besar siswa berhenti melakukannya dan tidak mengulangi lagi, namun ada beberapa siswa ketika diberikan teguran, mereka berhenti melakukannya, akan tetapi tidak selang beberapa lama melakukannya kembali. Siswa lain terhadap perilaku teman yang dirasa juga mengganggu mereka, kemudian ikut memberikan teguran, dan siswa yang melakukan hal kurang menyenangkan tersebut dengan sendirinya akan berhenti melakukannya. Siswa akselerasi belum pernah melakukan hal negatif yang serius, kenakalan mereka masih bersifat wajar, hanya ramai atau ribut saja, sehingga masih mudah guru untuk mengatasinya. Adanya siswa yang setelah ditegur kemudian masih kembali mengulangi perbuatan yang kurang menyenangkan tersebut, memberikan masukan bagi guru untuk lebih lagi mengontrol siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Tanggapan Siswa Mengenai Kegiatan Belajar
Ketika ditanya mengenai kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan, 26,67% siswa menjawab sangat menyenangkan, dan 73,33% menjawab cukup menyenangkan. Siswa yang menjawab sangat menyenangkan, 50% beralasan karena materi cukup mudah dipahami, 50% gurunya hebat, asyik. Sedangkan bagi mereka yang beranggapan cukup menyenangkan, 45,46% siswa beralasan karena materi cukup mudah dipahami, 9,09% karena pelajarannya mengasyikkan, 9,09% karena seru kadang bosan, 9,09% karena pokok bahasannya mudah dan guru yang top, 9,09% karena tidak menegangkan, 9,09% karena ustadznya mengajar dengan baik, 9,09% tidak berkomentar.
Kegiatan belajar mengajar kelas akselerasi memang menyenangkan. Guru berusaha senantiasa tanggap terhadap apa yang dilakukan siswa dan juga memahami kondisi dan karakteristik anak. Secara garis besar ketertarikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh dua hal, pertama dari segi materi: siswa memang suka dengan pokok bahasannya, pokok bahasan mudah dimengerti, dapat mengetahui penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Kedua dari segi guru, yaitu: cara mengajar yang baik, nyantai, dan tidak menegangkan. Dari sini dapat diketahui bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap guru yang menyenangkan dan senantiasa berusaha memahami kondisi anak serta tanggap terhadap apa yang mereka lakukan, secara tidak langsung akan mengakibatkan siswa tertarik dengan materi pelajarannya.
6. Hambatan dan Solusi Dalam Belajar
Mengenai hambatan yang dihadapi dalam belajar, 20% siswa menyatakan tidak mengalami hambatan dalam belajar pokok bahasan ini. 73,33% siswa menyatakan ada hambatan, dan 6,67% tidak menjawab. Dari siswa yang menghadapi hambatan dalam belajar menyatakan hambatan yang dihadapi adalah:
a. Tidak konsentrasi, rasa malas
b. Banyak rumus-rumus, kurang teliti atau menentukan rumus yang dipakai
c. Ketinggalan materi pelajaran
d. Malas menghitung, karena angka yang terlalu rumit
e. Tidak dapat mengerjakan soal yang sulit
f. Sulit memahami pelajaran
Upaya yang dilakukan untuk berusaha mengatasi hambatan tersebut ialah:
a. Ketika tidak konsentrasi dan malas, dengan mengingat UAN.
b. Ketika Ketinggalan, tidak dapat mengerjakan soal yang sulit, sulit memahami pelajaran, dengan bertanya pada yang bisa, memahami lebih serius, mengulang-ulang atau mempelajari kembali.
Siswa yang menghadapi hambatan dalam belajar masih banyak. Hambatan yang seringkali nampak ialah siswa ribut karena kurang memahami apa yang diberikan guru, dengan memberikan kondisi belajar yang serius tapi santai, dengan harapan mereka dapat belajar tanpa merasa tertekan atau tegang. Namun perlakuan baik guru tersebut disalah tafsirkan siswa untuk selanjutnya guru memberikan kebebasan kepada mereka. Sikap humor guru dengan harapan dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan, terkadang juga dapat menyebabkan siswa ramai. Keributan siswa yang terjadi tidak terlalu serius, mereka akan cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Keributan yang muncul tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa yang serius belajar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami rumus dan mengerjakan soal, membutuhkan perhatian yang lebih dari guru untuk sabar dalam menjelaskannya, namun perlu adanya penekanan agar siswa lebih giat belajar, mengingat waktu mereka yang singkat. Jika dilihat dari intelegensi siswa, tidak diragukan lagi tingkat pemahaman mereka terhadap suatu hal. Kesulitan dalam pemahaman kemungkinan besar karena mereka kurang belajar. Malas dalam belajar merupakan permasalahan serius, sebab jika pada awalnya siswa sudah malas, maka untuk selanjutnya, mereka kurang termotivasi untuk bisa menguasai materi pelajaran. Dengan demikian, peran guru dalam menumbuhkan motivasi belajar dan ketertarikan siswa terhadap materi yang diajarkan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kesadaran mereka untuk belajar, tahu akan apa yang seharusnya dilakukan sebagai pelajar. Kesulitan memahami atau kadang tertinggal materi pelajaran terjadi karena sebagian dari siswa tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar. Sebab jika ditinjau dari tingkat intelegansi, sudah tidak diragukan.
7. Harapan Mengajar Guru yang Baik
Mengenai harapan mengajar guru yang baik, siswa berpendapat bahwa menurut mereka, cara mengajar guru yang baik adalah:
a. Mengenai sikap dan kepribadian guru dalam mengajar, siswa berpendapat guru yang baik adalah: ramah, tegas tapi tidak galak, lucu/kocak/humor, menyenangkan, serius tapi santai, tak mudah marah, enjoy, baik, enerjik, tidak sangar penampilannya, aktif dan bersemangat, serta sabar.
b. Mengenai cara menyampaikan materi, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru yang baik adalah: Penyampaian mudah dipahami dan tidak berbelit-belit, serta memberi rumus yang lebih mudah.
c. Mengenai perhatiannya kepada siswa, menurut mereka cara mengajar guru yang baik adalah: mengajak bicara dan diskusi muridnya (komunikatif), menyemangati muridnya, tidak pernah membandingkan anak satu dengan lainnya (adil), mengerti muridnya, dan bisa kompak dengan muridnya
Cara mengajar yang disenangi siswa adalah cara mengajar yang menyenangkan. Mengenai sikap dan kepribadian guru dalam mengajar senantiasa berupaya dapat menjadi teladan bagi siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Jangan sampai guru dalam mengajar menuntut siswa untuk memperhatikan, hormat, dan menghargainya. Namun sikap guru terhadap siswa kurang mencerminkan sikap yang demikian, padahal jika dilihat dari umur dan pengalaman, guru melebihi apa yang dimiliki siswa. Sikap hormat siswa kepada guru tidak harus dituntut karena kedudukan atau statusnya sebagai guru, namun memang karena kemuliaan yang dimilikinya. Mengenai cara guru menyampaikan materi kepada siswa diupayakan dapat menarik perhatian mereka, mudah dipahami, tidak berbelit-belit, tidak menimbulkan kebosanan, dan penting juga menjelaskan penerapannya secara riil dalam kehidupan sehari-hari atau hubungannya dengan ilmu lain agar siswa merasa apa yang dipelajari dengan susah payah tidak sia-sia. Dengan memberikan rumus yang lebih mudah yang dapat lebih cepat memperoleh jawaban, akan dapat mempermudah siswa. Namun efek yang muncul, siswa menjadi malas untuk mengerjakan dengan cara dasarnya. Selain itu juga berusaha menghubungkannya dengan nilai-nilai keislaman, karena apa yang dipelajari di alam semesta ini dalam rangka mengkaji ayat kauniyah Allah, yaitu untuk mengetahui kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, sebagai upaya meningkatkan iman dan taqwa. Selain itu guru juga perhatian terhadap siswa, mengenai karakteristik dan perasaan mereka, berusaha memberikan motivasi yang dapat menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan.
b. Analisis Hasil Data Wawancara
1). Analisis Hasil Data Wawancara Guru
Wawancara dengan guru dilakukan guna menindak lanjuti angket yang telah diberikan kepada guru. Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut:
1. P : “Dalam kegiatan belajar mengajar, anda selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Apa alasan anda bersikap demikian? Bagaimana pendapat anda mengenai guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
G : “Biar suasana tidak stagnan, tidak mudah bosan, menarik, sehingga membuat anak mudah berpikir, rileks tidak tegang. Kalau mengajar yang serius terus, atau malah ‘horor’ menurut saya kurang cocok digunakan dalam mengajar. Dari segi guru, jika tidak rileks, akan kelihatan spaneng terus mudah capek rasanya, pikiran tidak bisa berkembang dan susah berimprovisasi atau menampakkan daya tarik. Selain itu kondisi anak tegang dan tertekan nanti malah tidak suka dengan gurunya, dan lebih parah lagi jika terus tidak suka dengan mata pelajarannya.”
Tanggapan:
Gaya mengajar yang nampak dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu tersenyum, bersemangat, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Senyum dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak dengan sikap sinis, sehingga wajah akan nampak ceria. Hal yang nampak, siswa menjadi enjoy dan rileks dalam belajar, tidak merasa tertekan atau tegang, apalagi merasa takut dengan guru, siswa pun banyak yang tidak malu untuk bertanya ketika ada permasalahan yang kurang paham. Sikap mengajar yang menarik akan membuat siswa senang dengan guru. Berbeda dengan kesan yang selama ini beredar dalam masyarakat, bahwasanya guru matematika identik dengan cara mengajar yang keras, galak, horor, \dan sikap lain yang kurang menyenangkan. Daya tarik tersebut secara tidak langsung juga berimbas pada rasa tertarik siswa akan materi yang disampaikan, sehingga jika sudah merasa senang, mereka akan bersemangat dalam belajar.
2. P : “Bagaimana pendapat anda mengenai efektifitas penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi?’
G : “Perlu sih sebagai alat bantu kalau memang siswa sangat sulit untuk memahami suatu materi. Tapi kalau saya tidak selalu. Pada waktu mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran kemarin yang saya pakai hanya alat biasa untuk menggambar garis singgung pada lingkran. Untuk menjelaskan yang lain atau latihan soal, saya hanya buat sketsa tanpa penggaris, jangka atau alat lain, karena anak sudah bisa memahami, selain itu juga mengingat waktu belajar yang lebih singkat.”
Tanggapan:
Penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar perlu digunakan jika benar-benar dibutuhkan, yaitu ketika guru merasa siswa butuh suatu bentuk riil yang dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman, atau guru punya tujuan lain sehingga harus menggunakannya. Namun jika hanya dengan sketsa saja siswa sudah dapat memahaminya, tidak menggunakan alat peraga juga tidak masalah. Selain mempermudah guru, juga efektif waktu, karena untuk menggunakan alat peraga, apalagi siswa juga diberi kesempatan menggunakannya, akan membutuhkan lebih banyak waktu. Namun jika dengan pertimbangan yang matang, atau guru punya maksud lain dalam menggunakannya, menggunakan alat peraga akan lebih baik”.
3. P : “Mengenai variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bagaimana anda mendesain kegiatan mengajar dengan kegiatan siswa?’
G : “Kalau saya lebih banyak menjelaskan saat pelajaran, setelah itu beri contoh soal, lalu latihan, yang tidak bisa dibahas. Saya jarang menyuruh siswa maju mengerjakannya ke depan. Jadi saya yang menulis di papan tulis, tapi sambil mengajak anak sama-sama berpikir mengerjakan, mereka yang mencari penyelesaiannya. Saya memberikan petunjuk ketika siswa mengalami kesulitan. Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terkontrol dan berjalan lebih cepat. Jika terlalu banyak latihan dan harus maju ke depan, nanti ditakutkan waktu tidak cukup.
Tanggapan:
Dalam kegiatan belajar mengajar, hal yang dilakukan guru dalam mengajar tidak lepas dari menjelaskan materi terlebih dahulu, memberi contoh soal, memberi kesempatan siswa berlatih soal, guru tidak selalu menyuruh siswa mengerjakannya di depan. Kegiatan belajar mengajar banyak dikendalikan guru. Guru lebih banyak menjelaskan. Guru berharap anak lebih aktif belajar lagi di rumah, sehingga di sekolahan, tinggal menjelaskan materi yang belum dipahami. Ketika berlatih soal, guru yang menulis di papan tulis, namun sambil mengajak siswa berpikir bagaimana penyelesaiannya. Guru hanya memberikan petunjuk saja ketika siswa mengalami hambatan dalam berpikir mengerjakannya. Mengingat terbatasnya waktu dan tingkat intelegensi siswa, guru sudah yakin sebagian besar materi anak dapat memahami Kegiatan belajar mengajar dengan waktu yang dikendalikan guru tersebut dapat mengontrol waktu belajar siswa, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia.
4. P : “Dalam kegiatan belajar siswa:
a. Apakah pernah mengadakan diskusi kelompok? Mengapa?
b. Bagaimana upaya anda membagi waktu, kapan harus menerangkan, dan kapan harus latihan soal?
c. Apakah anda selalu menyuruh siswa maju mengerjakan soal di depan kelas ketika ada latihan? Mengapa?”
G : “a. Belum pernah. Kalu menurut saya, anak tidak siap, pelayanan terhadap anak kurang, sehingga anak yang pintar dan aktif makin pintar, yang kurang makin tidak bisa. Selain itu juga butuh waktu banyak, waktu kadang molor, dan materi kadang belum tuntas.
b. Lebih banyak menerangkan, dijelaskan dulu, contoh soal, baru latihan. Guru tinggal menjelaskan mana yang belum paham, yang dirasa sulit dan yang dianggap penting untuk dijelaskan, masalahnya percaya kalau materi yang mudah anak sudah bisa. Dengan demikian dapat efisiensi waktu.
c. Jarang, karena lebih banyak menyita waktu. Ketika ada latihan soal, siswa diberi waktu mengerjakan terlebih dahulu, setelah itu akan tahu mana yang dirasa sulit. Untuk pembahasan soal yang dirasa mudah dikerjakan hanya sekilas saja. Untuk pembahasan, saya yang menulis dipapan tulis, tapi sama aja yang mengerjakan siswa, saya minta pendapat siswa bagaimana mengerjakannya, saya tinggal menuliskan saja agar waktu lebih cepat. Ketika siswa mengalami hambatan dalam berpikir mengerjakannya, saya memberikan rangsangan petunjuk untuk mencari penyelesaiannya. Saya cenderung mengejar peguasaan materi dari pada kepribadian, seperti: sikap berani, bekerjasama dan lain sebagainya karena waktu yang singkat”
Tanggapan:
Kegiatan diskusi dapat juga sesekali dilaksanakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar siswa. Kegiatan diskusi memang ada keuntungan dan kelemahannya. Mengingat waktu yang sangat terbatas, guru juga harus mempertimbangkan dengan matang untuk pelaksanaan diskusi kelompok, karena ditakutkan akan terlalu banyak menyita waktu, sedangkan materi terkadang tidak dapat tuntas sesuai dengan apa yang diharapkan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, prosentase guru menjelaskan dengan berlatih soal juga harus diperhatikan. Hal terpenting semua materi harus dapat dikuasai siswa. Untuk pelajaran matematika memang harus banyak berlatih soal. Namun juga harus memperhatikan waktu, terkadang untuk siswa berlatih soal, untuk kemudian mengerjakannya ke depan kelas membutuhkan banyak waktu.
5. P : “Bagaimana batasan anda mengadakan kontak pandang dengan siswa?"
G : “Tidak masalah, wajar saja, tergantung anak. Kalau paham pentingnya menjaga pandangan, saya juga menyesuaikan. Ini kalau di kelas putri, namun di kelas putra tidak begitu bermasalah."
Tanggapan:
Dalam mengadakan kontak pandang dengan siswa, guru tidak begitu mengalami masalah, karena jumlah siswa yang kecil. Dengan demikian, guru dapat melayangkan kontak pandang secara merata, meskipun hanya sekilas. Namun karena yang diajar siswa putri dan sebagian besar dari mereka sudah banyak yang paham akan pentingnya menjaga padangan, guru harus menyesuaikan dan memberikan contoh yang baik. Dengan mengadakan kontak pandang dengan siswa, dapat sebagai wujud perhatian guru kepada mereka.
6. P : “Apakah bentuk perhatian yang anda berikan kepada siswa, sehingga siswa merasa diperhatikan, tidak diacuhkan ?"
G : “Ya, menanggapi setiap pertanyaan, melakukan kontak pandang untuk mengetahui sikap anak paham atau tidak terhadap materi."
Tanggapan:
Bentuk perhatian guru kepada siswa sangat bermacam-macam, mulai dari yang bersifat biasa, sampai masalah pribadi siswa. Kontak pandang dapat sebagai wujud perhatian. Dengan pandangan yang terasa hangat dan nampak bersahabat, memang tulus dengan wajah ceria, tidak dengan pandangan sinis, akan membuat siswa merasa diperhatikan. Berusaha merespon setiap pertanyaan siswa baik mengenai materi maupun hal yang lain, sehingga siswa merasa diperhatikan. Begitu pula perhatian guru terhadap masalah pribadi. Dengan mengajak mereka ngobrol, sedikit memberikan masukan dan nasehat, akan memberikan kesan bahwa siswa diperhatikan. Pemberian perhatian akan memberikan dukungan moral siswa untuk lebih semangat lagi dalam belajar.
7. P : “Apakah anda selalu memberikan tugas atau menyuruh siswa banyak berlatih soal di rumah? Mengapa? Apakah anda selalu mengoreksi pekerjaan siswa, meneliti, atau menyuruh dikumpulkan? Bagaimana anda memantau kemampuan anak dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru?”
G : “Ya, matematika tanpa latihan tidak bisa. Kalau PR tidak saya koreksi, untuk tugas dikumpulkan, satu semester 2-4 kali. Saya lebih banyak menuntut kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan dari pada mengoreksinya. PR jika terlalu sering diberikan anak kasihan juga, karena tugas mereka di luar jam sekolah sudah terlalu banyak. Untuk memantau kemampuan anak, dalam memahami materi lewat evaluasi/tes, menyuruh anak bertanya mana yang dirasa mengalami kesulitan. Untuk catatan, saya tidak selalu pedulikan, karena banyak juga siswa yang pintar walaupun tanpa catatan."
Tanggapan:
Terhadap latihan soal di rumah, guru sering memberikan toleransi. Guru hanya menekankan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan. Selain itu banyaknya tugas kepondokan juga menjadi pertimbangan guru untuk terlalu banyak membebani siswa dengan banyak tugas. Guru jarang membahas semua tugas, hanya mana yang kebanyakan dari siswa kesulitan mengerjakan. Untuk tugas yang akan dinilai harus dikumpulkan, tidak ada toleransi untuk tidak mengerjakan. Dalam setiap pokok bahasan guru tidak selalu memberikan tugas untuk dikumpulkan, akan tetapi langsung satu tugas untuk lebih dari satu pokok bahasan, agar efisiensi waktu.
8. P : “Bentuk teguran yang bagaimanakah yang anda lakukan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan?”
G : “Biasa lewat sindiran, langsung diajak ngobrol, tapi kadang diam sebentar anak sudah paham sendiri. Hindari teguran yang menyinggung perasaan siswa”
Tanggapan:
Guru belum pernah memberikan teguran keras yang dapat menyinggung perasaan. Ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan, seperti; ramai dan kurang memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran. Sering guru menggunakan isyarat dengan diam sebentar sambil tersenyum dan melakukan kontak padang. Siswa lain kadang juga ikut memberikan teguran dengan isyarat. Dengan teguran semacam itu siswa sudah tanggap untuk berhenti. Sanksi keras tidak pernah dilakukan untuk menjaga interaksi antara siswa dan guru agar tercipta hubungan yang menyenangkan, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.
9. P : “Bagaimanakah upaya anda memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar?”
G : “Melalui pengalaman pribadi atau cerita tentang orang sukses, menceritakan penyebab keburukan atau kegagalan orang lain.”
Tanggapan:
Secara verbal memberikan pujian kepada siswa yang berprestasi, misal: pandai, bisa mengerjakan latihan soal atau menjawab pertanyaan, mendapat nilai bagus, atau melakukan hal positif lainnya, akan membuat mereka merasa senang dan dapat menambah semangat untuk lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya. Menceritakan pengalaman pribadi serta orang lain baik mengenai prestasi yang pernah diraih maupun kegagalan-kegagalan yang pernah dialami, kemudian mengajak siswa untuk mengambil hikmah yang ada, akan mendorong siswa agar selalu berbuat yang terbaik, yang bagus menjadi contoh, dan yang kurang baik jangan, agar tidak mengalami hal yang serupa.
2). Analisis Hasil Data Wawancara Siswa
Wawancara dengan siswa dilakukan guna menindak lanjuti angket yang telah diberikan kepada siswa dan tanggapannya mengenai aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar, agar diperoleh informasi yang lebih detail lagi. Wawancara ini hanya dilakukan kepada beberapa siswa dan berhenti setelah informasi yang diperoleh hasilnya sama antara satu siswa sengan siswa yang lain, atau sudah dirasa cukup informasinya. Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut:
1. P : “Bagaimanakah pendapat anda megenai sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa? Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
S1 : “Senang, tidak kaku, mudah nyerap materi. Kalau guru yang selalu ‘serius’ gak suka karena akan kaku, terus tegang. Namun suasana yang kadang terjadi jika terlalu santai, siswa ramai dan kurang terkontrol.”
S2 : “Senang, lebih akrab dengan ustadz, trus belajar seperti refresing. Tapi memang kadang anak jadi ramai, pelajaran molor. Kalau sama guru yang selalu ‘serius’ terus, kurang suka, karena lihat ustadznya aja sudah ga suka, trus ditakutkan jadi tidak suka sama pelajarannya, susah dipelajari karena sudah tidak mood dulu.”
S3 : “Senang, materi langsung masuk, ga beranggapan pelajaran sulit, karena suasana bisa santai dan rileks, tapi kadang memang kalau terlalu, siswa banyak bercanda, pelajaran tidak cepat tuntas. Kalau guru yang selalu ‘serius’ terus, kurang suka, karena suasana ga bisa santai dan rileks, tegang, sehingga materi susah masuk.”
S4 : “Senang, karena bisa serius tapi tetap santai, sehingga materi mudah masuk, terus anggapan matematika sulit akan hilang, karena ustadz enak ngajarnya. Tapi kadang anak terus banyak bercanda, namun tahu sendiri batas-batasnya, tidak keterlaluan. Kalau guru yang selalu ‘serius’ kurang suka karena tidak bisa santai, terus jadi kebalikannya.”
S5 : “Senang, karena bisa enjoy dalam belajar, walau senang namun kadang terlalu banyak bercanda, ramai, nyepelein. Kalau guru yang ‘serius’ kurang suka karena bisa merasa tertekan dalam belajar, trus stres, pelajaran jadi susah masuk”
S6 : “Senang, suasana ga tegang, rileks. Ya kadang yang terjadi siswa ramai dan kurang terkontrol, lupa tujuan semula, materi ga selesai. Kalau guru yang selalu ‘serius’ ga senang, karena dalam belajar jadi ga enak, jadi kurang suka sama ustadznya, trus ga suka sama pelajarannya.”
Tanggapan:
Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa memang disukai siswa. Suasana belajar menjadi enjoy, rileks, tidak ada rasa takut, tertekan, dan tegang, sehingga mudah memahami pelajaran, guru mudah diajak komunikasi, bisa dekat dengan guru. Namun hal negatif yang kadang muncul, anak kurang introspeksi diri dengan sikap guru yang menyenangkan tersebut, walaupun santai, namun tetap serius dalam belajar. Mereka kadang ribut atau ramai di kelas. Akibatnya terkadang pelajaran tidak bisa cepat dan mengganggu siswa yang serius dalam belajar. Namun kejadian tersebut tidak terlalu menjadi masalah serius, siswa sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Mengenai guru ynag dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ siswa kurang suka, karena jadi tertekan, tegang, dan bosan, yang akhirnya materi pelajaran sulit paham, siswa menjadi kurang suka dengan guru, terus nanti imbasnya ditakutkan tidak suka dengan pelajarannya.
2. P : “Menurut anda, seberapa pentingkah penggunaan media/alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi ?”
S1 : “Perlu, karena ada yang tak langsung nyambung sama materi, jadi agar lebih paham. Tapi kadang tanpa media sudah mudah paham dan dimengerti.”
S2 : “Perlu, langsung tahu penggunaanya.”
S3 : “Perlu agar lebih paham.”
S4 : “Perlu, agar lebih mudah bayanginnya.”
S5 : “Perlu, untuk lebih mudah bayangin langsung.”
S6 : “Perlu, biar bisa lihat langsung.”
Tanggapan:
Penggunaan media/alat peraga memang penting ketika siswa dirasa kesulitan dalam memahami materi jika hanya dengan membayangkannya saja. Dengan alat peraga, siswa dapat langsung mengetahui manfaat riilnya, sehingga dapat mempermudah mengingatnya. Namun untuk materi yang siswa sudah paham hanya dengan memberikan ilustrasinya saja, tidak menggunakan alat peraga juga tidak mengapa, selain mempermudah tugas guru, juga tidak terlalu banyak menyita waktu, mengingat waktu belajar anak akselerasi lebih singkat.
3. P : “Menurut anda, bagaimanakah proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa gerlatih soal? Mengapa?”
S1 : “Imbang, jelasin dulu terus latihan soal, agar nyantai, ga bosan, sambil latihan pun guru bisa sambil menjelaskan.”
S2 : “Imbang, agar lebih banyak variasi, ga bosan, kalau banyak latihan soal pusing.”
S3 : “fifty-fifty, jelasin dulu baru latihan biar ga bosan.”
S4 : “banyak menjelaskan, dikit latihan, masalahnya latihan bisa di luar jam pelajaran atau di rumah, kalau di kelas tinggal menjelaskan yang dirasa kurang paham.”
S5 : “fifty-fifty, yang dijelaskan yang kurang paham saja, biar ga bosan.”
S6 : “Lebih banyak latihan, karena sambil latihan bisa menjelaskan.”
Tanggapan:
Siswa bermacam pendapat untuk proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa berlatih soal. Siswa suka ketika guru lebih banyak menjelaskan, tentunya hal yang pokok-pokok saja atau materi yang dirasa siswa sulit memahami jika hanya dengan belajar sendiri, untuk berlatih nanti bisa sendiri di rumah. Hal ini dapat berjalan dengan baik jika siswa aktif untuk rajin belajar dan berlatih, sehingga nanti ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru tinggal menjelaskan apa yang siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Jika melihat tugas kepondokan diluar jam belajar sekolah siswa yang sudah terlalu banyak, tidak semua siswa mempunyai waktu lebih dalam belajar mandiri. Disamping itu jika guru terlalu mempercayakan siswa untuk belajar sendiri, ditakutkan kurang bisa mengontrol pemahaman siswa mengenai materi, apakah benar-benar paham, ataukah terdapat kesalahan siswa dalam memahami. Siswa ada yang suka jika banyak latihan, penjelasan sedikit, karena sambil berlatih bisa sambil menjelaskan. Hal ini mendukung jika siswa memang tidak banyak waktu untuk berlatih di rumah. Jika terlalu banyak berlatih, hal negatif yang sering muncul, kadang terlalu membutuhkan banyak waktu, karena harus menunggu siswa dapat mengerjakan. Disamping itu materi pelajaran yang disampaikan kurang sesuai dengan rencana, bisa kurang tuntas. Ada juga siswa yang berpendapat seimbang antara menjelaskan dan latihan soal, agar tidak bosan jika terlalu banyak salah satunya. Mengajar memang diusahakan tidak menimbulkan kebosanan. Proporsi guru dalam menjelaskan dan latihan soal harus dirasa cukup. Dalam mengatur proporsi ketika menjelaskan dan latihan soal memang tidak selalu sama dalam setiap pertemuan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Yang perlu diperhatikan jangan sampai siswa merasa jenuh dengan aktivitas belajar mengajar yang dilakukan.
4. P : “Menurut anda, perlukah kegiatan diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar? Mengapa?”
S1 : “Perlu sesekali, agar bisa belajar aktif, melatih kerjasama, ada variasi biar ga bosan. Tapi kalau diskusi kelompok, yang aktif hanya beberapa, sehingga ada yang hanya terlalu berharap pada teman yang aktif, yang aktif makin aktif, yang tidak diam saja.”
S2 : “Perlu sesekali, melatih kerjasama, menyampaikan pendapat, tertuntut untuk selalu belajar dulu. Tapi kadang butuh waktu lama, karena belum terbiasa dan anak mikirnya lama.”
S3 : “Perlu sesekali, bisa kerjasama dengan teman, bisa saling kasih tahu mana yang salah dan mana yang benar. Tapi kadang juga butuh waktu lama dan pelajaran kurang tuntas.”
S4 : “Perlu sesekali, selalu tertuntut untuk belajar, bisa berlatih aktif, kerjasama dengan teman, bisa saling melengkapi. Kalau kelemahannya waktu terlalu lama, trus ada anak yang cuma nimbrung berharap sama temannya.”
S5 : “Perlu, bisa saling bantu, bisa diskusi seperti debat dengan teman-teman, trus tertuntut untuk belajar terlebih dahulu. Kelemahannya waktu lama, kadang malah ga selesai materinya.”
S6 : “Perlu, bisa tukar pikiran, menambah pengetahuan dari siswa lain, melatih menyampaikan pendapat, kerjasama. Kelemahannya membutuhkan waktu lama.”
Tanggapan:
Kegiatan diskusi bisa sesekali dilaksanakan dalam satu pokok bahasan untuk variasi belajar agar anak tidak bosan. Selain itu dapat melatih anak untuk menjelaskan, kerjasama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah, siswa tertuntut untuk harus belajar terlebih dahulu agar siap dalam diskusi. Namun hal yang muncul, tidak semua siswa dapat aktif, ada siswa yang hanya mengandalkan temannya yang aktif dalam kelompoknya, siswa belum terbiasa melakukan diskusi, sehingga terlalu banyak menyita waktu, sedang materi kurang dapat tuntas sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
5. P : “Menurut anda, bagaimanakah bentuk teguran yang seharusnya diberikan guru kepada siswa, ketika siswa melakukan sesuatu hal ynag kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar?”
S1 : “Dengan sindiran atau diam sebentar biasanya sudah tahu sendiri, dinasehati agar jangan dicontoh, teguran bertahap. Kalau memang sudah keterlaluan dikeluarkan saja, tapi jangan dengan kekerasan.”
S2 : “Halus, anak sudah tahu/pintar, teguran bertahap, kalau keterlaluan dikeluarkan saja suruh mengerjakan tugas biar mendidik, tak kelihatan hanya membiarkan saja.”
S3 : “Lunak, ga terlalu menyinggung, bertahap, sanksi jika terlalu dengan banyak latihan soal.”
S4 : “Yang lunak, mendidik, bertahap, jika keterlaluan diberi sanksi dengan mengerjakan tugas lebih banyak.”
S5 : “Bertahap, diam dulu biasanya sudah sadar, kalau belum, siswa yang bandel dikasih sanksi, misalnya dengan mengerjakan latihan soal di depan kelas.”
S6 : “Bertahap, diam dulu, trus dengan sindiran. Kalu masih bandel kasih sanksi mengerjakan tugas atau maju ke depan. Saya ga suka jika dikeluarkan dari kelas, karena bisa tertinggal pelajaran.”
Tanggapan:
Siswa suka ketika ada teman yang melakukan suatu hal yang kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar, guru memberikan teguran secara halus, tidak menyinggung perasaan, dan bertahap, memberikan nasehat yang menimbulkan motivasi. Sanksi bisa diberikan jika siswa benar-benar bandel, dalam artian sudah ditegur beberapa kali masih saja melakukan hal yang kurang menyenangkan tersebut. Marah bukan penyelesaian yang terbaik, sikap sabar lebih utama. Sanksi yang diberikan senantiasa berupaya bersifat mendidik dan bermanfaat bagi siswa.
6. P : “Menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara guru memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam belajar?”
S1 : “Dibesarin hatinya agar tidak minder, lebih bersahabat dengan siswa.”
S2 : “Menjalin keakraban, soal yang sulit dibahas dengan bahasan yang mudah dimengerti agar siswa tidak jenuh.”
S3 : “Dibanding-bandingkan dengan kelas/siswa yang pandai agar mau bersaing, dinasehati dengan motivasi-motivasi.”
S4 : “Diberi nasehat yang berisi motivasi-motivasi.”
S5 : “Diberi dukungan agar belajar rajin, kasih kisi-kisi ulangan.”
S6 : “Menceritakan pengalaman pribadi/orang lain agar meniru, guru memberikan kesan yang menyenangkan dan menasehati memberi kesan bahwa pelajaran tidak susah atau gampang”
Tanggapan:
Agar siswa termotivasi untuk lebih bersemangat dalam belajar, banyak upaya yang dapat dilakukan guru. Motivasi belajar lebih dibutuhkan oleh mereka yang bermasalah, seperti: nilai jelek, mengalami kesulitan belajar, atau kurang semangat dalam belajar. Memberikan nasehat yang dapat menimbulkan motivasi untuk giat belajar, menumbuhkan kesadaran bahwa belajar sebagai kebutuhan sangat perlu. Nasehat dapat berupa: memberikan contoh orang-orang yang berhasil, manfaat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari agar siswa tahu bahwa semua yang sudah dipelajari dengan susah payah dapat bermanfaat dan tidak sia-sia. Untuk mereka yang berprestasi, memberikan pujian dapat membuat mereka merasa senang, untuk selanjutnya berusaha lebih ditingkatkan lagi atau minimal dipertahankan. Pujian yang diberikan wajar saja, tidak terlalu berlebihan, agar terhindar dari sifat sombong.
c. Analisis Hasil Data Observasi
1. Observasi Keterampilan Guru Mengadakan Variasi
Observasi mengajar kelas akselerasi putri dilakukan empat kali pertemuan selama kegiatan belajar mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. Observasi dilakukan pada tanggal 2, 6, 9, dan 13 September 2006.
a). Variasi Gaya Mengajar
1). Variasi suara.
Variasi suara yang digunakan guru relatif sama setiap pertemuan selama empat kali dalam satu pokok bahasan. Intonasi suara disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Adapun variasi suara yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Suara agak keras dan sedikit pelan dalam menjelaskan materi dan memberikan penguatan.
b. Suara dengan nada agak lebih tinggi dari suara ketika menjelaskan biasa ketika siswa ramai, memberikan pertanyaan, dan menekankan hal atau materi yang dianggap penting.
c. Suara agak melambat ketika meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau mengerjakan contoh soal di papan tulis and bertanya kepada siswa.
d. Sifat humor sebagai selingan dengan variasi suara yang disesuaikan.
Dalam menyampaikan penjelasan, suara guru agak keras dan sedikit pelan. Hal ini dapat membuat siswa antusias untuk mendengarkan, apalagi kadang siswa ribut sendiri. Suara dengan nada lebih keras melebihi suara ribut siswa, secara tidak langsung juga dapat sebagai teguran halus agar berhenti ramai dan kembali mendengarkan penjelasan guru. Suara agak sedikit pelan agar lebih mudah dipahami. Begitu pula ketika memberikan penguatan kepada siswa yang melakukan hal positif, seperti: bisa mengerjakan latihan soal ke depan, bisa menjawab pertanyaan guru, dan lain sebagainya, suara yang agak keras mantab menunjukkan kehangatan dan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga siswa merasa senang.
Ketika menekankan hal yang dianggap penting, guru menggunakan intonasi suara agak lebih tinggi. Hal ini dapat menarik perhatian siswa agar mengetahui hal penting mana yang harus diperhatikan. Begitu pula ketika bertanya mengenai suatu hal kepada seluruh siswa. Dengan nada yang lebih tinggi dan keras akan menarik perhatian siswa untuk memperhatikan apa yang ditanyakan guru.
Guru sering meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau mengerjakan contoh soal di papan tulis. Pada situasi ini, suara guru cenderung agak melambat. Hal ini dapat dimanfaatkan siswa sebagai waktu berpikir sebentar mengenai jawaban yang akan disampaikan, selain itu dengan melambatnya suara guru akan mudah bagi siswa untuk memahami pertanyaan yang diajukan.
Sifat humor guru sebagai selingan dengan variasi suara yang sesuai dengan situasi dan kondisi dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, terasa rileks dan tidak menegangkan.
2). Perubahan mimik dan gerak
Variasi mimik dan gerak relatif sama dilakukan dalam setiap pertemuan. Guru nampak ceria, selalu tersenyum, dan bersahabat dengan siswa. Sifat humoris juga memperlihatkan mimik wajah dan ekspresi gerak tubuh sesuai dengan ucapan. Sikap semangat juga nampak dalam perubahan mimik dan gerak, pandangan menunjukkan kehangatan dan antusias guru kepada siswa. Untuk menyatakan rasa kurang suka dengan apa yang dilakukan siswa yang dirasa menggangu aktivitas belajar mengajar, teguran menggunakan ekspresi wajah dengan sedikit mengerutkan dahi sambil diam sebentar.
Sikap humor guru memperlihatkan mimik wajah yang menyenangkan, ceria, selalu tersenyum, tidak terlihat sinis, dan menakutkan. Dengan ekspresi wajah yang menyenangkan tersebut akan membuat siswa tidak merasa takut dengan guru untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Sikap selalu bersemangat yang nampak dalam perubahan mimik dan gerak, akan menarik perhatian dan minat siswa terhadap apa yang disampaikan guru, akan memperlihatkan rasa antusias guru bahwa siswa sangat penting untuk tahu dan paham akan apa yang disampaikannya nanti.
Ekspresi mimik dan gerak juga digunakan sebagai teguran halus ketika ada siswa yang melakukan hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, namun selalu tersenyum, berusaha memahami anak. Teguran semacam itu akan menghindari tidak menyenangkannya hubungan antara siswa dan guru, yang nantinya ditakutkan akan mengganggu kegiatan belajar siswa.
3). Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru sengaja memberikan waktu senyap atau hening ketika:
a. Memberikan waktu berpikir bagi siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan latihan soal untuk selanjutnya dikerjakan di depan kelas.
b. Teguran halus ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan dan mengganggu kegiatan belajar mengajar, seperti; ramai, kurang memperhatikan, dan lain sebagainya, juga sebagai sarana untuk menarik perhatian.
c. Memberi waktu mencatat siswa.
Ketika memberikan pertanyaan dan latihan soal, guru memberikan waktu berpikir sejenak dengan diam, sehingga membuat suasana sunyi senyap. Kondisi seperti ini akan membuat siswa konsentrasi untuk mengerjakan, mencoba berpikir mencari penyelesaiannya. Siswa bisa mendapatkan gambaran mengenai bisa atau tidaknya mereka menyelesaikannya.
Waktu hening juga diberikan guru ketika siswa mencatat hal yang dianggap penting, terutama ketika guru menjelaskan suatu hal yang siswa harus memperhatikan dahulu dan baru boleh mencatat setelah guru selesai manjelaskan. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar konsentrasi memperhatikan ketika guru menjelaskan lalu paham. Setelah itu diberi waktu hening, kesempatan konsentrasi untuk mencatat.
Diam sejenak juga digunakan guru sebagai teguran halus kepada siswa yang melakukan hal yang dirasa dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Dengan diam sejenak saja siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya. Teguran semacam ini dapat menghindari hal-hal yang kurang berkenan di hati siswa, seperti tersinggung, atau perasaan kekurang senangan siswa kepada guru, sehingga tidak menimbulkan hubungan antara siswa dan guru yang kurang menyenangkan.
4). Melakukan kontak pandang
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu mengadakan kontak pandang dengan siswa, misalnya: ketika menjelaskan materi, guru menghadap siswa dan melakukan kontak pandang merata ke seluruh siswa, ketika ada siswa yang bertanya, mengerjakan soal, maupun siswa yang melakukan hal-hal yang kurang berkenan atau dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar. Dalam mengadakan kontak pandang, guru menyesuaikan sikap siswa, karena yang diajar siswa putri, sedang yang mengajar guru putra, dan kebanyakan dari mereka sudah paham mengenai pentingnya menjaga pandangan. Sehingga dalam melakukan kontak pandang tidak sebebas ketika mengajar kelas putra.
Dalam melakukan kontak pandang diupayakan guru merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih, dapat dilakukan guru sambil berdiri atau duduk di depan kelas, maupun berjalan keliling sambil menghampiri siswa sebagai respon dari apa yang mereka lakukan. Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap/cara kontak pandang guru dengan siswa yang menyenangkan, tidak terlihat sinis, menunjukkan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga membuat siswa merasa selalu diperhatikan, baik kepada siswa yang melakukan perbuatan yang menyenangkan, maupun kepada mereka yang melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar.
5). Perubahan posisi
Dalam mengajar, perubahan posisi guru bervariasi, tidak monoton. Perubahan tersebut adalah:
a. Berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah ketika menjelaskan.
b. Duduk ketika istirahat setelah menjelaskan sambil menanti siswa mencatat dan menunggu siswa berlatih mengerjakan soal.
c. Bergerak menghampiri siswa ketika latihan soal, mencatat, dan ada siswa yang bertanya.
Perubahan posisi guru yang tidak monoton atau bervariasi akan dapat mempertahankan perhatian siswa. Gerak ke depan ke belakang, ke kiri ke kanan, berdiri dan duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika guru menjelaskan materi, guru berdiri di depan kelas, kadang ke tengah selama masih dapat dilihat atau dperhatikan oleh seluruh siswa. Guru kadang duduk di kursi guru ketika siswa mencatat, mengerjakan latihan soal, sambil sesekali berjalan keliling untuk berusaha mengontrol siswa yang bisa mengerjakan maupun yang tidak. Perubahan posisi tidak dilakukan secara berlebihan agar tidak mengganggu konsentrasi siswa.
6). Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Cara yang dilakukan guru dalam memusatkan perhatian siswa terhadap materi ataupun hal yang dianggap penting untuk diperhatikan, yaitu sering menggunakan bahasa Inggris, seperti: ‘pay attention please’ atau ‘listen carefully’, terkadang juga dengan kata ‘perhatikan’ Untuk materi yang penting seperti rumus dan kesimpulannya ditandai dengan gambar simbol.
Pemberian tekanan terhadap materi ataupun hal-hal yang penting, yang dirasa harus diperhatikan siswa selalu dilakukan oleh guru. Bentuk penekanan ini diusahakan menarik perhatian siswa, dapat membuat hal yang harus diperhatikan itu benar-benar dipahami oleh siswa, yang pada akhirnya akan selalu diingat. Pemberian tekanan tidak hanya kepada materi pelajaran yang dianggap penting saja, namun juga anjuran dan nasehat. Pemberian tekanan ini biasa dilakukan guru dengan menggunakan bahasa Inggris yaitu dengan kata ‘pay attention please’ atau ‘listen carefully’. Penggunaan bahasa asing tersebut ternyata dapat menarik perhatian siswa, untuk selanjutnya memperhatikan apa yang akan disampaikan. Penggunaan gambar simbol untuk rumus atau kesimpulan yang diperoleh akan menarik siswa lebih kreatif lagi menggunakan variasi simbol agar lebih mudah mengingatnya.
b). Variasi Penggunaan Media dan Alat Bantu Pengajaran
Dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru menggunakan media pembelajaran berupa:: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka. Guru tidak menggunakan media penunjang lain selain media pokok tersebut.
Penggunaan media atau alat bantu memang perlu dilakukan oleh guru dalam rangka mempermudah pemahaman siswa. Selain media pokok untuk penjelasan materi seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka, guru senantiasa berupaya lebih kreatif untuk menyediakan media lain yang berhubungan dengan materi. Secara tidak langsung penggunaan media atau alat bantu yang riil dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran, karena mengetahui penerapannya. Penggunaan media tidak selalu digunakan dalam setiap pertemuan, tergantung sub pokok bahasan, kadang kurang cocok untuk satu dan lain pokok bahasan. Media digunakan ketika memang benar-benar di butuhkan, ketika siswa memang dirasa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang hanya dengan membaca atau cukup dengan menjelaskan ilustrasi saja. Jika materi yang diajarkan sudah dirasa cukup mudah untuk dipahami siswa hanya dengan memberikan ilustrasi saja, maka guru tidak menggunakan alat bantu pun tidak masalah. Selain mempermudah guru sendiri, juga efisiensi waktu. Mengingat untuk menyiapkan media, guru juga butuh waktu dan biaya, selain itu ketika siswa praktek menggunakan media di kelas akan terlalu menyita banyak waktu.
Variasi bahan atau materi pelajaran dilakukan guru dengan menambah literatur lain selain buku yang menjadi pegangan siswa. Dengan memperbanyak referensi lain disamping buku pegangan pokok yang digunakan siswa akan dapat saling melengkapi kekurangannya. Selain itu juga dapat untuk saling membandingkan isi materi mana yang lebih mudah dipahami. Diskusi dengan teman guru juga dapat dilakukan agar dapat menyamakan pemahaman konsep atau bertukar pengalaman. Apalagi dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelas, putra dan putri dengan guru yang berbeda pula, sehingga diskusi dengan guru yang lain diperlukan dalam rangka menyamakan pemahaman materi.
c). Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Pola interaksi antara guru dan siswa terjadi hubungan yang baik, menyenangkan, sikap guru yang humoris dan nampak bersahabat dengan siswa menimbulkan kesan proses belajar mengajar terlihat serius tapi santai. Serius dalam artian tetap semangat belajar dengan sungguh-sungguh, namun tetap santai, dapat menikmati, tanpa ada rasa tegang, tertekan, takut dengan guru, atau hal-hal lain yang mengakibatkan proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Guru tidak pernah berkata kasar, marah yang berlebihan, ataupun bertindak sesuatu yang menyinggung perasaan.
Kegiatan belajar mengajar hampir didominasi and dikendalikan oleh guru. Secara umum, kegiatan siswa dalam aktivitas belajar mengajar sebagai berikut: Pertama guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mencatat, memperhatikan, dan bertanya jika ada sesuatu yang dirasa kurang paham, kemudian memberikan contoh soal beserta pemecahannya. Setelah itu memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh semua siswa. Guru tidak menyuruh siswa mengerjakannya ke depan kelas. Guru menulis jawabannya di papan tulis, namun tetap saja yang berpikir dan mengerjakan siswa. Guru hanya menuliskan apa yang diucapkan siswa. Guru memberikan petunjuk ketika siswa mengalami kesulitan mengerjakan dengan memberikan rangsangan untuk mengingat kembali, tidak langsung memberikan jawabannya, sehingga dapat mengarahkan siswa bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian guru dapat mengontrol waktu lebih cepat.
2. Observasi Keterampilan Guru Mengelola Kelas
a). Penciptaan Kondisi Belajar Optimal
1). Sikap tanggap guru.
Sikap tanggap guru dilakukan dalam bentuk:
(a). Memandang siswa secara seksama
Dalam mengajar, guru memandang siswa secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, nampak bersahabat, dan tidak dengan pandangan sinis. Ketika mengadakan kontak pandang, ekspresi wajah terlihat ceria, dengan selalu tersenyum. Kontak pandang secara seksama menimbulkan kesan serius pada diri guru. Memandang secara seksama dilakukan kepada siswa yang ramai sendiri atau kurang memperhatikan. Sikap ini dapat sebagai teguran agar siswa cepat tanggap untuk kembali memperhatikan. Kontak pandang secara seksama juga dilakukan guru ketika memberikan penekanan terhadap materi atau hal yang dianggap penting untuk diperhatikan. Karena siswa yang diajar adalah putri, sedang gurunya putra terkadang guru juga agak sedikit sungkan melayangkan pandangan dengan seksama, karena sebagian dari mereka ada yang sudah paham mengenai pentingnya menjaga pandangan.
(b). Gerak mendekati
Gerak mendekati sebagai sikap tangap guru sering dilakukan. Gerak mendekati dilakukan guru ketika mengontrol catatan atau latihan, ada siswa yang bertanya, dan ramai atau kurang memperhatikan. Gerak mendekati memang perlu dilakukan sebagai wujud perhatian guru kepada murid, mendorong siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika siswa mencatat atau berlatih soal guru berputar keliling mendekati siswa untuk mengontrolnya. Hal ini menunjukkan sikap peduli dan antusias, mendorong siswa untuk serius berlatih karena merasa diperhatikan, serta guru dapat mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dan mana yang tidak. Gerak mendekati tidak dilakukan secara berlebihan, karena dapat mengganggu konsentrasi siswa. Begitu pula ketika ada siswa yang bertanya. Gerak mendekati juga dilakukan guru ketika ada siswa yang ramai atau kurang memperhatikan. Dengan hanya mendekati tanpa guru harus memberikan teguran secara lisan selama tidak keterlaluan, siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya. Dengan demikian dapat menghindarkan teguran yang dapat menyinggung perasaan.
(c). Pemberian pernyataan
Guru tidak pernah memberikan pernyataan yang kasar atau menyinggung perasaan. Guru memberikan pernyataan kepada siswa dengan memberikan penekanan untuk selalu sadar dan tahu apa yang seharusnya dilakukan. Belajar matematika memang tidak cukup hanya dengan menghafal saja, butuh banyak latihan. Guru perlu sekali memberikan pernyataan-pernyataan kepada siswa dengan harapan untuk selalu diperhatikan. Pernyataan guru yang sering dilakukan berupa nasehat-nasehat, baik ketika siswa melakukan hal yang positif maupun ketika melakukan hal yang kurang berkenan. Bagi mereka yang melakukan hal positif dengan memberikan pujian agar dapat menjadi contoh bagi siswa lain. Bagi mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan, pernyataan berupa nasehat dan masukan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan untuk kemudian jangan ditiru oleh siswa lain.
(d). Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa
Teguran diberikan guru ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar. Teguran dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama menggunakan mimik dan gerak dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, melayangkan kontak pandang dengan siswa yang bersangkutan, namun dengan tetap tersenyum, tidak dengan tampang 'sangar'. Dengan isyarat seperti itu anak sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Bahkan seringkali teman lain yang menegurnya, mereka sudah sadar untuk berhenti. Kedua secara lisan, dengan memberikan nasehat. Nasehat yang diberikan agar dapat menggugah kesadaran dengan menekankan bahwa matematika tanpa banyak berlatih tidak bisa. Hal terpenting dalam memberikan teguran ialah diupayakan siswa tidak merasa tersinggung perasaannya, jangan sampai siswa terus merasa tidak suka dengan guru, yang kemudian ditakutkan tidak suka juga dengan pelajarannya. Pelanggaran yang dilakukan siswa akselerasi masih bersifat wajar dan tidak terlalu berlebihan, sehingga mudah terkontrol.
2). Membagi Perhatian
Dalam membagi perhatian, upaya yang dilakukan guru melalui beberapa cara, antara lain:
a. Secara visual, dengan melakukan kontak pandang, melayangkan pandangan secara merata ke seluruh siswa, tidak hanya tertuju pada siswa tertentu saja.
b. Secara verbal, dengan memberi nasehat atau komentar, memberikan pertanyaan baik mengenai materi maupun masalah yang dihadapi. Pemberian komentar sering dengan menyebutkan nama siswa. Dengan demikian siswa merasa guru mengenal mereka.
c. Gabungan visual dan verbal, guru memberikan nasehat dan komentar, serta memberikan pertayaan dengan melakukan kontak pandang secara merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih. Upaya ini dilakukan agar siswa merasa diperhatikan, baik mereka yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah.
Perhatian selalu diupayakan merata, tidak pilih kasih tertuju hanya kepada beberapa siswa saja, baik itu yang pandai maupun yang kurang pandai, yang berprestasi maupun yang kurang, mereka yang senantiasa melakukan hal positif maupun negatif. Dengan demikian tidak ada siswa yang merasa diacuhkan, sehingga tidak mengurangi semangat mereka dalam belajar. Pemberian perhatian yang merata, tidak pilih kasih akan mengurangi rasa iri antara siswa satu dengan lainnya, yang nantinya dapat menimbulkan hubungan yang kurang harmonis antar mereka.
3). Memusatkan Perhatian Kelompok
Kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kelompok kecil ketika diskusi dan kelompok besar dalam satu kelas.
Guru tidak melakukan diskusi kelompok kecil. Upaya memusatkan perhatian seluruh siswa dalam satu kelas sebagai satu kelompok besar adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan
Upaya guru dalam menyiapkan perhatian siswa dalam satu kelas dengan berusaha menarik perhatian siswa, kadang dengan diam sebentar sampai siswa tenang dan siap untuk memperhatikan terkadang menggunakan kata ‘pay attention please’, ‘listen carefully’, dan ‘perhatikan’ dengan suara yang agak keras agar menarik perhatian.
b. Menciptakan dan Mengarahkan Perhatian
Upaya menciptakan dan mengarahkan perhatian siswa dalam satu kelas ialah dengan berusaha agar siswa tetap perhatian terhadap tugasnya masing-masing, merasa diawasi guru, sehingga guru tetap memperhatikan seluruh siswa, dengan menempatkan diri di posisi yang dapat secara leluasa melihat semua siswa, seperti di belakang dan di depan meja guru namun tidak terlalu mengganggu konsentrasi siswa dengan terlalu banyak berpindah tempat ketika siswa berlatih maupun mencatat. Ketika menjelaskan, di depan kelas kadang ke tengah selama semua siswa dapat melihat.
c. Menyusun Komentar
Ketika kegiatan belajar mengajar dalam satu kelas sebagai satu kelompok, guru juga memberikan komentar, baik untuk mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan yang dirasa mengganggu proses belajar mengajar. Komentar diberikan dengan sikap yang baik, tidak menyinggung perasaan. Komentar disampaikan dengan serius agar terkesan bahwa apa yang disampaikan benar-benar penting untuk diperhatikan.
4). Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Terhadap tugas-tugas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru selalu berusaha menuntut tanggung jawabnya. Namun guru sering banyak memberikan toleransi kepada siswa untuk banyak berlatih dan belajar di rumah, hanya menghimbau untuk sadar akan apa ynag seharusnya dilakukan. Hal ini dilakukan guru karena mengingat sudah banyaknya tugas siswa di luar jam sekolah. Adapun upaya guru dalam menuntut tanggung jawab siswa adalah sebagai berikut:
a. Menyuruh siswa lain mengenai rekannya
Guru kadang menuntut tanggung jawab siswa lain mengenai rekannya, untuk memberikan tanggapan ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan, memperhatikan apakah sudah benar atau belum.
b. Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya
Guru juga menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya untuk selalu mengerjakan, baik berupa latihan soal di rumah maupun di kelas. Guru menekankan agar banyak berlatih. Terhadap tanggung jawab siswa akan kewajibannya, guru hanya menghimbau agar siswa sadar dan tahu akan apa yang seharusnya dilakukan. Guru tidak terlalu banyak menuntut siswa harus banyak berlatih dan belajar, mengingat tugas siswa diluar jam belajar di sekolah yang sudah banyak.
5). Memberikan Petunjuk Yang Jelas
a. Kepada seluruh kelompok
Kepada seluruh siswa sebagai satu kelompok, guru sering memberikan petunjuk secara singkat dan jelas. Pemberian petunjuk diberikan ketika ada siswa yang bertanya tentang suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh siswa, ketika ada kesulitan dalam mengerjakan latihan soal maupun soal yang dirasa guru perlu untuk menjelaskan kepada semua siswa, ketika memberikan nasehat mengenai suatu hal yang harus diperhatikan.
b. Kepada siswa secara individu
Selain kepada seluruh siswa, petunjuk yang jelas juga diberikan kepada siswa secara individu, yaitu ketika: ada siswa yang bertanya secara pribadi mengenai suatu hal, ada siswa yang mengalami masalah, seperti nilai jelek, kesulitan berlatih soal, dan masalah pribadi lainnya.
Petunjuk yang diberikan guru dengan bahasa yang singkat dan jelas. Sikap guru yang antusias terhadap pentingnya memberikan petunjuk, membuat guru bersemangat untuk membimbing siswa. Pemberian petunjuk maupun nasehat dengan bahasa yang baik dan tidak menyinggung perasaan.
6). Memberikan Teguran
Teguran dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama menggunakan mimik dan gerak dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, melayangkan kontak pandang dengan siswa yang bersangkutan, namun dengan tetap tersenyum, tidak dengan tampang 'sangar'. Dengan isyarat seperti itu anak sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Bahkan seringkali teman lain yang menegurnya, mereka sudah sadar untuk berhenti. Kedua secara lisan, dengan memberikan nasehat. Guru tidak pernah menggunakan teguran keras, pernyataan kasar, ocehan yang berkepanjangan, menyakitkan, atau yang mengandung penghinaan yang menyinggung perasaan. Guru menghindari memberikan teguran yang menyinggung perasaan, sehingga suasana interaksi antara siswa dan guru tetap terjaga, tidak ada perasaan yang kurang menyenangkan. Pemberian teguran diikuti dengan nasehat, masukan, saran, dan kritik yang membangun agar tertanam dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan. Siswa tidak pernah melakukan hal yang keterlaluan. Pelanggaran yang sering terjadi masih bersifat wajar, hanya ribut kecil saja. Itu pun muncul karena suasana belajar yang serius tapi santai, sehingga siswa tidak merasa takut dengan guru. Siswa sudah sadar sendiri untuk kemudian berhenti melakukannya, karena paham akan merugikan teman lain dan juga diri sendiri.
7). Memberikan Penguatan
Penguatan diberikan guru kepada mereka yang melakukan hal positif, seperti bisa menjawab pertanyaan, aktif, nilainya baik, tidak ramai, selalu maju mengerjakan latihan soal, dan lain sebagainya, maupun mereka yang bermasalah, seperti: nilai jelek, kesulitan dalam belajar, kurang memperhatikan, dan hal negatif lain. Penguatan dilakukan secara verbal maupun hanya dengan mimik dan gerak. Penguatan bagi mereka yang melakukan hal positif akan membuat siswa merasa senang dan diharapkan mampu memberikan motivasi agar lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya, sehingga dapat menjadi contoh bagi siswa lain. Sedang bagi mereka yang bermasalah, penguatan berupa nasehat dapat membangkitkan semangat mereka untuk lebih baik lagi. Penguatan bagi mereka yang berprestasi dilakukan secara wajar, tidak terlalu berlebihan, agar tidak menimbulkan rasa besar kepala.
b). Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
Siswa tidak pernah melakukan hal negatif yang bersifat keterlaluan. Pelanggaran mereka masih wajar. Hal yang sering terjadi adalah siswa ramai dan terkadang menimbulkan keributan. Suasana ribut ini muncul karena siswa ketika diajak bercanda untuk menyegarkan suasana menjadi keterlaluan. Namun dengan teguran sedikit saja, anak sudah sadar sendiri untuk berhenti melakukannya. Hal itu muncul sebagai efek dari suasana belajar yang santai.
Sanksi dapat diberikan kepada siswa, jika memang siswa sudah diberikan teguran berkali-kali masih tetap melakukan hal yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Pemberian sanksi tersebut diharapkan dapat memberikan pelajaran agar jera. Dengan demikian sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik.
C. Pembahasan Analisis Data
1. Upaya dan Hambatan Guru Mengadakan Variasi
a Kelas Akselerasi Putra
1). Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Gaya Mengajar
a) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Gaya Mengajar
(1) Variasi suara.
Variasi suara yang digunakan guru dalam mengajar bervariasi, tidak monoton. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada guru, intonasi suara disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Begitu pula berdasarkan angket siswa, sebagian besar siswa berpendapat bahwa suara guru kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagian kecil siswa ada yang berpendapat suara guru datar-datar saja. Hal ini terlihat karena guru jarang sekali menggunakan intonasi suara yang tinggi, ketus yang menunjukkan sikap marah karena kurang suka dengan apa yang dilakukan siswa, yang kurang berkenan. Guru juga tidak pernah menggunakan kata-kata yang kasar, yang menyinggung perasaan. Sikap aktif dan semangat guru juga berpengaruh dalam berbicara. Semangat ini muncul karena motivasi mengajar guru, dimana guru senang dengan matematika, senang bisa membantu siswa dalam memecahkan problem matematika, dan berusaha mengkaji ayat-ayat kauniyah Allah. Dengan demikian dapat menimbulkan kesan bahwa guru memang benar-benar penting untuk menyampaikan materi kepada siswa untuk kemudian siswa paham dengan apa yang disampaikan. Variasi suara tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Suara agak keras dan mantab dalam menjelaskan materi dan memberikan penguatan.
(b) Suara dengan nada agak lebih tinggi dari suara saat menjelaskan biasa ketika dalam menjelaskan siswa ramai, bertanya tentang suatu hal, dan menekankan hal yang penting.
(c) Suara agak melambat ketika meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru, bertanya atau mengerjakan contoh soal di papan tulis, memberikan nasehat dan teguran lisan terhadap sikap siswa yang kurang berkenan
(d) Sifat humor sebagai selingan dengan variasi suara yang disesuaikan.
Dalam menyampaikan penjelasan, suara guru agak keras dan mantab. Hal ini dapat membuat siswa antusias untuk mendengarkan, apalagi kadang siswa ribut sendiri. Suara dengan nada lebih keras melebihi suara ribut siswa, secara tidak langsung juga dapat sebagai teguran halus agar berhenti ramai dan kembali mendengarkan penjelasan guru. Begitu pula ketika memberikan penguatan kepada siswa yang melakukan hal positif, seperti: bisa mengerjakan latihan soal ke depan, bisa menjawab pertanyaan guru, dan lain sebagainya, suara yang agak keras mantab menunjukkan kehangatan dan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga siswa merasa senang.
Ketika menekankan hal yang dianggap penting, guru menggunakan intonasi suara agak lebih tinggi. Hal ini dapat menarik perhatian siswa agar mengetahui hal penting mana yang harus diperhatikan. Begitu pula ketika ada siswa yang bertanya mengenai suatu hal.
Guru sering meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau mengerjakan contoh soal di papan tulis. Pada situasi ini, suara guru cenderung agak melambat. Hal ini dapat dimanfaatkan siswa sebagai waktu berpikir sebentar mengenai jawaban yang akan disampaikan, selain itu dengan melambatnya suara guru akan mudah siswa untuk memahami pertanyaan yang diajukan. Suara yang agak pelan dan lambat juga dilakukan guru ketika memberikan nasehat, saran, dan teguran lisan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan. Dengan demikian, guru tidak terlihat marah, namun sabar untuk kemudian siswa dapat menerima nasehat yang disampaikan guru. Selain itu juga untuk menghindari sikap yang dapat menyinggung perasaan siswa. Sifat humor guru sebagai selingan dengan variasi suara yang sesuai dengan situasi dan kondisi dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, terasa rileks dan tidak menegangkan.
(2) Perubahan mimik dan gerak
Perubahan mimik dan gerak, berdasarkan angket yang diberikan kepada guru, dilakukan dengan senantiasa tersenyum dan kadang menunjukkan sikap marah. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, guru senantiasa nampak ceria, selalu tersenyum, dan nampak bersahabat dengan siswa. Sifat humoris juga memperlihatkan mimik wajah dan ekspresi gerak tubuh sesuai dengan ucapan, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, atau ekspresi wajah yang terlihat sinis. Sikap semangat juga nampak dalam perubahan mimik dan gerak, pandangan menunjukkan kehangatan dan antusias guru kepada siswa. Untuk menyatakan rasa kurang suka dengan apa yang dilakukan siswa, yang dirasa menggangu aktivitas belajar mengajar, teguran menggunakan ekspresi wajah dengan sedikit mengerutkan dahi sambil diam sebentar. Guru tidak pernah menunjukkan ekspresi marah yang berlebihan. Gerakan guru juga tidak monoton, kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat sebagian besar siswa.
Sikap humor guru memperlihatkan mimik wajah yang menyenangkan, ceria, selalu tersenyum, tidak terlihat sinis, dan menakutkan. Dengan ekspresi wajah yang menyenangkan tersebut akan membuat siswa tidak merasa takut dengan guru untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dalam belajar juga merasa rileks, tidak merasa tegang atau tertekan, sehingga siswa mudah berpikir dan menerima pelajaran.
Sikap selalu bersemangat yang nampak dalam perubahan mimik dan gerak, akan menarik perhatian dan minat siswa terhadap apa yang disampaikan guru, akan memperlihatkan rasa antusias guru bahwa siswa sangat penting untuk tahu dan paham akan apa yang disampaikannya nanti.
Ekspresi mimik dan gerak juga digunakan sebagai teguran halus ketika ada siswa yang melakukan hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, namun selalu tersenyum, berusaha memahami anak. Teguran semacam itu diharapkan dapat menghindari sikap dan ucapan guru yang dapat menyinggung perasaan siswa, tidak menyenangkannya hubungan antara siswa dan guru, yang nantinya ditakutkan akan mengganggu kegiatan belajar siswa.
(3) Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan
Berdasarkan angket guru, diperoleh bahwa pemberian waktu hening dalam pembicaraan dilakukan ketika memberikan tugas atau latihan, menunggu jawaban, dan memberikan waktu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Sedangkan siswa berpendapat ketika siswa ramai, untuk menarik perhatian siswa, dan memberikan waktu berpikir sejenak ketika memberikan pertanyaan. Berdasarkan hasil observasi, guru memberikan waktu hening dalam pembicaraannya ketika:
(a) Memberikan waktu berpikir bagi siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan latihan soal untuk selanjutnya dikerjakan di depan kelas.
(b) Teguran halus kemudian menarik perhatian siswa ketika melakukan hal yang kurang berkenan dan mengganggu kegiatan belajar mengajar, seperti; ramai, kurang memperhatikan, dan lain sebagainya.
(c) Memberi waktu mencatat siswa dan berusaha menyimpulkan apa yang telah disampaikan guru.
Ketika guru memberikan pertanyaan dan latihan soal, guru memberikan waktu berpikir sejenak dengan diam, sehingga membuat suasana sunyi senyap. Kondisi seperti ini akan membuat siswa konsentrasi untuk mengerjakan, mencoba berpikir mencari penyelesaiannya. Siswa bisa mendapatkan gambaran mengenai bisa atau tidaknya mereka menyelesaikannya, untuk selanjutnya maju ke depan. Waktu hening juga diberikan guru ketika siswa mencatat hal yang dianggap penting, terutama ketika guru menjelaskan suatu hal yang siswa harus memperhatikan dahulu dan baru boleh mencatat setelah guru selesai manjelaskan. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar konsentrasi memperhatikan ketika guru menjelaskan lalu paham. Setelah itu diberi waktu hening, kesempatan konsentrasi untuk mencatat dan menyimpulkan.
Diam sejenak juga digunakan guru sebagai teguran halus kepada siswa yang melakukan hal yang dirasa dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Dengan diam sejenak saja siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya. Teguran semacam ini dapat menghindari hal-hal yang kurang berkenan di hati siswa, seperti tersinggung, atau perasaan kekurang senangan siswa kepada guru, sehingga tidak menimbulkan hubungan antara siswa dan guru yang kurang menyenangkan.
(4) Melakukan kontak pandang
Upaya yang dilakukan guru dalam melakukan kontak pandang berdasarkan angket guru dengan mengelilingi anak dari satu meja ke meja lain. Dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar, guru selalu mengadakan kontak pandang dengan siswa, misalnya: ketika menjelaskan materi, guru menghadap siswa dan melakukan kontak pandang merata ke seluruh siswa, ketika ada siswa yang bertanya, mengerjakan soal, praktek alat peraga, maupun siswa yang melakukan hal-hal yang kurang berkenan atau dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Dalam melakukan kontak pandang diupayakan guru merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih, dapat dilakukan guru sambil berdiri atau duduk di depan kelas, maupun berjalan keliling sambil menghampiri siswa. Dengan jumlah siswa yang sedikit sangat mudah bagi guru untuk melakukan kontak pandang dengan seluruh siswa. Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap/cara kontak pandang guru dengan siswa yang menyenangkan, tidak terlihat sinis, menunjukkan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga membuat siswa merasa selalu diperhatikan, baik kepada siswa yang melakukan perbuatan yang menyenangkan, maupun kepada mereka yang melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar. Dari angket yang diberikan siswa, sebagian besar dari mereka sudah merasa selalu dipandang guru dalam kegiatan belajar mengajar, walaupun frekuensinya berbeda-beda. Namun dengan jumlah siswa yang sedikit, guru mudah melakukan kontak pandang dengan semua siswa. Karena guru yang mengajar putra dan siswanya juga putra, guru dapat melakukan kontak pandang dengan leluasa, tidak ada masalah. Dari angket guru diperoleh bahwa kontak pandang dilakukan sekilas seperlunya saja, yang wajar. Lain halnya jika mengajar dikelas putri, terkadang harus jaga pandangan, karena sudah banyak dari mereka yang sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan.
(5) Perubahan posisi
Upaya yang dilakukan guru dalam melakukan perubahan posisi berdasarkan angket guru dengan berpindah di depan dan di belakang. Posisi guru tidak stagnan, namun bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari sebagian besar siswa bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah. Sikap aktif dan semangat guru juga nampak dari gerak dan perubahan posisi guru dalam mengajar yang sesuai dengan ekspresi ucapan sesuai dengan situasi dan kondisi. Dari hasil observasi pun juga diperoleh perubahan posisi guru bervariasi, tidak monoton.
Perubahan posisi tersebut adalah:
(a) Berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah ketika menjelaskan.
(b) Duduk terkadang berdiri di belakang ketika istirahat setelah menjelaskan sambil menanti siswa mencatat.
(c) Bergerak keliling meja menghampiri siswa ketika latihan soal, mencatat, dan ada siswa yang bertanya.
Perubahan posisi guru yang tidak monoton atau bervariasi akan dapat mempertahankan perhatian siswa. Gerak ke depan ke belakang, ke kiri ke kanan, berdiri dan duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika guru menjelaskan materi, guru berdiri di depan kelas, kadang ke tengah selama masih dapat dilihat atau diperhatikan oleh seluruh siswa. Guru kadang duduk di kursi guru ketika siswa mencatat, mengerjakan latihan soal, sambil sesekali berjalan keliling untuk berusaha mengontrol siswa yang bisa mengerjakan maupun yang tidak. Perubahan posisi dilakukan secara wajar, tidak berlebihan yang nantinya ditakutkan dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar.
(6) Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Upaya guru dalam memberikan tekanan pada materi yang dianggap penting dengan diulang-ulang sampai dua kali dan menyuruh siswa mengulangnya sendiri. Untuk materi atau hal penting yang harus diperhatikan siswa, guru selalu memberikan penekanan. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagian besar siswa. Dari hasil observasi diperoleh ada beberapa cara yang dilakukan guru dalam memusatkan perhatian siswa terhadap materi ataupun hal yang dianggap penting untuk diperhatikan, yaitu:
(a) Sering menggunakan kata ‘perhatikan’ terhadap materi yang penting, kemudian ditulis dipapan tulis ‘kesimpulan’ sambil dikotaki. Penekanan terkadang disampaikan dua kali, terkadang juga menyuruh siswa megulangnya sendiri.
(b) Menggunakan kata ‘perhatian’ ketika siswa ramai atau kurang memperhatikan, setelah itu diam sejenak sampai siswa berhenti melakukannya.
Pemberian tekanan terhadap materi ataupun hal-hal yang penting, yang dirasa harus diperhatikan siswa selalu dilakukan oleh guru. Bentuk penekanan ini diusahakan menarik perhatian siswa, dapat membuat hal yang harus diperhatikan itu benar-benar dipahami oleh siswa, yang pada akhirnya akan selalu diingat. Pemberian tekanan tidak hanya kepada materi pelajaran yang dianggap penting saja, namun juga anjuran dan nasehat. Pemberian tekanan ini biasa dilakukan guru dengan menggunakan kata ‘perhatikan’ atau ‘perhatian’ sebagai awalan untuk menarik perhatian siswa. Setelah itu menulis kesimpulannya di papan tulis. Penekanan terhadap hal yang penting kadang diulang-ulang agar siswa lebih paham, apalagi kalau siswa sendiri yang mengulangnya, siswa akan lebih mudah ingat, karena diucapkan sendiri.
b) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Gaya Mengajar
Terdapat hambatan guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar. Dari angket yang diberikan guru menyatakan bahwa hambatannya adalah anak sulit menangkap pokok bahasan, sehingga harus diulang-ulang. Kesulitan anak dalam memahami materi juga menjadi hambatan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan angket siswa. Kesulitan siswa dalam memahami materi kemungkinan karena kurang belajar saja, sebab jika dilihat dari tingkat intelegensi anak sudah tidak diragukan lagi. Disamping itu, berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa, sebagian besar dari mereka tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar. Kesulitan anak dalam memahami materi menuntut guru untuk lebih memperhatikan gaya mengajarnya agar lebih menarik lagi. Ditambah lagi waktu belajar siswa akselerasi yang relatif singkat. Sikap sabar, pemberian motivasi dan nasehat merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru. Guru harus sabar mengulang-ulang penjelasan, namun juga perlu penekanan bagi siswa untuk lebih giat belajar, selain itu juga efesiensi waktu. Hambatan lain yang nampak ialah ketika kondisi siswa yang kurang fit, terlalu kelelahan karena aktivitas yang banyak. Hal ini juga membutuhkan perhatian guru yang lebih dalam gaya mengajarnya.
2) Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar
a) Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar
(1) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media/Alat Bantu Pengajaran.
Mengenai penggunaan media pengajaran, dari hasil angket guru, dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru menggunakan media pembelajaran berupa: sepeda dan pralon untuk mempermudah pemahaman siswa, disamping media seperti biasa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka. Begitu pula sebagian siswa juga menyebutkan demikian. Dari hasil observasi, media yang dipakai guru memang seperti itu.
Mengenai efektifitas penggunaan media atau alat bantu, ketika wawancara guru berpendapat perlu dan sangat efektif sekali dalam rangka mempermudah pemahaman siswa. Anak akselerasi adalah anak yang pandai dengan daya imajinasi yang kuat. Dengan alat bantu tersebut dapat mengajak daya imajinasi siswa berkembang, dapat mengkaitkan dengan yang lain. Selain media pokok untuk penjelasan materi seperti: spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka, guru dituntut lebih kreatif untuk menyediakan media lain yang berhubungan dengan materi. Mengenai efektifitas penggunaan media, ada siswa yang sependapat dengan guru. Ada juga yang berpendapat tidak terlalu penting, tidak pakai juga tidak masalah, karena kebanyakan materi masih bisa dinalar. Namun ada juga yang berpendapat kadang perlu kadang tidak, perlu jika memang siswa mengalami kesulitan jika hanya dengan membuat ilustrasinya saja, namun kebanyakan materi masih mudah dipahami, jadi tidak menggunakan pun juga tidak masalah, agar tidak repot dan tidak terlalu menyita banyak waktu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tidak harus selalu digunakan dalam setiap pertemuan, tergantung sub pokok bahasan. Media digunakan ketika memang benar-benar di butuhkan, ketika siswa memang dirasa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang hanya dengan membaca atau cukup dengan menjelaskan ilustrasi saja. Jika materi yang diajarkan sudah dirasa cukup mudah untuk dipahami siswa hanya dengan memberikan ilustrasi saja, maka guru tidak perlu menggunakan alat bantu. Selain mempermudah guru sendiri, juga efisiensi waktu. Mengingat untuk menyiapkan media, guru juga butuh waktu dan biaya, selain itu ketika siswa praktek menggunakan media di kelas akan terlalu menyita banyak waktu.
(2) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media/Alat Bantu Pengajaran
Terdapat hambatan yang dialami guru dalam upaya menggunakan media pembelajaran. Dari hasil angket guru diperoleh hambatanya yaitu kadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada, sehingga harus buat sendiri. Dari observasi, sekolahan memang belum mempunyai laboratorium alat peraga khusus mata pelajaran matematika. Laboratorium ini nantinya berisi alat-alat peraga yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang benar-benar membutuhkan. Dengan demikian dapat digunakan untuk beberapa kali, sehingga guru tidak harus membuat sendiri ketika akan mengajar. Laboratorium alat peraga juga dapat digunakan sebagai penelitian dan pengembangan alat peraga yang lebih sesuai untuk tahun berikutnya.
b) Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Bahan Ajar
(1) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Bahan Ajar
Mengenai variasi bahan ajar, dari hasil angket guru, dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, variasi bahan atau materi pelajaran dilakukan guru dengan menambah literatur dan diskusi dengan guru lain. Dari hasil observasi terlihat guru juga membawa buku lain selain buku yang menjadi pegangan siswa. Dengan memperbanyak referensi lain disamping buku pegangan pokok yang digunakan siswa akan dapat saling melengkapi kekurangannya. Selain itu juga dapat untuk saling membandingkan isi materi mana yang lebih mudah dipahami Materi yang disampaikan guru pun variatif, hal ini ditunjukkan dari angket siswa mengenai materi yang disampaikan ada yang berpendapat sangat mudah dan cukup mudah dipahami. Mengenai tugas dan pertanyaan guru sebagian besar menjawab kadang bisa mengerjakan kadang tidak. Hanya sebagian kecil yang selalu bisa mengerjakan dan tidak pernah bisa. Diskusi dengan teman guru juga dapat dilakukan agar dapat menyamakan pemahaman konsep atau bertukar pengalaman. Apalagi dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelas, putra dan putri dengan guru yang berbeda pula, sehingga diskusi dengan guru yang lain diperlukan dalam rangka menyamakan pemahaman materi dan tukar pikiran atau pengalaman.
(2) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Bahan Ajar
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai hambatan dalam mengadakan variasi bahan ajar, dimana guru tidak mengalami kesulitan, karena dengan mudah dapat dicari ditoko-toko buku, atau bisa tanya teman guru yang lain. Diskusi dengan guru pun dapat dilakukan kapan saja, karena sering bertemu dan jarak rumah yang dekat dalam satu komplek. Namun dari pengamatan peneliti saat observasi, guru sering hanya menggunakan buku pegangan yang digunakan siswa, hal ini karena waktu yang tidak memungkinkan untuk menambah materi dari buku lain seperti latihan soal. Sehingga guru sering mengambil soal dari buku pegangan siswa saja, lebih mudah, karena semua siswa mempunyai. Jadi waktu juga menjadi hambatan bagi guru untuk lebih variatif lagi dalam menyampaikan materi.
3) Upaya dan hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
a) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Upaya guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa berdasarkan angket guru ialah dengan menyuruh siswa maju ke depan dan melakukan diskusi kelompok. Dari observasi setiap pertemuan, guru selalu menyuruh beberapa siswa maju mengerjakan ke depan. Selama kegiatan belajar mengajar satu pokok bahasan tersebut guru sekali mengadakan diskusi kelompok. Dari hasil wawancara dengan guru, disebutkan bahwa alasan mengadakan diskusi kelompok agar siswa terdorong untuk mempersiapkan diri dengan belajar sebelum presentasi, selain itu untuk melatih keberanian, kerjasama, juga mendorong siswa untuk bisa, karena terkadang anak punya rasa gengsi jika melihat teman yang lain bisa. Namun disamping itu juga ada kelemahannya, yaitu: anak kadang ada yang kurang aktif, terlalu mengharapkan teman yang aktif, materi terkadang juga tidak tuntas, dan waktu yang dibutuhkan juga banyak. Siswa pun ada beberapa yang beranggapan perlu sesekali untuk mengadakan diskusi sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam mengajar, guru selalu berusaha melibatkan siswa. Mengenai keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti memperhatikan, mencatat, menjawab pertanyaan guru, dan lain sebagainya, sebagian besar siswa sudah menyatakan cukup banyak terlibat dan sebagian lagi hanya sedikit. Dalam bicara ketika guru menjelaskan materi, semua siswa berpendapat cukup, tidak terlalu banyak bicara. Hal ini sesuai dengan pendapat guru dalam angket yang menyatakan bahwa sering dalam kegiatan belajar mengajar sebagian besar waktu digunakan untuk berlatih soal dan maju mengerjakan ke depan, hanya sedikit waktu untuk menjelaskan materi. Ketika observasi pun guru sering hanya menjelaskan materi yang dirasa siswa mengalami kesulitan, untuk kemudian menyuruh siswa berlatih mengerjakan latihan soal. Dengan banyak latihan ini akan terlihat dimana kesulitan yang dialami siswa untuk kemudian guru sambil menjelaskan. Pendapat siswa ketika diadakan wawancara mengenai proporsi waktu ketika menjelaskan dengan latihan soal ada yang berpendapat lebih suka ketika guru banyak menjelaskan, latihan soal bisa sendiri di rumah, jadi di sekolah hanya menjelaskan mana yang belum paham. Ada juga yang berpendapat lebih banyak latihan soal, karena sambil latihan soal bisa sambil menjelaskan. Disamping itu juga ada siswa yang beranggapan lebih suka ketika imbang antara menjelaskan dan latihan soal, karena biar tidak bosan. Proporsi waktu ini terkadang juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, melihat juga keadaan siswa. Misalnya ketika waktu hanya satu jam pelajaran dan siswa ketika berlatih di rumah mengalami banyak kesulitan, maka waktu hanya cukup untuk membahas kesulitan siswa dan melanjutkan materi, karena mengingat waktu belajar yang singkat. Mengenai kesempatan bekerja dengan siswa lain ketika kegiatan belajar mengajar, sebagian besar siswa meyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil saja yang menjawab sering.
Untuk interaksi antara guru dan siswa terjadi hubungan yang baik, menyenangkan, sikap guru yang humoris dan nampak bersahabat dengan siswa menimbulkan kesan proses belajar mengajar terlihat serius tapi santai. Serius dalam artian semangat belajar dengan sungguh-sungguh, namun tetap santai, dapat menikmati, tanpa ada rasa tegang, tertekan, takut dengan guru, atau hal-hal lain yang mengakibatkan proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Guru tidak pernah berkata kasar, marah yang berlebihan, ataupun bertindak sesuatu yang menyinggung perasaan.
Secara umum, pola interaksi dalam aktivitas belajar mengajar, sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid atau pola guru-murid, murid-guru, dan murid-murid. Pola guru siswa terjadi ketika guru menyampaikan materi pelajaran, bertanya, maupun aktivitas lain yang guru lakukan dan ditujukan kepada murid. Pola murid-guru terjadi ketika siswa diberi kesempatam untuk bertanya atau menanggapi apa yang disampaikan guru. Sedangkan pola murid-murid terjadi ketika ada siswa yang bertanya mengenai suatu hal untuk kemudian guru meminta pendapat siswa lain, ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan atau berlatih mengerjakan soal, siswa lain dimintai pendapat dan tanggapannya.
b) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Berdasarkan angket guru, terdapat hambatan yang dihadapi guru dalam upaya mengadakan variasi di atas. Hambatannya adalah kadang anak tidak siap benar dan paham benar. Dari hasil observasi pun nampak bahwa ada siswa yang ketika guru menjelaskan materi mengalami kesulitan dalam memahami dan terkadang banyak bertanya, sehingga guru harus beberapa kali mengulang-ulangnya. Dari beberapa anak yang mengalami kesulitan ini akan menyita perhatian guru. Sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kurang lancar seperti apa yang diharapkan, sedangkan waktu belajar bagi mereka relatif lebih singkat. Kondisi siswa yang capek terkadang juga menjadi penghambat. Hal ini menuntut guru untuk perhatian lebih kepada siswa, sedangkan guru pun juga menyadari bahwa tugas siswa di luar jam sekolah juga banyak. Anak yang tidak siap benar dan paham benar kamungkian karena anak kurang belajar dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar, sebab jika dilihat dari tingkat intelegensinya, anak akselerasi merupakan anak yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Hal ini sesuai dengan angket siswa mengenai persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar, dimana hanya sebagian kecil saja yang selalu mempersiapkan diri.
b Kelas Akselerasi Putri
1). Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Gaya Mengajar
a) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar guru yang mengajar kelas akselerasi putri relatif sama dengan guru yang mengajar kelas akselerasi putra.
(1) Variasi suara.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan, guru menggunakan intonasi yang tidak monoton, suara keras dan jelas. Variasi suara yang digunakan guru dalam mengajar bervariasi, tidak monoton suara disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Begitu pula berdasarkan angket siswa, sebagian besar siswa berpendapat bahwa suara guru kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagian kecil siswa ada yang berpendapat suara guru keras dan cepat. Hal ini nampak ketika observasi, suara keras agar dapat menarik perhatian siswa, suara terkesan cepat karena guru merasa dikejar waktu. Walaupun suara guru terkesan keras dengan nada tinggi, namun tidak menggunakan intonasi suara yang terkesan ketus. Guru juga tidak pernah menggunakan kata-kata yang kasar, yang menyinggung perasaan. Sikap aktif dan semangat guru juga berpengaruh dalam berbicara. Semangat ini muncul karena motivasi mengajar guru, dimana guru senang dengan matematika, senang bisa membantu siswa dalam memecahkan problem matematika, dan berusaha mengkaji ayat-ayat kauniyah Allah. Dengan demikian dapat menimbulkan kesan bahwa guru memang benar-benar penting untuk menyampaikan materi kepada siswa untuk kemudian siswa paham dengan apa yang disampaikan. Variasi suara tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Suara agak keras dan sedikit pelan dalam menjelaskan materi dan memberikan penguatan.
(b) Suara dengan nada agak lebih tinggi dari suara saat menjelaskan biasa ketika dalam menjelaskan siswa ramai, bertanya tentang suatu hal, dan menekankan hal yang penting.
(c) Suara agak melambat ketika meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru, bertanya atau mengerjakan contoh soal di papan tulis, memberikan nasehat dan teguran lisan terhadap sikap siswa yang kurang berkenan
(d) Sifat humor sebagai selingan dengan variasi suara yang disesuaikan.
Dalam menyampaikan penjelasan, suara guru agak keras dan sedikit pelan. Hal ini dapat membuat siswa antusias untuk mendengarkan, apalagi kadang siswa ribut sendiri. Suara dengan nada lebih keras melebihi suara ribut siswa, secara tidak langsung juga dapat sebagai teguran halus agar berhenti ramai dan kembali mendengarkan penjelasan guru. Suara agak keras namun pelan akan menarik perhatian siswa dan mudah di pahami. Begitu pula ketika memberikan penguatan kepada siswa yang melakukan hal positif, seperti: bisa mengerjakan latihan soal ke depan, bisa menjawab pertanyaan guru, dan lain sebagainya, suara yang agak keras mantab menunjukkan kehangatan dan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga siswa merasa senang.
Ketika menekankan hal yang dianggap penting, guru menggunakan intonasi suara agak lebih tinggi. Hal ini dapat menarik perhatian siswa agar mengetahui hal penting mana yang harus diperhatikan. Begitu pula ketika bertanya mengenai suatu hal. Dengan suara yang lebih keras
Guru sering meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru atau mengerjakan contoh soal di papan tulis. Pada situasi ini, suara guru cenderung agak melambat. Hal ini dapat dimanfaatkan siswa sebagai waktu berpikir sebentar mengenai jawaban yang akan disampaikan, selain itu dengan melambatnya suara guru akan mudah siswa untuk memahami pertanyaan yang diajukan. Suara yang agak pelan dan lambat juga dilakukan guru ketika memberikan nasehat, saran, dan teguran lisan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan. Dengan demikian, guru tidak terlihat marah, namun sabar untuk kemudian siswa dapat menerima nasehat yang disampaikan guru. Selain itu juga untuk menghindari sikap yang dapat menyinggung perasaan siswa. Sifat humor guru sebagai selingan dengan variasi suara yang sesuai dengan situasi dan kondisi dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, terasa rileks dan tidak menegangkan.
(2) Perubahan mimik dan gerak
Berdasarkan angket yang diberikan kepada guru, perubahan mimik dan gerak disesuaikan, jika terlalu banyak bisa mengganggu konsentrasi. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, guru senantiasa nampak ceria, selalu tersenyum, dan nampak bersahabat dengan siswa. Sifat humoris juga memperlihatkan mimik wajah dan ekspresi gerak tubuh sesuai dengan ucapan, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, atau ekspresi wajah yang terlihat sinis. Sikap semangat juga nampak dalam perubahan mimik dan gerak, pandangan menunjukkan kehangatan dan antusias guru kepada siswa. Untuk menyatakan rasa kurang suka dengan apa yang dilakukan siswa, yang dirasa menggangu aktivitas belajar mengajar, teguran menggunakan ekspresi wajah dengan sedikit mengerutkan dahi sambil diam sebentar. Guru tidak pernah menunjukkan ekspresi marah yang berlebihan. Gerakan guru juga tidak monoton, kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat semua siswa.
Sikap humor guru memperlihatkan mimik wajah yang menyenangkan, ceria, selalu tersenyum, tidak terlihat sinis, dan menakutkan. Ekspresi wajah disesuaikan dengan gerak dan ucapan, situasi dan kondisi . Dengan ekspresi wajah yang menyenangkan tersebut akan membuat siswa tidak merasa takut dengan guru untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dalam belajar juga merasa rileks, tidak merasa tegang atau tertekan, sehingga siswa mudah berpikir dan menerima pelajaran.
Sikap selalu bersemangat yang nampak dalam perubahan mimik dan gerak, akan menarik perhatian dan minat siswa terhadap apa yang disampaikan guru, akan memperlihatkan rasa antusias guru bahwa siswa sangat penting untuk tahu dan paham akan apa yang disampaikannya nanti.
Ekspresi mimik dan gerak juga digunakan sebagai teguran halus ketika ada siswa yang melakukan hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, dengan diam sebentar, sambil mengerutkan dahi, namun selalu tersenyum, berusaha memahami anak. Teguran semacam itu diharapkan dapat menghindari sikap dan ucapan guru yang dapat menyinggung perasaan siswa, tidak menyenangkannya hubungan antara siswa dan guru, yang nantinya ditakutkan akan mengganggu kegiatan belajar siswa.
(3) Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan
Berdasarkan angket guru, diperoleh bahwa pemberian waktu hening dalam pembicaraan dilakukan ketika menyuruh siswa berpikir dan ketika siswa tidak memperhatikan sebagai teguran agar siswa kembali memperhatikan. Sedangkan siswa berpendapat ketika siswa ramai, marah, untuk menarik perhatian siswa, dan memberikan waktu berpikir sejenak ketika memberikan pertanyaan. Berdasarkan hasil observasi, guru memberikan waktu hening dalam pembicaraannya ketika:
(a) Memberikan waktu berpikir bagi siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan latihan soal untuk selanjutnya dikerjakan di depan kelas.
(b) Teguran halus kemudian menarik perhatian siswa ketika melakukan hal yang kurang berkenan dan mengganggu kegiatan belajar mengajar, seperti; ramai, kurang memperhatikan, dan lain sebagainya.
(c) Memberi waktu mencatat siswa dan berusaha menyimpulkan apa yang telah disampaikan guru.
Ketika guru memberikan pertanyaan dan latihan soal, guru memberikan waktu berpikir sejenak dengan diam, sehingga membuat suasana sunyi senyap. Kondisi seperti ini akan membuat siswa konsentrasi untuk mengerjakan, mencoba berpikir mencari penyelesaiannya. Siswa bisa mendapatkan gambaran mengenai bisa atau tidaknya mereka menyelesaikannya. Waktu hening juga diberikan guru ketika siswa mencatat hal yang dianggap penting, terutama ketika guru menjelaskan suatu hal yang siswa harus memperhatikan dahulu dan baru boleh mencatat setelah guru selesai menjelaskan. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar konsentrasi memperhatikan ketika guru menjelaskan lalu paham. Setelah itu diberi waktu hening, kesempatan konsentrasi untuk mencatat dan menyimpulkan.
Diam sejenak juga digunakan guru sebagai teguran halus kepada siswa yang melakukan hal yang dirasa dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Dengan diam sejenak saja siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya. Teguran semacam ini dapat menghindari hal-hal yang kurang berkenan di hati siswa, seperti tersinggung, atau perasaan kekurang senangan siswa kepada guru, sehingga tidak menimbulkan hubungan antara siswa dan guru yang kurang menyenangkan.
(4) Melakukan kontak pandang
Upaya yang dilakukan guru dalam melakukan kontak pandang berdasarkan angket dilakukan guru merata ke seluruh siswa untuk memastikan siswa memperhatikan. Dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar, guru selalu mengadakan kontak pandang dengan siswa, misalnya: ketika menjelaskan materi, guru menghadap siswa dan melakukan kontak pandang merata ke seluruh siswa, ketika ada siswa yang bertanya, mengerjakan soal, maupun siswa yang melakukan hal-hal yang kurang berkenan atau dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Dalam melakukan kontak pandang diupayakan guru merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih, dapat dilakukan guru sambil berdiri atau duduk di depan kelas, maupun berjalan keliling sambil menghampiri siswa. Dengan jumlah siswa yang sedikit sangat mudah bagi guru untuk melakukan kontak pandang dengan seluruh siswa. Sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap/cara kontak pandang guru dengan siswa yang menyenangkan, tidak terlihat sinis, menunjukkan keantusiasan guru kepada siswa, sehingga membuat siswa merasa selalu diperhatikan, baik kepada siswa yang melakukan perbuatan yang menyenangkan, maupun kepada mereka yang melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu aktivitas belajar mengajar. Dari angket yang diberikan siswa, sebagian besar dari mereka merasa hanya beberapa kali dipandang guru dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagian kecil merasa tidak pernah sama sekali. Karena guru yang mengajar putra sedangkan siswanya putri, walaupun guru ketika ditanya pada waktu wawancara menjawab tidak begitu bermasalah, namun berusaha menjaga pandangan, karena sebagian besar dari mereka sudah paham mengenai pentingnya menjaga pandangan. Sehingga kontak pandang dengan siswa tidak dapat dillakukan dengan leluasa.
(5) Perubahan posisi
Upaya yang dilakukan guru dalam melakukan perubahan posisi berdasarkan angket guru dengan jalan keliling. Posisi guru tidak stagnan, namun bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari semua siswa bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah. Sikap aktif dan semangat guru juga nampak dari gerak dan perubahan posisi guru dalam mengajar yang sesuai dengan ekspresi ucapan sesuai dengan situasi dan kondisi. Dari hasil observasi pun juga diperoleh perubahan posisi guru bervariasi, tidak monoton. Perubahan posisi tersebut adalah:
(a) Berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah ketika menjelaskan.
(b) Duduk ketika istirahat setelah menjelaskan sambil menanti siswa mencatat dan menunggu siswa berlatih mengerjakan soal.
(c) Bergerak keliling meja menghampiri siswa ketika latihan soal, mencatat, dan ada siswa yang bertanya.
Perubahan posisi guru yang tidak monoton atau bervariasi akan dapat mempertahankan perhatian siswa. Gerak ke depan ke belakang, ke kiri ke kanan, berdiri dan duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika guru menjelaskan materi, guru berdiri di depan kelas, kadang ke tengah selama masih dapat dilihat atau diperhatikan oleh seluruh siswa. Guru kadang duduk di kursi guru ketika siswa mencatat, mengerjakan latihan soal, sambil sesekali berjalan keliling untuk berusaha mengontrol siswa yang bisa mengerjakan maupun yang tidak. Perubahan posisi dilakukan secara wajar, tidak berlebihan yang nantinya ditakutkan dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar.
(6) Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Upaya guru dalam memberikan tekanan pada materi yang dianggap penting berdasarkan angket guru dilakukan ketika menyampaikan kesimpulan dan hal-hal yang tidak ada dalam buku. Untuk materi atau hal penting yang harus diperhatikan siswa, guru selalu memberikan penekanan. Hal ini sesuai dengan pendapat semua siswa. Dari hasil observasi diperoleh ada beberapa cara yang dilakukan guru dalam memusatkan perhatian siswa terhadap materi ataupun hal yang dianggap penting untuk diperhatikan, yaitu:
(a) Sering menggunakan kata ‘listen carefully’ terhadap materi yang penting, seperti rumus dan kesimpulan, kemudian ditulis dipapan tulis sambil diberi gambar simbol. Penekanan terkadang diulang beberapa kali sampai dirasa semua siswa memperhatikan dan paham.
(b) Menggunakan kata ‘pay attention please’ kadang ‘perhatikan’ ketika siswa ramai atau kurang memperhatikan, setelah itu diam sejenak sampai siswa berhenti melakukannya, untuk kembali menerangkan hal yang penting.
Pemberian tekanan terhadap materi ataupun hal-hal yang penting, yang dirasa harus diperhatikan siswa selalu dilakukan oleh guru. Bentuk penekanan ini diusahakan menarik perhatian siswa, dapat membuat hal yang harus diperhatikan itu benar-benar dipahami oleh siswa, yang pada akhirnya akan selalu diingat. Guru sering menggunakan bahasa Inggris dalam menarik perhatian siswa ketika menekankan hal yang dianggap penting untuk diperhatikan. Pemberian tekanan dengan bahasa asing tersebut ternyata dapat menarik perhatian siswa. Pemberian tekanan tidak hanya kepada materi pelajaran yang dianggap penting saja, namun juga anjuran dan nasehat.
b) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Gaya Mengajar
Terdapat hambatan guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar. Dari angket yang diberikan guru menyatakan bahwa hambatannya adalah ketika anak capek atau mengantuk. Kondisi anak yang kurang mendukung dapat menjadi hambatan guru dalam upaya mengadakan variasi gaya mengajar. Dari hasil observasi sering sekali anak terlihat kelelahan. Hal ini terjadi karena aktivitas anak banyak. Dengan kondisi anak yang seperti ini, menuntut guru untuk memberikan perhatian lebih dalam mengajar. Selain dari pihak anak, dari pihak guru terkadang juga ada masalah, yaitu ketika kondisi guru kurang fit, baik karena kurang sehat atau sedang kelelahan. Hambatan lain yang nampak ada sebagian siswa yang terkadang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan angket siswa mengenai hambatan yang dihadapi dalam belajar. Kesulitan siswa dalam memahami materi kemungkinan karena kurang belajar saja, sebab jika dilihat dari tingkat intelegensi anak sudah tidak diragukan lagi. Disamping itu, berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa, sebagian besar dari mereka tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar. Kesulitan anak dalam memahami materi menuntut guru untuk lebih memperhatikan gaya mengajarnya agar lebih menarik lagi. Ditambah lagi waktu belajar siswa akselerasi yang relatif singkat. Sikap sabar, pemberian motivasi dan nasehat merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru. Guru dituntut untuk sabar mengulang-ulang penjelasan, namun juga perlu penekanan bagi siswa untuk lebih giat belajar, selain itu juga efesiensi waktu.
2) Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar
a) Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media
(1) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media/Alat Bantu Pengajaran.
Mengenai penggunaan media pengajaran, dari hasil angket guru, dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru menggunakan spidol, white board, penghapus, penggaris, dan jangka. Begitu pula sebagian siswa juga menyebutkan demikian. Dari hasil observasi, media yang dipakai guru memang seperti itu.
Mengenai efektifitas penggunaan media atau alat bantu, ketika wawancara guru berpendapat perlu dan perlu dalam rangka mempermudah pemahaman siswa, ketika siswa benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang hanya dengan memberikan sketsa saja. Jika hanya dengan membuat sketsa saja anak sudah paham, tidak menggunakan alat bantu juga tidak menjadi masalah. Selain dapat mempermudah guru juga efisiensi waktu. Mengenai efektifitas penggunaan media, ada siswa yang sependapat dengan guru. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tidak harus selalu digunakan dalam setiap pertemuan, tergantung sub pokok bahasan. Media digunakan ketika memang benar-benar di butuhkan, ketika siswa memang dirasa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang hanya dengan membaca atau cukup dengan menjelaskan ilustrasi saja. Jika materi yang diajarkan sudah dirasa cukup mudah untuk dipahami siswa hanya dengan memberikan ilustrasi saja, maka guru tidak perlu menggunakan alat bantu. Selain mempermudah guru sendiri, juga efisiensi waktu. Mengingat untuk menyiapkan media, guru juga butuh waktu dan biaya, selain itu ketika siswa praktek menggunakan media di kelas akan terlalu menyita banyak waktu.
(2) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Penggunaan Media/Alat Bantu Pengajaran
Berdasarkan angket yang diberikan, guru berpendapat tidak mengalami masalah dalam menyediakan alat bantu tersebut. Hal ini karena semua media pokok dalam mengajar tersebut sudah tersedia. Hambatan yang nampak kadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada, sehingga harus buat sendiri. Dari observasi, sekolahan memang belum mempunyai laboratorium alat peraga khusus mata pelajaran matematika. Laboratorium ini nantinya berisi alat-alat peraga yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang benar-benar membutuhkan. Dengan demikian dapat digunakan untuk beberapa kali, sehingga guru tidak harus membuat sendiri ketika akan mengajar. Laboratorium alat peraga juga dapat digunakan sebagai penelitian dan pengembangan alat peraga yang lebih sesuai untuk tahun berikutnya.
b) Upaya dan Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Bahan Ajar
(1) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Bahan Ajar
Mengenai variasi bahan ajar, dari hasil angket guru, dalam kegiatan belajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, variasi bahan atau materi pelajaran dilakukan guru dengan menambah literatur lebih dari satu buku. Dari hasil observasi terlihat guru juga membawa buku lain selain buku yang menjadi pegangan siswa. Dengan memperbanyak referensi lain disamping buku pegangan pokok yang digunakan siswa akan dapat saling melengkapi kekurangannya. Selain itu juga dapat untuk saling membandingkan isi materi mana yang lebih mudah dipahami Materi yang disampaikan guru pun variatif, ada yang mudah dan ada yang sulit. Hal ini ditunjukkan dari angket siswa mengenai materi yang disampaikan ada yang berpendapat sangat mudah dan cukup mudah dipahami. Mengenai tugas dan pertanyaan guru sebagian besar menjawab kadang bisa mengerjakan kadang tidak. Hanya sebagian kecil yang selalu bisa mengerjakan dan tidak pernah bisa.
(2) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Bahan Ajar
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai hambatan dalam mengadakan variasi bahan ajar, dimana hambatannya adalah kurangnya waktu. Dari pengamatan peneliti saat observasi, guru sering hanya menggunakan buku pegangan yang digunakan siswa, hal ini karena waktu yang tidak memungkinkan untuk menambah materi dari buku lain seperti latihan soal. Sehingga guru sering mengambil soal dari buku pegangan siswa saja, lebih mudah, karena semua siswa mempunyai.
3) Upaya dan hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
a) Upaya Guru Dalam Mengadakan Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Upaya guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa berdasarkan angket guru ialah dengan selalu tampil menyenangkan, menerangkan, menyuruh maju ke depan, dan memberikan tugas perorangan. Dari observasi, guru banyak menerangkan, daripada menyuruh siswa maju. Ketika menerangkan, guru berusaha mengajak siswa berdiskusi. Dalam kegiatan belajar mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran, guru jarang menyuruh siswa maju ke depan, karena terlalu banyak menyita waktu. Hanya sekali siswa ada yang maju ke depan, itu pun karena terdapat sisa waktu. Dalam kegiatan belajar mengajar pun guru berusaha tampil menyenangkan. Sebagian besar siswa juga menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar menyenangkan. Guru belum pernah mengadakan diskusi kelompok, karena guru merasa anak belum siap, pelayanan terhadap anak kurang, sehingga anak yang pintar dan aktif semakin pintar dan yang kurang semakin tidak bisa. Selain itu juga butuh banyak waktu, waktu terkadang molor dan materi kurang tuntas. Namun dari wawancara dengan siswa ada yang berpendapat perlu sesekali mengadakan diskusi kelompok untuk melatih kerjasama, menyampaikan pendapat, tukar pikiran, dan lain sebagainya. Tetapi ada juga kelemahannya, yaitu butuh waktu lama dan materi pelajaran kurang bisa tuntas seperti apa yang diharapkan. Dalam mengajar, guru selalu berusaha melibatkan siswa. Mengenai keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti memperhatikan, mencatat, menjawab pertanyaan guru, dan lain sebagainya, sebagian besar siswa sudah menyatakan cukup banyak terlibat dan sebagian lagi hanya sedikit. Dalam bicara ketika guru menjelaskan materi, semua siswa berpendapat cukup, tidak terlalu banyak bicara. Walaupun guru terlihat mendominasi kegiatan belajar mengajar, namun selalu berusaha mengajak siswa aktif diskusi menanggapi materi yang disampaikan guru. Ketika observasi pun guru sering hanya menjelaskan materi yang dirasa siswa mengalami kesulitan, untuk kemudian menyuruh siswa berlatih mengerjakan latihan soal untuk kemudian dibahas bersama materi yang dirasa sulit. Pendapat siswa ketika diadakan wawancara mengenai proporsi waktu ketika menjelaskan dengan latihan soal ada yang berpendapat lebih suka ketika guru banyak menjelaskan, latihan soal bisa sendiri di rumah, jadi di sekolah hanya menjelaskan mana yang belum paham. Ada juga yang berpendapat lebih banyak latihan soal, karena sambil latihan soal bisa sambil menjelaskan. Disamping itu juga ada siswa yang beranggapan lebih suka ketika imbang antara menjelaskan dan latihan soal, karena biar tidak bosan. Proporsi waktu ini terkadang juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, melihat juga keadaan siswa. Misalnya ketika waktu hanya satu jam pelajaran dan siswa ketika berlatih di rumah mengalami banyak kesulitan, maka waktu hanya cukup untuk membahas kesulitan siswa dan melanjutkan materi, karena mengingat waktu belajar yang singkat. Mengenai kesempatan bekerja dengan siswa lain ketika kegiatan belajar mengajar, sebagian besar siswa meyatakan tidak pernah dan sebagian kecil saja yang menjawab sering. Kesempatan bekerja dengan siswa lain hanya sebatas diskusi dengan teman dekat ketika guru menyampaikan materi.
Untuk interaksi antara guru dan siswa terjadi hubungan yang baik, menyenangkan, sikap guru yang humoris dan nampak bersahabat dengan siswa menimbulkan kesan proses belajar mengajar terlihat serius tapi santai. Serius dalam artian semangat belajar dengan sungguh-sungguh, namun tetap santai, dapat menikmati, tanpa ada rasa tegang, tertekan, takut dengan guru, atau hal-hal lain yang mengakibatkan proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Guru tidak pernah berkata kasar, marah yang berlebihan, ataupun bertindak sesuatu yang menyinggung perasaan.
Secara umum, pola interaksi dalam aktivitas belajar mengajar, sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid atau pola guru-murid, murid-guru, dan murid-murid. Pola guru siswa terjadi ketika guru menyampaikan materi pelajaran, bertanya, maupun aktivitas lain yang guru lakukan dan ditujukan kepada murid. Pola murid-guru terjadi ketika siswa diberi kesempatam untuk bertanya atau menanggapi apa yang disampaikan guru. Sedangkan pola murid-murid terjadi ketika ada siswa yang bertanya mengenai suatu hal untuk kemudian guru meminta pendapat siswa lain, ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan atau berlatih mengerjakan soal, siswa lain dimintai pendapat dan tanggapannya.
b) Hambatan Guru Dalam Mengadakan Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Berdasarkan angket guru, terdapat hambatan yang dihadapi guru dalam upaya mengadakan variasi di atas. Hambatannya tergantung dan spontanitas, yaitu anak lelah atau tidak semangat. Kondisi siswa ynag demikian akan menghambat upaya guru dalam berinteraksi dengan mereka. Ketika guru berusaha menjelaskan materi, tanggapan anak menjadi kurang seperti yang diharapkan. Dari hasil observasi pun terkadang nampak seperti itu. Selain itu, hambatan yang nampak ialah ada anak terkadang kurang cepat paham terhadap apa yang disampaikan guru. Hal ini karena tidak semua anak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, sehingga guru harus beberapa kali mengulang-ulangnya. Dari beberapa anak yang mengalami kesulitan ini akan menyita perhatian guru. Sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kurang lancar seperti apa yang diharapkan, sedangkan waktu belajar bagi mereka relatif lebih singkat.
2. Upaya dan Hambatan Guru Mengelola Kelas
a. Kelas Akselerasi Putra
1). Upaya dan Hambatan Guru Dalam Menciptakan Kondisi Belajar Optimal
a) Sikap Tanggap Guru
(1) Upaya sikap tanggap guru
Sikap tanggap guru dilakukan dalam bentuk:
(a) Memandang siswa secara seksama
Berdasarkan angket guru, upaya memandang siswa secara seksama kadang dengan berputar dari meja satu ke meja yang lain. Dari angket siswa, sebagian dari mereka sudah merasa dipandang guru. Begitu pula mengenai perhatian guru, sebagian besar dari siswa sudah merasa diperhatikan guru selama pelajaran. Dari hasil observasi dalam mengajar, guru memandang siswa secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, tidak dengan pandangan sinis, dan diupayakan merata keseluruh siswa. Karena jumlah siswa yang tidak terlalu banyak, guru tidak begitu mengalami masalah dalam mengadakan kontak pandang. Ketika mengadakan kontak pandang, ekspresi wajah terlihat ceria, dengan selalu tersenyum. Kontak pandang secara seksama menimbulkan kesan serius pada diri guru. Memandang secara seksama dilakukan ketika siswa ramai sendiri atau kurang memperhatikan. Sikap ini dapat sebagai teguran agar siswa cepat tanggap untuk kembali memperhatikan. Kontak pandang secara seksama juga dilakukan guru ketika memberikan penekanan terhadap materi atau hal yang dianggap penting untuk diperhatikan.
(b) Gerak mendekati
Dari angket guru diperoleh bahwa gerak mendekati sebagai sikap tangap guru sering dilakukan. Gerak mendekati dilakukan guru ketika mengontrol catatan atau latihan, ketika melihat masing-masing jawaban. Dari hasil observasi, gerak mendekati dilakukan guru selain hal diatas juga ketika ada siswa yang bertanya dan ramai atau kurang memperhatikan. Gerak mendekati memang perlu dilakukan sebagai wujud perhatian guru kepada murid, mendorong siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika siswa mencatat atau berlatih soal guru berputar keliling mendekati siswa untuk mengontrolnya. Hal ini menunjukkan sikap peduli dan antusias, mendorong siswa untuk serius berlatih, serta guru dapat mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dan mana yang tidak. Begitu pula ketika ada siswaa yang bertanya. Gerak mendekati juga dilakukan guru ketika ada siswa yang ramai atau kurang memperhatikan. Dengan hanya mendekati tanpa guru harus memberikan teguran secara lisan selama tidak keterlaluan, siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya.
(c) Pemberian pernyataan
Dari angket guru diperoleh upaya pemberian pernyataan dengan menekankan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham. Dari hasil observasi guru juga berusaha selalu menggugah kesadaran siswa bahwa tanpa banyak berlatih, mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Guru tidak pernah memberikan pernyataan yang kasar atau menyinggung perasaan. Pernyataan guru yang sering dilakukan berupa nasehat-nasehat, baik ketika siswa melakukan hal yang positif maupun ketika melakukan hal yang kurang berkenan.
(d) Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa dengan menasehati dan memberikan tugas. Berdasarkan observasi, ketika ada siswa melakukan hal yang kurang berkenan, guru hanya menegur dan memberikan nasehat. Sebagai sikap tanggap, guru selalu berusaha memberikan teguran sebagai sikap bahwa guru kurang senang dengan hal jelek yang dilakukan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat siswa bahwa sebagian besar dari mereka merasa diperhatikan dan ditegur ketika melakukan hal yang kurang berkenan. Kenakalan siswa masih wajar, guru belum sampai memberikan tugas khusus bagi siswa tertentu.
Nasehat yang diberikan tentu saja suatu hal yang dapat meningkatkan kesadaran diri siswa untuk tidak lagi melakukan hal yang kurang baik tersebut. Kesabaran guru dibutuhkan dalam menanggapi mereka, karena secara psikologis mereka masih anak-anak. Guru dituntut berusaha untuk memahami mereka. Nasehat tentunya tidak dilakukan dengan marah-marah atau melakukan tindakan yang dapat menyinggung perasaan, yang membuat siswa merasa down. Pemberian tugas bagi mereka yang melakukan tindakan yang kurang menyenangkan dapat dilakukan guru, namun juga dengan memperhatikan tugas lain siswa di luar kegiatan belajar mengajar. Sanksi positif tersebut diharapkan selain membuat siswa jera, diharapkan juga bermanfaat bagi mereka. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan tersebut. Kenakalan anak hanya sebatas ramai atau ribut saja. Itupun dapat diatasi tanpa harus terjadi konflik yang serius. Anak lain yang menegur sudah dapat menenangkan suasana kembali, mereka sudah tanggap.
(2) Hambatan dalam mengadakan sikap tanggap guru
Dari angket guru diperoleh informai mengenai hambatan guru dalam berusaha bersikap tanggap, yaitu tidak semua siswa benar-benar paham. Kekurang pahaman siswa terhadap materi maupun sikap tanggap guru memang dapat menjadi penghambat dalam upaya guru mengadakan sikap tanggap. Kesalah pahaman yang terjadi, ketika guru berniat baik kadang siswa menyalah tafsirkan negatif, guru dikira marah, sehingga akan menimbulkan hal yang kurang menyenangkan. Kekurang pahaman siswa akan menjadi penghambat, karena perhatian guru akan lebih banyak tertuju kepada mereka yang selalu mengalami kesulitan, sehingga terlalu banyak menyita waktu. Dari observasi, selain hambatan di atas juga terlihat hambatan lain yang dihadapi guru dalam upaya mengadakan sikap tanggap, yaitu siswa terkadang tidak jera ketika hanya diberikan teguran halus, ada beberapa siswa yang setelah ditegur kemudian kembali melakukannya lagi.
b) Membagi Perhatian
(1) Upaya guru membagi perhatian
Upaya membagi perhatian guru kepada murid berdasarkan angket guru dengan berusaha menghapal nama dan karakteristik siswa.
Dari hasil observasi diperoleh informasi upaya guru dalam membagi perhatian, upaya yang dilakukan guru melalui beberapa cara, antara lain:
(a). Secara visual, dengan melakukan kontak pandang, melayangkan pandangan secara merata ke seluruh siswa, tidak hanya tertuju pada siswa tertentu saja.
(b). Secara verbal, dengan memberi nasehat atau komentar, memberikan pertanyaan baik mengenai materi maupun masalah yang dihadapi. Pemberian komentar sering dengan menyebukan nama siswa. Dengan demikian siswa merasa guru mengenal mereka.
(c). Gabungan visual dan verbal, guru memberikan nasehat dan komentar, serta memberikan pertanyaan dengan melakukan kontak pandang secara merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih. Upaya ini dilakukan agar siswa merasa diperhatikan, baik mereka yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah.
Pembagian perhatian tersebut juga diupayakan guru sesuai dengan karakteristik siswa. Dengan menghafal nama dan berusaha memahami karakteristik siswa, guru akan menjadi paham benar akan apa yang sedang dialami siswa, permasalahan yang sedang di hadapi, sehingga mempermudah guru dalam membagi perhatian dengan memberikan nasehat dan pendekatan yang dapat menimbulkan motivasi. Dalam membagi perhatian diusahakan tidak pilih kasih, tidak hanya kepada mereka yang pandai saja atau sebaliknya, tetapi diusahakan merata. Dari hasil angket siswa diperoleh bahwa sebagian besar dari mereka sudah merasa diperhatikan, walaupun frekuensinya berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa guru berusaha membagi perhatian secara merata kepada seluruh siswa.
(2) Hambatan guru dalam membagi perhatian
Dari hasil angket guru, diperoleh informasi mengenai hambatan yang dialami guru dalam upaya membagi perhatian, yaitu kadang tidak seluruh siswa hafal, karena banyaknya mengajar. Dari hasil observasi juga nampak guru kadang menyebutkan nama kadang tidak, bahkan terkadang juga salah menyebutkan nama. Banyaknya jam mengajar, apalagi untuk kelas yang berbeda-beda akan mempersulit guru dalam menghafal nama, apalagi karakteristiknya, sehingga akan sulit pula untuk guru berusaha menindaklanjuti mereka, baik yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah. Namun jika untuk membagi perhatian secara umum sebagai respon guru terhadap sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak begitu mengalami masalah, karena jumlah siswa yang sedikit.
c) Memusatkan Perhatian Kelompok
(1) Upaya guru memusatkan perhatian kelompok
Kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kelompok kecil ketika diskusi dan kelompok besar dalam satu kelas.
Dari angket guru diperoleh upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, khususnya ketika diskusi kelompok yaitu dengan membagi kelompok yang bervariasi, mengarahkan/pendahuluan dalam bentuk nasehat, menilai, dan mengumumkan hasil penilaian. Dari hasil observasi pun juga seperti itu. Upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil adalah sebagai berikut:
(a) Menyiapkan
Ketika diskusi kelompok, persiapan yang dilakukan guru ialah dengan membagi menjadi beberapa kelompok. Dalam membagi kelompok diupayakan merata antara yang pandai dan yang kurang, yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah itu mengatur tempat duduk bagi siswa yang maju ke depan secara berderet sejajar berhadapan dengan siswa lain yang tidak presentasi di depan, mengundi urutan kelompok yang maju, kemudian memberikan arahan cara diskusi.
Upaya guru dalam menyiapkan perhatian siswa dalam satu kelas dengan berusaha menarik perhatian siswa, kadang dengan diam sebentar sampai siswa tenang, kemudian terkadang menggunakan kata ‘perhatian’ dengan suara yang agak keras.
(b) Menciptakan dan Mengarahkan Perhatian
Upaya menciptakan dan mengarahkan perhatian siswa baik untuk kelompok besar maupun kecil, ialah dengan berusaha agar siswa merasa senantiasa diawasi guru, sehingga tetap perhatian terhadap tugasnya masing-masing. Khusus untuk diskusi kelompok, guru senantiasa memberikan penekanan agar siswa berusaha sebaik mungkin untuk aktif karena adanya penilaian yang nantinya akan disampaikan hasilnya. Guru dituntut untuk selalu memperhatikan seluruh siswa, dengan menempatkan diri di posisi yang dapat secara leluasa melihat semua siswa, seperti di belakang dan di depan meja guru. Perpindahan posisi dilakukan sewajarnya, tidak berlebihan yang nantinya dapat mengganggu konsentrasi siswa ketika berlatih, mencatat, maupun ketika menjelaskan. Agar siswa serius memperhatikan, guru juga senantiasa serius, namun berusaha tetap santai dalam menyampaikan materi. Serius dalam artian siswa tetap memperhatikan apa yang disampaikan guru, dan santai dengan tidak terlalu merasa tegang, tertekan, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya.
(c) Menyusun Komentar
Dalam diskusi kelompok, komentar diberikan guru di setiap akhir kelompok melakukan presentasi, baik untuk yang sudah bagus maupun yang kurang. Bagi mereka yang bagus diberitahukan kepada yang lain agar ditiru, sedangkan bagi mereka yang masih ada kekurangannya diberikan masukan agar untuk selanjutnya lebih baik lagi. Komentar berupa nasehat juga diberikan ketika diskusi kurang berjalan dengan lancar, seperti ramai atau ada siswa lain kurang memperhatikan kelompok yang presentasi.
Ketika kegiatan belajar mengajar dalam satu kelas sebagai satu kelompok, guru juga memberikan komentar, baik untuk mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan yang dirasa mengganggu proses belajar megajar. Komentar diberikan dengan sikap yang baik, tidak menyinggung perasaan.
(2) Hambatan guru dalam memusatkan perhatian kelompok
Berdasarkan angket guru, terdapat hambatan dalam membagi perhatian kelompok, yaitu kadang siswa tidak siap, kadang ada siswa yang ingin menonjol. Dari pengamatan juga nampak seperti itu, baik ketika diskusi kelompok maupun ketika kegiatan belajar mengajar biasa. Sebagian besar siswa kurang mempersiapkan diri, khususnya persiapan materi yang akan didiskusikan, sehingga kurang bisa berjalan dengan lancar, terlalu banyak waktu terbuang sia-sia. Selain itu juga kekurang siapan siswa dalam proses diskusi karena belum terbiasa, sehingga petunjuk atau rambu-rambu kerja kelompok harus sering ditekankan. Adanya siswa yang ingin bersikap menonjol kadang juga menjadi hambatan. Siswa yang demikian jika terlalu berlebihan akan merasa ‘paling’, sehingga kadang kurang mau bekerja sama atau mau mendengar masukan dari teman lain, kurang mau memberi kesempatan siswa lain untuk berpendapat.
d) Menuntut Tanggung Jawab Siswa
(1) Upaya guru menuntut tanggung jawab siswa
Dari angket guru, upaya yang dilakukan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa dengan menekankan komitmen akan tugas-tugas adalah sebagai salah satu keberhasilan siswa, maka harus dinilai dan diberi komentar. Dari pengamatan yang dilakukan, untuk tugas berlatih dirumah, guru tidak pernah mengadakan penilaian. Namun selalu ditanyakan mana yang belum bisa untuk selanjutnya dibahas bersama. Hal ini juga seperti apa yang diutarakan sebagian besar siswa dari angket yang diberikan bahwa guru jarang menyuruh mengumpulkan tugas. Guru tidak selalu memberikan tugas setiap pokok bahasan, tetapi langsung dua pokok bahasan satu tugas, mengingat waktu dan tugas siswa di luar jam sekolah yang sudah terlalu banyak. Dari observasi yang dilakukan, ada beberapa upaya guru dalam menuntut tanggung jawab siswa, yaitu:
(a). Menyuruh siswa lain mengenai rekannya
Guru sering menuntut tanggung jawab siswa lain mengenai rekannya yang maju mengerjakan soal ke depan maupun yang menjawab pertanyaan, memperhatikan apakah sudah benar atau belum untuk kemudian memberikan tanggapan.
(b). Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya
Guru juga menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya, baik berupa latihan soal di rumah maupun di kelas. Guru menekankan agar banyak berlatih. Tugas dirumah biasanya ditanyakan ketika pertemuan selanjutnya apakah ada kesulitan atau tidak. Guru memang tidak terlalu menuntut siswa untuk banyak berlatih di rumah, hanya menekankan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan. Ketika berlatih soal di kelas, guru menyuruh siswa untuk menunjukkan pekerjaannya di depan kelas.
(2) Hambatan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa
Dari angket guru, hambatan dalam upaya guru menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas dalam belajar adalah ada yang tidak mengerjakan tugas, ada yang alasan lupa. Dari pengamatan yang dilakukan terkadang ada juga siswa yang tidak mengerjakan tugas guru, terutama untuk banyak berlatih di rumah. Dengan demikian, guru akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah siswa sudah benar-benar paham atau belum dan kesulitannya dimana. Alasan tidak mengerjakan latihan di rumah tersebut karena tugas siswa di luar jam kegiatan belajar mengajar sudah terlalu banyak. Guru lebih banyak memberikan toleransi kepada siswa dengan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang sering dikumpulkan, bahkan untuk latihan soal dan belajar di rumah pun guru tidak terlalu menuntut, hanya mengharapkan kesadaran dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
e) Memberikan Petunjuk Yang Jelas
(1) Upaya guru dalam memberikan petunjuk yang jelas
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai upaya guru dalam memberikan petunjuk yang jelas, dengan mengawalinya melalui pertanyaan, memotivasi akan pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ketika pengamatan, pemberian petunjuk selalu dilakukan oleh guru. Hal ini juga sesuai dengan pendapat sebagian besar siswa. Petunjuk yang diberikan oleh guru selalu terkait dengan permasalahan yang dialami siswa, baik ketika kesulitan menjawab pertanyaan guru maupun latihan soal. Petunjuk berupa nasehat juga diberikan ketika guru memang merasa perlu untuk menyampaikannya. Terkait dengan materi yang disampaikan, guru berusaha memberikan petunjuk dalam rangka memotivasi siswa akan pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari, dengan berusaha menyampaikan penerapan riilnya. Pemberian petunjuk juga disampaikan dengan bahasa yang jelas, mudah diterima siswa, baik, sabar, dan tidak menyinggung perasaan. Pemberian petunjuk dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(a). Kepada seluruh kelompok
Kepada seluruh siswa sebagai satu kelompok, guru sering memberikan petunjuk secara singkat dan jelas. Pemberian petunjuk diberikan ketika ada siswa yang bertanya tentang suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh siswa, ketika ada kesulitan dalam mengerjakan latihan soal maupun soal yang dirasa guru perlu untuk menjelaskan kepada semua siswa, ketika memberikan nasehat mengenai suatu hal yang harus diperhatikan.
(b). Kepada siswa secara individu
Selain kepada seluruh siswa, petunjuk yang jelas juga diberikan kepada siswa secara individu, yaitu ketika: ada siswa yang bertanya secara pribadi mengenai suatu hal, ada siswa yang mengalami masalah, seperti nilai jelek, kesulitan berlatih soal, dan masalah pribadi lainnya.
(2) Hambatan guru dalam memberikan petunjuk yang jelas
Terdapat hambatan dalam upaya guru memberikan petunjuk yang jelas, Berdasarkan angket guru, hambatan tersebut adalah ada anak yang tidak suka matematika, anak mungkin ada yang IQnya kurang dari 100. Dari angket siswa, juga ada yang tidak suka dengan pokok bahasan. Jika ditinjau dari tingkat intelegensi, siswa sudah tidak diragukan lagi. Anak yang kurang suka terhadap materi yang dipelajari dalam hal ini matematika memang dapat menjadi hambatan dalam memberikan petunjuk. Jika pada awalnya siswa sudah tidak suka, maka mereka akan enggan untuk mempelajarinya. Ketika mereka enggan untuk belajar, bagaimanapun guru menjelaskan, memberikan petunjuk terhadap suatu permasalahan yang dialami, akan sulit untuk diterima siswa.
f) Memberikan Teguran
(1) Upaya guru dalam memberikan teguran
Dari angket guru, upaya yang dilakukan dalam memberikan teguran dengan diam sebentar, kadang marah, dan menasehati anak yang ramai. Ketika pengamatan, guru tidak pernah marah yang berlebihan, atau bahkan memberikan sanksi. Teguran yang dilakukan seringkali hanya dengan diam sebentar sambil mengadakan kontak pandang. Jika dengan demikian anak masih melakukan, maka guru memberikan nasehat. Sebagian besar siswa sudah cepat tanggap dan tahu bagaimana seharusnya bersikap.
Guru tidak pernah menggunakan teguran keras, pernyataan kasar, ocehan yang berkepanjangan, menyakitkan, atau yang mengandung penghinaan yang menyinggung perasaan. Hal ini ditunjukkan dengan pendapat sebagian besar siswa yang tidak pernah merasa tersinggung ketika guru memberikan teguran. Siswa pun ada yang kurang suka dengan teguran kasar dan menyinggung perasaan. Dengan demikian suasana interaksi antara siswa dan guru tetap terjaga, tidak ada perasaan yang kurang menyenangkan.
(2) Hambatan guru dalam memberikan teguran
Terdapat hambatan guru dalam memberikan teguran kepada siswa. Dari angket guru diperoleh hambatan tersebut yaitu kadang anak tidak jera, malah siswa lain terganggu. Dari pengamatan yang dilakukan, tidak jeranya sebagian siswa ditunjukkan oleh adanya beberapa dari mereka yang setelah diberikan teguran, mereka berhenti sebentar, namun kemudian kembali melakukannya. Hal ini dapat menjadi penghambat, karena menuntut guru harus sering memberikan teguran, harus bersabar. Ketika guru memberikan teguran inginnya dengan cara halus sudah berhenti, tapi siswa kurang bisa memahami. Jika ditegur dengan nada yang agak keras kadang siswa lain juga terganggu. Interaksi guru dan siswa menjadi kurang menyenangkan.
g) Memberikan Penguatan
(1) Upaya guru dalam memberikan penguatan
Mengenai upaya guru dalam memberikan penguatan, berdasarkan angket guru ialah dengan memberikan motivasi, memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari, mengoreksi soal dan yang dapat mengerjakannya diberi nilai. Sikap senang dan memuji siswa yang melakukan hal positif senantiasa berupaya dilakukan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagian besar siswa dimana guru selalu merasa senang dan memuji mereka ketika dapat menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan latihan soal. Dari hasil wawancara, guru menambahkan dengan berusaha menghilangkan image bahwa matematika sulit dengan berusaha tampil menyenangkan, mulai dari gaya mengajar sampai cara menyampaikan materi, dipancing agar mau bersaing dengan teman, dan memberi perhatian atau care terhadap masalah yang dihadapi siswa. Ketika pengamatan, guru dalam mengajar senantiasa tampil menyenangkan. Sebagian besar siswa pun sudah merasa senang dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Ketika siswa merasa senang dengan guru ada kemungkinan siswa juga akan merasa senang dengan materi yang disampaikan. Guru juga berusaha menjelaskan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan harapan siswa lebih tertarik untuk mempelajari, karena akan berpikiran bahwa apa yang dipelajari dengan susah payah tidak sia-sia. Hal lain yang dilakukan guru ialah senantiasa membahas latihan soal maupun pekerjaan rumah, siapa yang dapat mengerjakan di suruh maju ke depan. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk berusaha mengerjakan sebaik-baiknya untuk kemudian maju mengerjakan ke depan. Pemberian nilai plus bagi mereka yang memiliki kelebihan akan dapat menarik semangat siswa untuk berusaha yang terbaik.
Penguatan diberikan guru kepada mereka yang melakukan hal positif, seperti bisa menjawab pertanyaan, aktif, nilainya baik, tidak ramai, selalu maju mengerjakan latihan soal, dan lain sebagainya, maupun mereka yang bermasalah, seperti: nilai jelek, kesulitan dalam belajar, kurang memperhatikan, dan hal negatif lain. Penguatan dilakukan secara verbal maupun hanya dengan mimik dan gerak. Penguatan bagi mereka yang melakukan hal positif diharapkan mampu memberikan motivasi agar lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya, sehingga dapat menjadi contoh bagi siswa lain. Sedang bagi mereka yang bermasalah, penguatan berupa nasehat dapat membangkitkan semangat mereka untuk lebih baik lagi. Penguatan bagi mereka yang berprestasi dilakukan secara wajar, tidak terlalu berlebihan.
(2) Hambatan guru dalam memberikan penguatan
Terdapat hambatan guru dalam memberikan penguatan kepada siswa, berdasarkan angket guru hembatn tersebut adalah harus menunjukkan koreksian, mengajar satu bulan + 147 kali tatap muka, untuk semua kelas yang diampu. Banyaknya tugas yang diemban oleh guru dalam mengajar dengan banyaknya kelas yang harus diajar dapat menyulitkan guru dalam upaya memberikan penguatan. Guru kurang dapat memahami karakteristik siswa. Begitu pula jika guru harus menunjukkan koreksian jawaban terhadap semua latihan soal, dengan banyaknya siswa yang diampu juga keterbatasan waktu akan sangat kesulitan. Namun mengajar siswa sambil mengadakan penilaian tetap dilakukan untuk mendorong siswa bersaing agar menjadi yang terbaik.
Hambatan lain yang nampak ketika siswa kurang semangat dalam belajar karena bosan atau merasa lelah. Kondisi demikian menuntut guru untuk berusaha lebih lagi dalam membangkitkan semangat mereka.
2) Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
a) Upaya guru dalam mengembalikan kondisi belajar yang optimal
Terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan, berdasarkan angket guru dengan memberikan sanksi menyuruh anak berdiri di depan kelas, dan mengerjakan satu soal sampai sepuluh kali. Dari hasil pengamatan, guru belum pernah sampai melakukan hal tersebut, karena kenakalan anak masih wajar dan dapat terkontrol kembali. Pemberian sanksi keras dapat dilakukan ketika siswa yang bersangkutan benar-benar keterlaluan. Pemberian sanksi pun tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, dituntut untuk dapat menimbulkan kesadaran diri siswa bahwa yang dilakukan tidak baik, selanjutnya tidak mengulangi kembali. Namun alangkah baiknya jika berusaha seoptimal mungkin dihindari. Hal ini agar dapat menghindarkan dari terciptanya hubungan guru dengan siswa yang kurang menyenangkan yang nantinya ditakutkan akan berimbas dalam proses kegiatan belajar mengajar.
b) Hambatan guru dalam mengembalikan kondisi belajar optimal
Hambatan yang di hadapi guru dalam mengembalikan kondisi belajar optimal sama dengan hambatan guru ketika memberikan teguran yaitu terkadang anak tidak jera. Ketika ditegur berhenti melakukannya, namun selang beberapa lama kemudian kembali melakukannya. Hal ini menuntut guru untuk lebih sabar dan seringnya memberikan teguran. Hambatan lain yang dialami ialah bagaimana memberikan sanksi yang mendidik, dapat menggugah kesadaran siswa, dengan tidak menyinggung perasaan siswa yang bersangkutan.
b. Kelas Akselerasi Putri
1). Upaya dan Hambatan Guru Dalam Menciptakan Kondisi Belajar Optimal
a). Sikap Tanggap Guru
(1) Upaya sikap tanggap guru
Sikap tanggap guru dilakukan dalam bentuk:
(a). Memandang siswa secara seksama
Berdasarkan angket guru, upaya memandang siswa secara seksama dilakukan dalam rangka meyakinkan mereka bahwa guru perhatian dan siap memberikan respon terhadap segala sesuatu yang dilakukanya. Dari angket siswa, sebagian dari mereka sudah merasa dipandang guru, namun intensitasnya kadang-kadang, bahkan banyak juga yang merasa tidak pernah dipandang sama sekali. Begitu pula mengenai perhatian guru selama pelajaran, sebagian besar dari siswa sudah merasa diperhatikan, namun intensitasnya jarang, bahkan banyak juga dari mereka yang merasa tidak pernah diperhatikan sama sekali. Dari hasil observasi dalam mengajar, guru memandang siswa secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, tidak dengan pandangan sinis, dan diupayakan merata keseluruh siswa. Karena jumlah siswa yang tidak terlalu banyak, guru tidak begitu mengalami masalah dalam mengadakan kontak pandang. Karena siswa yang diajar putri, sedangkan yang mengajar putra, guru juga berusaha menyesuaikan diri dengan menjaga pandangan. Selain menjadi teladan bagi siswa, juga karena sebagian dari mereka sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan. Dari hasil wawancara pun guru benpendapat demikian.
Memandang dengan seksama dilakukan sebagai wujud perhatian guru dan sikap tanggap terhadap segala sesuatu ynag dilakukan siswa. Ketika mengadakan kontak pandang, ekspresi wajah terlihat ceria, dengan selalu tersenyum. Kontak pandang secara seksama menimbulkan kesan serius pada diri guru. Memandang secara seksama dilakukan ketika siswa ramai sendiri atau kurang memperhatikan. Sikap ini dapat sebagai teguran agar siswa cepat tanggap untuk kembali memperhatikan. Kontak pandang secara seksama juga dilakukan guru ketika memberikan penekanan terhadap materi atau hal yang dianggap penting untuk diperhatikan.
(b). Gerak mendekati
Dari angket guru diperoleh bahwa gerak mendekati sebagai sikap tanggap guru sering dilakukan dalam rangka meminta perhatian mereka. Dari hasil observasi, gerak mendekati juga dilakukan guru ketika ada siswa yang bertanya dan ramai atau kurang memperhatikan. Gerak mendekati perlu dilakukan sebagai wujud perhatian guru kepada murid, mendorong siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika siswa mencatat atau berlatih soal guru berputar keliling mendekati siswa untuk mengontrolnya. Hal ini menunjukkan sikap peduli dan antusias, mendorong siswa untuk serius berlatih, serta guru dapat mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dan mana yang tidak. Begitu pula ketika ada siswa yang bertanya. Gerak mendekati juga dilakukan guru ketika ada siswa yang ramai atau kurang memperhatikan. Dengan hanya mendekati tanpa guru harus memberikan teguran secara lisan selama tidak keterlaluan, siswa sudah tanggap untuk berhenti melakukannya.
(c). Pemberian pernyataan
Dari angket guru diperoleh upaya pemberian pernyataan dilakukan saat diperlukan dengan memberikan pujian bila melakukan hal-hal yang baik, dan sindiran bila melakukan hal-hal yang jelek. Dari observasi yang dilakukan, pernyataan diberikan guru ketika benar-benar diperlukan, baik ketika siswa melakukan hal positif maupun hal yang kurang berkenan. Pernyataan yang diberikan berupa nasehat, masukan maupun teguran, yang diupayakan dapat memberikan manfaat bagi siswa. Guru tidak pernah memberikan pernyataan yang kasar atau menyinggung perasaan.
(d). Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa dengan menasehati dan secara bertahap dengan sindiran. Berdasarkan observasi, ketika ada siswa melakukan hal yang kurang berkenan, guru hanya menegur dan memberikan nasehat. Sebagai sikap tanggap, guru selalu berusaha memberikan teguran sebagai sikap bahwa guru kurang senang dengan hal jelek yang dilakukan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat siswa bahwa sebagian besar dari mereka merasa diperhatikan dan ditegur ketika melakukan hal yang kurang berkenan. Kenakalan siswa masih wajar, guru belum sampai memberikan tugas khusus bagi siswa tertentu.
Nasehat yang diberikan tentu saja suatu hal yang dapat meningkatkan kesadaran diri siswa untuk tidak lagi melakukan hal yang kurang baik tersebut. Kesabaran guru dibutuhkan dalam menanggapi mereka, karena secara psikologis mereka masih anak-anak. Guru dituntut berusaha untuk memahami mereka. Nasehat tentunya tidak dilakukan dengan marah-marah atau melakukan tindakan yang dapat menyinggung perasaan. Karena sebagian siswa ketika ditegur terkadang ada yang tersinggung. Dalam kegiatan belajar mengajar kenakalan siswa masih bersifat wajar, hanya sebatas ramai atau ribut saja. Itupun dapat diatasi tanpa harus terjadi konflik yang serius. Anak lain yang menegur sudah dapat menenangkan suasana kembali, mereka sudah tanggap.
(2) Hambatan dalam mengadakan sikap tanggap guru
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai hambatan guru dalam berusaha bersikap tanggap, yaitu siswa tidak mau diajak kompromi (baru ngambek). Ketika observasi pun terkadang anak juga susah diajak kompromi, yaitu ketika ada sebagian anak merasa malas karena capek atau bosan dengan kegiatan belajar mengajar. Hambatan lain yaitu adanya kesalah pahaman siswa terhadap teguran yang diberikan guru, ketika guru berniat baik kadang siswa menyalah tafsirkan negatif, guru dikira marah, sehingga akan menimbulkan hal yang kurang menyenangkan. Kekurang pahaman sebagian siswa terhadap materi yang disampaikan juga akan menjadi penghambat, karena perhatian guru akan lebih banyak tertuju kepada mereka yang selalu mengalami kesulitan, sehingga terlalu banyak menyita waktu. Dari observasi, juga terlihat hambatan lain yang dihadapi guru dalam upaya mengadakan sikap tanggap, yaitu siswa terkadang tidak jera ketika hanya diberikan teguran halus, ada beberapa siswa yang setelah ditegur kemudian kembali melakukannya lagi.
b). Membagi Perhatian
(1) Upaya guru membagi perhatian
Upaya membagi perhatian guru kepada murid berdasarkan angket guru dilakukan dengan tidak pilih kasih walaupun punya kecenderungan untuk itu.
Dari hasil observasi diperoleh informasi upaya guru dalam membagi perhatian, upaya yang dilakukan guru melalui beberapa cara, antara lain:
(a). Secara visual, dengan melakukan kontak pandang, melayangkan pandangan secara merata ke seluruh siswa, tidak hanya tertuju pada siswa tertentu saja.
(b). Secara verbal, dengan memberi nasehat atau komentar, memberikan pertanyaan baik mengenai materi maupun masalah yang dihadapi. Pemberian komentar terkadang dengan menyebutkan nama siswa. Dengan demikian siswa merasa guru mengenal mereka.
(c). Gabungan visual dan verbal, guru memberikan nasehat dan komentar, serta memberikan pertanyaan dengan melakukan kontak pandang secara merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih. Upaya ini dilakukan agar siswa merasa diperhatikan, baik mereka yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah.
Pembagian perhatian tersebut juga diupayakan guru sesuai dengan karakteristik dan kondisi siswa dengan memberikan nasehat dan pendekatan yang dapat menimbulkan motivasi. Dalam membagi perhatian diusahakan tidak pilih kasih, tidak hanya kepada mereka yang pandai saja atau sebaliknya, tetapi diusahakan merata. Dari hasil angket siswa diperoleh bahwa sebagian besar dari mereka sudah merasa diperhatikan, walaupun frekuensinya berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa guru berusaha membagi perhatian secara merata kepada seluruh siswa. Adanya siswa yang merasa tidak pernah sama sekali menunjukkan kehati-hatian guru dalam memberikan perhatian.
(2) Hambatan guru dalam membagi perhatian
Dari hasil angket guru, diperoleh informasi bahwa guru tidak mengalami hambatan dalam upaya membagi perhatian. Dari hasil observasi juga nampak guru tidak begitu mengalami masalah dalam membagi perhatian secara umum, karena jumlah siswa yang sedikit, dan juga siswa putri tidak terlalu banyak membuat ulah yang dapat mengganggu kagiatan belajar mengajar. Namun hal yang perlu diperhatikan ialah karena siswa yang diajar putri sedangkan yang mengajar putra, maka perlu memberikan contoh akan pentingnya menjaga interaksi. Adanya siswa yang kurang memahami akan perhatian yang diberikan guru juga dapat menjadi hambatan, karena sebenarnya guru perhatian, namun ketika siswa tidak merasa, mereka akan beranggapan tidak diperhatikan yang nantinya dapat menimbulkan hal-hal yang kurang menyenangkan.
c). Memusatkan Perhatian Kelompok
(1) Upaya guru memusatkan perhatian kelompok
Kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kelompok kecil ketika diskusi dan kelompok besar dalam satu kelas.
Dari angket guru diperoleh upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, khususnya untuk seluruh siswa dalam satu kelas sebagai kelompok besar yaitu dengan meyakinkan bahwa tugas itu sangat penting. Untuk diskusi kelompok kecil, guru tidak melakukan. Dari hasil observasi pun juga seperti itu. Upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok adalah sebagai berikut:
(a) Menyiapkan
Upaya guru dalam menyiapkan perhatian siswa dalam satu kelas dengan berusaha menarik perhatian mereka, kadang dengan diam sebentar sampai siswa tenang dan siap untk memperhatikan. Untuk menarik perhatian siswa, guru sering menggunakan bahasa asing yaitu: ‘pay attention please’ dan ‘listen carefully’. Terkadang juga menggunakan kata ‘perhatikan’ dengan suara agak keras dan sedikit memberikan penekanan.
(b) Menciptakan dan Mengarahkan Perhatian
Upaya menciptakan dan mengarahkan perhatian siswa baik untuk kelompok besar maupun kecil, ialah dengan berusaha agar siswa merasa senantiasa diawasi guru, sehingga tetap perhatian terhadap tugasnya masing-masing. Guru dituntut untuk selalu memperhatikan seluruh siswa, dengan menempatkan diri di posisi yang dapat secara leluasa melihat semua siswa, seperti di belakang dan di depan meja guru. Perpindahan posisi dilakukan sewajarnya, tidak berlebihan yang nantinya dapat mengganggu konsentrasi siswa ketika berlatih, mencatat, maupun ketika menjelaskan. Agar siswa serius memperhatikan, guru juga senantiasa serius, namun berusaha tetap santai dalam menyampaikan materi. Serius dalam artian siswa tetap memperhatikan apa yang disampaikan guru, dan santai dengan tidak terlalu merasa tegang, tertekan, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya.
(c) Menyusun Komentar
Ketika kegiatan belajar mengajar dalam satu kelas sebagai satu kelompok, guru juga memberikan komentar, baik untuk mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan yang dirasa mengganggu proses belajar mengajar. Komentar diberikan dengan sikap yang baik, tidak menyinggung perasaan, serta serius agar terkesan bahwa apa yang disampaikan benar-benar penting untuk diperhatikan.
(2) Hambatan guru dalam memusatkan perhatian kelompok
Berdasarkan angket guru, terdapat hambatan dalam membagi perhatian kelompok melihat situasi dan kondisi, yaitu kadang ada siswa yang tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya karena tidak perhatian terhadap instruksi atau perintah. Terhadap tugas-tugas seperti banyak berlatih atau belajar di rumah, guru banyak memberikan toleransi kepada siswa dan hanya berusaha memberikan penekanan agar timbul dalam diri siswa kesadaran dan tahu akan apa yang seharusnya dilakukan. Hal ini karena tugas siswa di luar jam sekolah sudah banyak. Hambatan lain yang nampak ialah adanya sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami apa yang disampaikan guru, karena mereka tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar. Kesulitan beberapa siswa ini nanti akan menyita perhatian guru dan menjadi hambatan bagi siswa lain yang sudah cepat memahami.
d). Menuntut Tanggung Jawab Siswa
(1) Upaya guru menuntut tanggung jawab siswa
Dari angket guru, upaya yang dilakukan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa terhadap keterlibatan mereka pada tugas-tugas kurang tegas, lebih banyak toleransi dan kompromi melihat kesibukan santri di luar kegiatan belajar mengajar, terkadang harus menerima alasan tidak terlaksananya tugas. Dari pengamatan yang dilakukan, untuk tugas berlatih dirumah, guru tidak pernah mengadakan penilaian. Namun selalu ditanyakan mana yang belum bisa untuk selanjutnya dibahas bersama. Hal ini juga seperti apa yang diutarakan sebagian besar siswa dari angket yang diberikan bahwa guru jarang menyuruh mengumpulkan tugas. Guru tidak selalu memberikan tugas setiap pokok bahasan, tetapi langsung dua pokok bahasan satu tugas, mengingat waktu dan tugas siswa di luar jam sekolah yang sudah terlalu banyak. Dari observasi yang dilakukan, ada beberapa upaya guru dalam menuntut tanggung jawab siswa, yaitu:
(a). Menyuruh siswa lain mengenai rekannya
Guru sering menuntut tanggung jawab siswa lain mengenai rekannya, untuk memberikan tanggapan ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan, memperhatikan apakah sudah benar atau belum.
(b). Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya
Guru juga menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya, baik berupa latihan soal di rumah maupun di kelas. Guru menekankan agar banyak berlatih. Tugas dirumah biasanya ditanyakan ketika pertemuan selanjutnya apakah ada kesulitan atau tidak. Guru memang tidak terlalu menuntut siswa untuk banyak berlatih di rumah, hanya menekankan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan. Namun untuk tugas yang harus dikumpulkan dan dinilai, siswa tidak diberikan toleransi, harus mengumpulkan. Untuk latihan di sekolah, guru jarang sekali menyuruh siswa mengerjakan maju ke depan
(2) Hambatan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa
Dari angket guru, hambatan dalam upaya guru menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas dalam belajar adalah tugas siswa di luar jam sekolah sudah terlalu banyak. Dari pengamatan yang dilakukan juga seperti itu. Terkadang ada siswa yang tidak mengerjakan tugas guru, terutama untuk banyak berlatih di rumah. Dengan demikian, guru akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah siswa sudah benar-benar paham atau belum dan kesulitannya dimana. Guru lebih banyak memberikan toleransi kepada siswa dengan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang sering dikumpulkan, bahkan untuk latihan soal dan belajar di rumah pun guru tidak terlalu menuntut, hanya mengharapkan kesadaran dalam diri siswa untuk tahu akan apa yang seharusnya dilakukan.
e). Memberikan Petunjuk Yang Jelas
(1) Upaya guru dalam memberikan petunjuk yang jelas
Dari angket guru diperoleh informasi mengenai upaya guru dalam memberikan petunjuk yang jelas dengan diulang-ulangsampai 99% paham, materi bisa diulang dalam satu waktu 2–3 kali, atau menerangkan dari hal-hal yang ditanyakan saja. Ketika pengamatan, pemberian petunjuk selalu dilakukan oleh guru. Hal ini juga sesuai dengan pendapat sebagian besar siswa. Petunjuk yang diberikan oleh guru selalu terkait dengan permasalahan yang dialami siswa, baik ketika kesulitan menjawab pertanyaan guru maupun latihan soal. Petunjuk berupa nasehat juga diberikan ketika guru memang merasa perlu untuk menyampaikannya. Pemberian petunjuk juga disampaikan dengan bahasa yang jelas, mudah diterima siswa, baik, sabar, dan tidak menyinggung perasaan. Pemberian petunjuk dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(a). Kepada seluruh kelompok
Kepada seluruh siswa sebagai satu kelompok, guru sering memberikan petunjuk secara singkat dan jelas. Pemberian petunjuk diberikan ketika ada siswa yang bertanya tentang suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh siswa, ketika ada kesulitan dalam mengerjakan latihan soal maupun soal yang dirasa guru perlu untuk menjelaskan kepada semua siswa, ketika memberikan nasehat mengenai suatu hal yang harus diperhatikan. Pemberian petunjuk mengenai kesulitan siswa dalam memecahkan soal-soal latihan tidak dilakukan secara langsung memberitahukan jawabannya, namun dengan memberikan rangsangan kepada siswa untuk berusaha berpikir kreatif mencari pemecahannya.
(b). Kepada siswa secara individu
Selain kepada seluruh siswa, petunjuk yang jelas juga diberikan kepada siswa secara individu, yaitu ketika ada siswa yang bertanya secara pribadi mengenai suatu hal, ada siswa yang mengalami masalah, seperti nilai jelek, kesulitan berlatih soal, dan masalah pribadi lainnya.
(2) Hambatan guru dalam memberikan petunjuk yang jelas
Dari angket guru, diperoleh informasi bahwa guru tidak mengalami masalah dalam memberikan petunjuk yang jelas. Secara umum, dari hasil pengamatan terlihat guru juga tidak begitu banyak mengalami dalam memberikan petunjuk kepada siswa, terutama mengenai materi yang disampaikan. Hal ini karena guru yang mengajar sesuai dengan bidangnya dan sudah berkompeten. Namun terkadang juga terlihat guru mengalami hambatan dalam memberikan petunjuk, yaitu ketika ada siswa mengalami kesulitan dalam memahami apa yang disampaikan guru. Kesulitan ini terjadi karena tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, tidak suka dengan pokok bahasan, dan malas. Dengan demikian akan menuntut guru untuk lebih bersabar, selain itu juga dapat terlalu banyak menyita waktu.
f). Memberikan Teguran
(1) Upaya guru dalam memberikan teguran
Dari angket guru, upaya yang dilakukan dalam memberikan teguran dengan dinasehati agar memperhatikan, dikeluarkan dari kelas. Ketika pengamatan, guru tidak pernah marah yang berlebihan, atau bahkan memberikan sanksi. Teguran yang dilakukan seringkali hanya dengan diam sebentar sambil mengadakan kontak pandang. Jika dengan demikian anak masih melakukan, maka guru memberikan nasehat. Sebagian besar siswa sudah cepat tanggap dan tahu bagaimana seharusnya bersikap.
Guru tidak pernah menggunakan teguran keras, pernyataan kasar, ocehan yang berkepanjangan, menyakitkan, atau yang mengandung penghinaan yang menyinggung perasaan. Hal ini ditunjukkan dengan pendapat sebagian besar siswa yang tidak pernah merasa tersinggung ketika guru memberikan teguran. Siswa pun ada yang kurang suka dengan teguran kasar dan menyinggung perasaan. Dengan demikian suasana interaksi antara siswa dan guru tetap terjaga, tidak ada perasaan yang kurang menyenangkan.
(2) Hambatan guru dalam memberikan teguran
Terdapat hambatan guru dalam memberikan teguran kepada siswa. Dari angket guru diperoleh hambatan tersebut yaitu kadang ada anak badung tapi pendendam. Dari pengamatan yang dilakukan, belum nampak ada anak yang diberikan nasehat bertindak berlebihan. Mengenai siswa yang menurut guru kurang suka terhadap teguran yang disampaikan, terus guru merasa si anak tidak suka dengan gurunya, hanya guru yang bisa merasakan. Hambatan lain yang nampak hanya tidak jeranya sebagian siswa ditunjukkan oleh adanya beberapa dari mereka yang setelah diberikan teguran, mereka berhenti sebentar, namun kemudian kembali melakukannya. Hal ini dapat menjadi penghambat, karena menuntut guru harus sering memberikan teguran, harus bersabar. Ketika guru memberikan teguran inginnya dengan cara halus sudah berhenti, tapi siswa kurang bisa memahami. Jika ditegur dengan nada yang agak keras kadang siswa lain juga terganggu. Interaksi guru dan siswa menjadi kurang menyenangkan.
g). Memberikan Penguatan
(1) Upaya guru dalam memberikan penguatan
Mengenai upaya guru dalam memberikan penguatan, berdasarkan angket guru ialah dengan memberikan nasehat berupa ibroh atau cerita hikmah, tampil menarik, bersikap humor, didekati, dipijat jika mengantuk, dan dibimbing ketika kesulitan mengerjakan latihan. Dari pengamatan yang dilakukan juga seperti itu, namun yang tidak nampak guru memijat siswa, karena siswa yang diajar putri, sedangkan guru yang mengajar putra. Sikap senang dan memuji siswa yang melakukan hal positif senantiasa berupaya dilakukan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagian besar siswa dimana guru selalu merasa senang dan memuji mereka ketika dapat menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan latihan soal. Dari hasil wawancara, guru menambahkan dengan menceritakan pengalaman pribadi atau cerita orang sukses, menceritakan penyebab keburukan atau kegagalan orang lain.
Penguatan diberikan guru kepada mereka yang melakukan hal positif, seperti bisa menjawab pertanyaan, aktif, nilainya baik, tidak ramai, dan lain sebagainya, maupun mereka yang bermasalah, seperti: nilai jelek, kesulitan dalam belajar, kurang memperhatikan, dan hal negatif lain. Penguatan dilakukan secara verbal maupun hanya dengan mimik dan gerak. Penguatan bagi mereka yang melakukan hal positif diharapkan mampu memberikan motivasi agar lebih baik lagi, atau minimal mempertahankannya, sehingga dapat menjadi contoh bagi siswa lain. Sedang bagi mereka yang bermasalah, penguatan berupa nasehat dapat membangkitkan semangat mereka untuk lebih baik lagi. Penguatan bagi mereka yang berprestasi dilakukan secara wajar, tidak terlalu berlebihan.
(2) Hambatan guru dalam memberikan penguatan
Terdapat hambatan guru dalam memberikan penguatan kepada siswa, berdasarkan angket guru hambatan tersebut adalah jika kondisi kelas tidak kondusif (kecapekan). Dari hasil pengamatan terkadang juga nampak seperti itu. Anak terkadang terlihat kelelahan karena banyaknya aktivitas di luar jam sekolah. Hambatan lain yang nampak ketika siswa kurang semangat dalam belajar karena bosan atau tidak tertarik dengan pokok bahasan. Kondisi demikian menuntut guru untuk berusaha lebih lagi dalam membangkitkan semangat mereka.
2) Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
a). Upaya guru dalam mengembalikan kondisi belajar yang optimal
Terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan, berdasarkan angket guru dengan memberikan sanksi dengan memukulnya tapi yang mendidik. Dari hasil pengamatan, guru belum pernah sampai melakukan hal tersebut, karena kenakalan anak masih wajar dan dapat terkontrol kembali. Pemberian sanksi keras dapat dilakukan ketika siswa yang bersangkutan benar-benar keterlaluan. Pemberian sanksi pun tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, dituntut untuk dapat menimbulkan kesadaran diri siswa bahwa yang dilakukan tidak baik, selanjutnya tidak mengulangi kembali. Namun alangkah baiknya jika berusaha seoptimal mungkin dihindari. Hal ini agar dapat menghindarkan dari terciptanya hubungan guru dengan siswa yang kurang menyenangkan yang nantinya ditakutkan akan berimbas dalam proses kegiatan belajar mengajar.
b). Hambatan guru dalam mengembalikan kondisi belajar optimal
Hambatan yang di hadapi guru dalam mengembalikan kondisi belajar optimal sama dengan hambatan guru ketika memberikan teguran yaitu terkadang anak tidak jera, ada anak yang badung tapi pendendam. Ketika ditegur berhenti melakukannya, namun selang beberapa lama kemudian kembali melakukannya. Hal ini menuntut guru untuk lebih sabar dan seringnya memberikan teguran. Hambatan lain yang dialami ialah bagaimana memberikan sanksi yang mendidik, dapat menggugah kesadaran siswa, dengan tidak menyinggung perasaan siswa yang bersangkutan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang didukung oleh kajian teori, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya dan Hambatan Guru Mengadakan Variasi
a. Kelas Akselerasi Putra
Upaya guru dalam mengadakan variasi pada pembelajaran matematika kelas akselerasi putra dilakukan terhadap tiga komponen, yaitu:
1) Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar guru dilakukan melalui:
a) Penggunaan variasi suara.
Variasi suara yang digunakan guru dalam mengajar bervariasi, tidak monoton, intonasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Suara guru tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tapi pertengahan. Perubahan nada dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih atau sebaliknya dilakukan denan maksud tertentu sesuai dengan kondisi pada waktu itu. Variasi suara tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Suara agak keras dan mantap dalam menjelaskan materi dan memberikan penguatan.
(b) Suara dengan nada agak lebih tinggi dari suara saat menjelaskan biasa ketika dalam menjelaskan siswa ramai, bertanya tentang suatu hal, dan menekankan hal yang penting.
(c) Suara agak melambat ketika meminta siswa untuk melanjutkan penjelasan guru, bertanya atau mengerjakan contoh soal di papan tulis, memberikan nasehat dan teguran lisan terhadap sikap siswa yang kurang berkenan.
(d) Sifat humor sebagai selingan dengan variasi suara yang disesuaikan.
b) Perubahan mimik dan gerak
Perubahan mimik dan gerak dilakukan sesuai dengan ekspresi ucapan, maksud dan tujuan tertentu, serta sesuai dengan situsi dan kondisi, sehingga tidak nampak kaku dalam mengajar. Perubahan mimik dan gerak yang dilakukan guru adalah:
(1) Ekspresi wajah humoris, senantiasa tersenyum, ceria, dan menunjukkan kesan bersemangat dalam mengajar, sehingga nampak menyenangkan.
(2) Ketika ada siswa melakukan hal yang kurang berkenan dan mengganggu kegiatan belajar mengajar, guru tidak menampakkan mimik marah yang berlebihan, namun dengan diam sebentar sambil mengerutkan dahi dan mengadakan kontak pandang. Dengan demikian akan meminimalisir kemungkinan siswa untuk tersinggung, yang nantinya akan berimbas terhadap interaksi guru dan siswa yang kurang menyenangkan.
c) Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan
Pemberian waktu hening dalam pembicaraan dilakukan dengan berhenti bicara secara tiba-tiba yang disengaja sebagai alat untuk menarik perhatian. Perubahan stimulus dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap, atau dari keadaan adanya kesibukan kegiatan lalu dihentikan, akan dapat menarik perhatian, karena siswa ingin tahu ‘apa-apa’ yang terjadi.
Pemberian waktu hening dalam pembicaraan dilakukan ketika:
(1) Memberikan waktu berpikir bagi siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan latihan soal untuk selanjutnya dikerjakan di depan kelas.
(2) Teguran halus kemudian menarik perhatian siswa ketika melakukan hal yang kurang berkenan dan mengganggu kegiatan belajar mengajar, seperti: ramai, kurang memperhatikan, dan lain sebagainya.
(3) Memberi waktu mencatat siswa dan berusaha menyimpulkan apa yang telah disampaikan guru.
d) Melakukan kontak pandang
Kontak pandang dilakukan guru secara merata ke seluruh siswa, baik mereka yang melakukan hal positif maupun yang kurang berkenan, tidak pilih kasih dengan pandangan yang menimbulkan kesan bersahabat, tidak nampak sinis maupun menakutkan. Kontak pandang dilakukan dengan duduk atau berdiri ditempat dan berjalan keliling sambil menghampiri siswa. Kontak pandang digunakan untuk menyampaikan informasi dan mengetahui perhatian atau pemahaman siswa, juga sebagai respon, wujud perhatian guru dari segala sesuatu yang dilakukan siswa. Karena guru yang mengajar putra, begitu pula siswa yang diajar juga putra, maka guru dapat melakukan kontak pandang dengan leluasa.
e) Perubahan posisi
Perubahan posisi guru tidak monoton, dilakukan guru untuk mempertahankan perhatian siswa. Perubahan posisi dilakukan secara wajar, tidak berlebihan yang dapat mengganggu konsentrasi siswa, dan tidak kikuk atau kaku. Adapun perubahan posisi yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
(1) Berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah selama masih bisa diperhatikan seluruh siswa ketika menjelaskan, sehingga pandangan siswa tidak hanya tertuju pada satu pusat saja.
(2) Duduk terkadang berdiri di belakang ketika istirahat setelah menjelaskan sambil memperhatikan dan menanti siswa mencatat, sehingga siswa akan terdorong untuk serius.
(3) Bergerak keliling meja menghampiri siswa ketika latihan soal, mencatat, dan ada siswa yang bertanya, sehingga guru dapat mengetahui siswa mana yang sudah paham dan mana yang masih mengalami kesulitan.
f) Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting
Pemberian tekanan diberikan guru terhadap materi atau hal yang penting dan harus diperhatikan siswa, baik itu segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana bersikap, maupun apa saja yang sebaiknya dilakukan sebagai siswa. Upaya guru dalam memberikan penekanan pada butir-butir yang penting adalah sebagai berikut:
(a) Sering menggunakan kata ‘perhatikan’ terhadap materi yang penting, kemudian ditulis dipapan tulis ‘kesimpulan’ sambil dikotaki. Penekanan terkadang disampaikan dua kali, terkadang juga menyuruh siswa mengulangnya sendiri.
(b) Menggunakan kata ‘perhatian’ ketika siswa ramai atau kurang memperhatikan, setelah itu diam sejenak sampai siswa berhenti melakukannya, baru memberikan komentar, masukan atau nasehat.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam upaya mengadakan variasi gaya mengajar. Hambatan tersebut antara lain:
(1) Kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan, karena tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, sehingga guru dituntut untuk bersabar mengulang-ulang penjelasan sampai paham. Padahal waktu belajar relatif lebih singkat.
(2) Kondisi guru dan siswa yang kurang mendukung. Kondisi siswa yang kurang mendukung, seperti: kelas ribut, ada beberapa siswa yang malas belajar, terlalu capek karena banyak tugas baik dari sekolah maupun di luar sekolah, sehingga membutuhkan perhatian yang lebih dari guru dalam mengajarnya. Begitu pula kondisi guru yang kurang mendukung, seperti: terlalu capek, banyak pikiran dan lain-lain, sehingga akan menghambat guru untuk berimprovisasi dalam mengajar.
2) Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar
(1) Variasi Penggunaan Media/Alat Bantu Pengajaran.
Mengenai penggunaan media pengajaran, selain media pokok yang digunakan, seperti: white board, spidol, jangka, penggaris, dan penghapus, guru juga berupaya menggunakan media lain yang berhubungan dengan pokok bahasan. Media pembelajaran hanya digunakan untuk materi yang benar-benar membutuhkan, yaitu ketika siswa mengalami kesulitan jika hanya menjelaskan ilustrasinya saja. atau ketika guru mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Guru mengalami hambatan dalam mengadakan variasi pengunaan media/alat bantu pengajaran, hambatan tersebut adalah terkadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada, sehingga harus berusaha membuat sendiri.
(2) Variasi Bahan Pengajaran
Variasi bahan ajar dilakukan guru dengan menambah literatur lain disamping buku pegangan siswa dan berdiskusi dengan guru lain, sehingga dapat saling bertukar pikiran dan saling melengkapi.
Hambatan guru dalam mengadakan variasi bahan ajar ialah waktu yang kurang memungkinkan untuk menambah materi dari buku lain terutama variasi soal, sehingga sering hanya menggunakan buku pegangan siswa saja, guru lebih mudah karena semua siswa punya.
3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Dalam berinteraksi antara guru dan siswa, guru berupaya senantiasa menciptakan hubungan yang baik, menyenangkan dengan banyak tersenyum, humoris, bersikap bersahabat dengan siswa, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, dan sikap lain yang membuat interaksi guru dan siswa kurang menyenangkan. Sikap hormat dan menghargai siswa kepada guru bukan karena takut, namun karena kemulian dari diri guru dengan memberikan teladan yang baik. Dengan demikian siswa dapat serius tapi santai dalam belajar, tidak merasa takut dengan guru, tegang, atau merasa tertekan.
Secara umum. Pola interaksi dalam aktivitas belajar mengajar sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan murid dan murid dengan murid atau pola guru-murid, murid-guru, dan murid-murid. Untuk variasi kegiatan belajar siswa, disamping mendengarkan, mencatat, bertanya,diskusi, dan memberikan tanggapan ketika guru menjelaskan, guru juga sering mengadakan latihan soal dan menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas. Selain itu, guru juga mengadakan diskusi kelompok, dan praktek alat peraga/media pembelajaran.
Hambatan guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa adalah:
(1) Siswa tidak siap benar dan paham benar terhadap materi, khususnya ketika diskusi kelompok, sehingga kurang berjalan dengan lancar dan materi kurang tuntas.
(2) Kondisi siswa yang kurang mendukung, seperti: capek, malas, ramai dan lain sebagainya, sehingga berpengaruh terhadap interaksi dan kegiatan siswa.
(3) Waktu belajar yang relatif lebih singkat, sedangkan materi yang harus diselesaikan cukup banyak, sehingga untuk lebih banyak mengadakan variasi kegiatan belajar siswa membutuhkan banyak pertimbangan.
b. Kelas Akselerasi Putri
Upaya guru dalam mengadakan variasi pada pembelajaran matematika kelas akselerasi putri hampir sama dengan yang dilakukan di kelas akselerasi putra, juga dilakukan terhadap tiga komponen, yaitu:
1) Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar siswa kelas akselerasi putri hampir sama dengan kelas akselerasi putra, perbedaannya hanya pada upaya guru mengadakan kontak pandang dan pemberian penekanan pada butir-butir yang penting. Dalam mengadakan kontak pandang berupaya dilakukan merata, tidak pilih kasih kepada semua siswa, namun tidak dapat dilakukan secara leluasa seperti ketika mengajar di kelas akselerasi putra. Guru dituntut untuk dapat menjaga pandangan, karena sebagian besar dari mereka sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan. Mengenai pemberian penekanan pada buti-butir atau hal-hal yang penting, guru sering menggunakan bahasa asing untuk menarik perhatian, seperti: ‘listen carefully’ dan ‘pay attention please’
Hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar kelas akselerasi putri juga sama dengan yang dihadapi guru yang mengajar kelas akselerasi putra. Ditambah karena guru yang mengajar putra, sedangkan yang diajar putri, akan menghambat guru berimprovisasi dalam mengajar.
2) Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar
(1) Variasi Penggunaan Media/Alat Bantu Pengajaran.
Variasi penggunaan media pengajaran dan hambatan yang dihadapi juga hampir sama dengan kelas akselerasi putra. Perbedaannya guru berusaha meminimalisir penggunaan alat bantu pengajaran hanya untuk materi yang benar-benar membutuhkan, karena pertimbangan efisiensi waktu.
(2) Variasi Bahan Pengajaran
Untuk variasi bahan ajar yang dilakukan guru yang mengajar kelas akselerasi putri dan hambatan yang dihadapi sama dengan kelas akselerasi putra.
3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Untuk variasi pola interaksi dan kegiatan siswa kelas akselarasi putri juga hampir sama dengan kelas akselerasi putra. Perbedaannya hanya kegiatan belajar siswa banyak dikendalikan guru. Ketika guru menjelaskan siswa mencatat, memperhatikan, bertanya mana yang belum jelas, dan memberikan tanggapan. Setelah itu memberikan latihan soal. Guru jarang sekali menyuruh siswa untuk mengerjakan maju ke depan. Untuk soal yang perlu dibahas, guru menuliskannya di papan tulis, namun berusaha yang mengerjakannya tetap siswa. Guru mengendalikan/mengontrol dengan memberikan rangsangan petunjuk ketika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat terkontrol dan berjalan dengan cepat.
Hambatan guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa kelas akselerasi putri tergantung dan spontanitas, juga sama dengan yang dihadapi kelas akselerasi putra, hanya saja karena yang mengajar putra sedangkan yang diajar putri, dalam berinteraksi tentunya tidak seleluasa ketika yang mengajar dan yang diajar sama-sama putra.
2. Upaya dan Hambatan Guru Mengelola Kelas
a. Kelas Akselerasi Putra
Upaya guru dalam mengelola kelas dilakukan terhadap dua keterampilan, yaitu:
1) Menciptakan Kondisi Belajar Optimal
Keterampilai ini berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, mengendalikan pelajaran, serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Upaya guru dalam menciptakan kondisi belajar optimal dilakukan dengan:
a). Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap guru menunjukkan tingkah laku guru yang nampak kepada siswa bahwa guru sadar serta tanggap terhadap perhatian mereka, terhadap keterlibatan maupun ketidakterlibatan mereka dalam tugas-tugas di kelas. Wujud sikap tanggap tersebut adalah:
(1) Memandang siswa secara seksama
Memandang siswa secara seksama dilakukan guru dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, bersahabat, tidak nampak sinis, dan diupayakan merata ke seluruh kelas. Ketika melakukan kontak pandang ekspresi wajah terlihat ceria, senantiasa tersenyum. Memandang siswa secara seksama bertujuan untuk memungkinkan guru mengetahui keterlibatan maupun ketidakterlibatan mereka dalam tugas-tugas di kelas dan menunjukkan kesiapan guru untuk memberi respon terhadap mereka. Memandang siswa secara seksama menimbulkan kesan serius dalam diri guru, sehingga membuat siswa merasa apa yang disampaikan penting untuk diperhatikan.
(2) Gerak mendekati
Gerak mendekati menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas dan aktivitas siswa. Gerak mendekati dilakukan guru dengan berkeliling ke meja siswa ketika mengontrol siswa berlatih soal, mencatat, ada yang bertanya, dan ramai atau kurang memperhatikan. Gerak mendekati dilakukan secara wajar dan bukan untuk menakut-nakuti, mengancam, atau mengintimidasi siswa.
(3) Pemberian pernyataan
Pernyataan diberikan guru terhadap siswa yang melakukan hal positif maupun negatif sebagai respon dari aktivitas yang mereka lakukan. Pernyataan terhadap mereka yang melakukan hal positif dengan memberikan pujian dan sikap baik yang dapat dijadikan contoh bagi siswa lain. Pernyataan bagi mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan berupa nasehat dan masukan atau saran yang sebaiknya dilakukan. Terhadap materi pelajaran, guru sering memberikan pernyataan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham.
(4) Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa
Terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa, guru hanya memberikan teguran dan nasehat. Namun guru berencana memberikan tugas kepada siswa jika sikap mereka sudah keterlaluan. Hal negatif yang dilakukan siswa masih bersifat wajar, seperti ramai atau kurang memperhatikan. Dengan teguran sedikit mereka sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukannya. Teguran pun sering dilakukan hanya dengan menggunakan isyarat saja, dengan diam sebentar sampil mengerutkan dahi dan mengadakan kontak pandang. Teguran tidak dilakukan dengan marah-marah yang berlebihan, menghindari melakukan tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka, sehingga interaksi antara guru dan siswa tetap terjaga.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam menunjukkan sikap tanggap. Hambatan tersebut adalah:
(a) Tidak semua siswa benar-benar paham, baik terhadap materi yang disampaikan maupun sikap tanggap yang diberikan guru. Kesalah pahaman penafsiran siswa terhadap teguran dan nasehat yang diberikan guru sebagai sikap bahwa guru kurang senang dengan mereka dapat menimbulkan hubungan yang kurang menyenangkan. Kekurang pahaman beberapa siswa terhadap materi akan banyak menyita perhatian guru, sehingga akan banyak pula menyita waktu.
(b) Adanya siswa yang tidak jera ketika diberikan teguran halus, sehingga harus selalu sering menegur dan bersabar.
b) Membagi Perhatian
Pembagian perhatian diupayakan guru sesuai dengan karakteristik dan kondisi yang sedang dialami siswa. Perhatian guru diberikan kepada siswa dengan harapan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk bersemangat dalam belajar. Upaya guru dalam membagi perhatian dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
(1) Secara visual, dengan melakukan kontak pandang, melayangkan pandangan secara merata ke seluruh siswa, tidak hanya tertuju pada siswa tertentu saja.
(2) Secara verbal, dengan memberi nasehat atau komentar, memberikan pertanyaan baik mengenai materi maupun masalah yang dihadapi. Pemberian komentar sering dengan menyebutkan nama siswa. Dengan demikian siswa merasa guru mengenal mereka.
(3) Gabungan visual dan verbal, guru memberikan nasehat dan komentar, serta memberikan pertanyaan dengan melakukan kontak pandang secara merata ke seluruh siswa, tidak pilih kasih. Upaya ini dilakukan agar siswa merasa diperhatikan, baik mereka yang berprestasi maupun mereka yang bermasalah.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam upaya membagi perhatian, yaitu guru tidak hafal nama dan karakteristik semua siswa karena banyaknya jam mengajar yang harus diemban, sehingga sulit untuk memberikan perhatian yang sesuai dengan karakter dan kondisi siswa.
c) Memusatkan Perhatian Kelompok
Kelompok dapat dibedakan menjadi dua: kelompok kecil ketika diskusi kelompok dan kelompok besar seluruh siswa dalam satu kelas. Upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, baik kelompok besar maupun kecil adalah sebagai berikut:
Upaya guru dalam memusatkan perhatian kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil adalah sebagai berikut:
(1) Menyiapkan
Ketika diskusi kelompok, persiapan yang dilakukan guru ialah dengan membagi menjadi beberapa kelompok. Dalam membagi kelompok diupayakan merata antara yang pandai dan yang kurang, yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah itu mengatur tempat duduk bagi siswa yang maju ke depan secara berderet sejajar berhadapan dengan siswa lain yang tidak presentasi di depan, mengundi urutan kelompok yang maju, kemudian memberikan arahan cara diskusi.
Upaya guru dalam menyiapkan perhatian siswa dalam satu kelas dengan berusaha menarik perhatian mereka, kadang dengan diam sebentar sampai siswa tenang, kemudian terkadang menggunakan kata ‘perhatian’ dengan suara yang agak keras.
(2) Menciptakan dan Mengarahkan Perhatian
Upaya menciptakan dan mengarahkan perhatian siswa baik untuk kelompok besar maupun kecil, ialah dengan berusaha agar siswa merasa senantiasa diawasi guru, sehingga tetap perhatian terhadap tugasnya masing-masing. Khusus untuk diskusi kelompok, guru senantiasa memberikan penekanan agar siswa berusaha sebaik mungkin untuk aktif karena adanya penilaian yang nantinya akan disampaikan hasilnya. Guru dituntut untuk selalu memperhatikan seluruh siswa, dengan menempatkan diri di posisi yang dapat secara leluasa melihat semua siswa, seperti di belakang dan di depan meja guru. Perpindahan posisi dilakukan sewajarnya, tidak berlebihan yang nantinya dapat mengganggu konsentrasi siswa ketika berlatih, mencatat, maupun ketika menjelaskan. Agar siswa serius memperhatikan, guru juga senantiasa serius, namun berusaha tetap santai. Serius dalam artian siswa tetap memperhatikan apa yang disampaikan guru, dan santai dengan tidak terlalu merasa tegang, tertekan, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya.
(3) Menyusun Komentar
Dalam diskusi kelompok, komentar diberikan guru di setiap akhir kelompok melakukan presentasi, baik untuk yang sudah bagus maupun yang kurang. Bagi mereka yang bagus diberitahukan kepada yang lain agar ditiru, sedangkan bagi mereka yang masih ada kekurangannya diberikan masukan agar untuk selanjutnya lebih baik lagi. Komentar berupa nasehat juga diberikan ketika diskusi kurang berjalan dengan lancar, seperti ramai atau ada siswa lain kurang memperhatikan kelompok yang presentasi.
Ketika kegiatan belajar mengajar dalam satu kelas sebagai satu kelompok, guru juga memberikan komentar, baik untuk mereka yang melakukan hal positif maupun mereka yang melakukan hal yang kurang berkenan yang dirasa mengganggu proses belajar megajar. Komentar diberikan dengan sikap yang baik, tidak menyinggung perasaan.
Guru mengalami hambatan dalam memusatkan perhatian kelompok. Hambatan tersebut adalah:
(1) Siswa kurang siap dan paham benar, baik mengenai materi pelajaran maupun apa yang harus dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
(2) Adanya siswa yang ingin menonjol, sehingga akan terlalu banyak mencari perhatian guru dan cenderung mendominasi.
(3) Kurang perhatian siswa, seperti ramai, tidak mengerjakan tugas-tugasnya, dan lain sebagainya.
d) Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Upaya yang dilakukan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa adalah sebagai berikut:
(1) Menyuruh siswa lain mengenai rekannya
Guru sering menuntut tanggung jawab siswa lain mengenai rekannya yang maju mengerjakan soal ke depan maupun yang menjawab pertanyaan, memperhatikan apakah sudah benar atau belum untuk kemudian memberikan tanggapan.
(2) Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya
Guru juga menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya, baik berupa latihan soal di rumah maupun di kelas. Guru menekankan agar banyak berlatih. Tugas dirumah biasanya ditanyakan ketika pertemuan selanjutnya apakah ada kesulitan atau tidak. Guru memang tidak terlalu menuntut siswa untuk banyak berlatih di rumah, hanya menekankan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan, karena guru paham bahwa tugas mereka di luar kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah banyak. Ketika berlatih soal di kelas, guru menyuruh siswa untuk menunjukkan pekerjaannya di depan kelas.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya. Hambatan tersebut adalah:
(1) Tugas siswa di luar jam sekolah yang sudah terlalu banyak, sehingga guru terlalu banyak memberikan toleransi.
(2) Adanya siswa yang tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya, terutama untuk yang tidak dikumpulkan dan dinilai.
e) Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Pemberian petunjuk disampaikan dengan bahasa yang jelas, mudah diterima siswa, baik, sabar, dan tidak menyinggung perasaan.
Pemberian petunjuk dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1) Kepada seluruh kelompok
Kepada seluruh siswa sebagai satu kelompok, guru sering memberikan petunjuk secara singkat dan jelas. Pemberian petunjuk diberikan ketika ada siswa yang bertanya tentang suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh siswa, ketika ada kesulitan dalam mengerjakan latihan soal maupun soal yang dirasa guru perlu untuk menjelaskan kepada semua siswa, ketika memberikan nasehat mengenai suatu hal yang harus diperhatikan.
(2) Kepada siswa secara individu
Selain kepada seluruh siswa, petunjuk yang jelas juga diberikan kepada siswa secara individu, yaitu ketika: ada siswa yang bertanya secara pribadi mengenai suatu hal, ada siswa yang mengalami masalah, seperti nilai jelek, kesulitan berlatih soal, dan masalah pribadi lainnya.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam memberikan petunjuk yang jelas. Hambatan tersebut adalah:
(1) Ada anak yang tidak suka dengan matematika, sehingga akan menghambat mereka dalam belajar.
(2) Ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru karena tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum belajar. Sehingga harus sering mengulang-ulang materi yang nantinya akan terlalu banyak menyita waktu.
f) Memberikan Teguran
Teguran diberikan guru kepada siswa yang melakukan hal yang kurang berkenan, yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Upaya guru dalam memberikan teguran dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1) Dengan menggunakan isyarat, yaitu memberikan teguran halus menggunakan gerak tubuh. Teguran ini dilakukan dengan diam sebentar sambil mengerutkan dahi, melayangkan kontak pandang namun dengan senantiasa tersenyum, tidak sinis, maupun perbuatan lain yang bersikap merendahkan.
(2) Secara lisan dengan memberikan nasehat ketika hanya dengan teguran halus, siswa tidak mau behenti melakukan hal yang kurang berkenan tersebut. Nasehat dilakukan dengan tidak menunjukkan marah yang berlebihan, tidak dengan kata-kata kasar, ocehan yang berkepanjangan, menyakitkan, atau yang mengandung penghinaan yang dapat menyinggung perasaan siswa.
Terdapat hambatan guru dalam memberikan teguran. Hambatan tersebut adalah:
(1) Penyalah tafsiran siswa terhadap teguran dan nasehat sebagai sikap kurang suka guru kepada mereka. Mereka kurang paham bahwa nasehat yang diberikan adalah untuk kebaikan mereka juga. Guru hanya kurang suka dengan perbuatan jelek yang mereka lakukan, bukan kepada siswanya. Hal ini akan berdampak terhadap hubungan guru dengan murid yang kurang menyenangkan.
(2) Adanya siswa yang tidak jera, mereka berhenti sebentar namun kemudian kembali melakukannya lagi, sehingga akan banyak menuntut guru untuk bersabar.
g) Memberikan Penguatan
Penguatan diberikan guru kepada siswa yang melakukan hal positif maupun hal yang kurang berkenan.
Bentuk penguatan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
(1) Secara verbal, yaitu dengan memberikan nasehat berupa motivasi, masukan atau saran bagi mereka yang bermasalah dan pujian, bagi mereka yang melakukan hal positif. Kepada semua siswa guru berusaha menerangkan manfaat dari apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa merasa apa yang dipelajari selama ini tidak sia-sia, ada manfaatnya, sehingga mereka akan termotivasi untuk mempelajari. Ketika melakukan diskusi kelompok senantiasa menekankan untuk aktif, dipancing agar bersaing dengan teman yang lain karena ada penilaian.
(2) Dengan mimik dan gerak, yaitu dengan memandang siswa sambil tersenyum untuk menyatakan senang. Selain itu berusaha tampil menyenangkan untuk menghilangkan image bahwa matematika itu pelajaran yang sulit.
(3) Dengan sentuhan, yaitu dengan memegang pundak/bahu siswa.
(4) Gerak mendekati, yaitu dengan mendekati siswa yang melakukan hal positif, seperti mau mengerjakan soal di depan kelas, bisa mengerjakan latihan soal, dan lain sebagainya.
(5) Dengan kegiatan yang menyenangkan, yaitu dengan menyuruh maju mengerjakan di depan kelas bagi siswa yang bisa, menyuruh siswa yang bisa mengerjakan latihan soal untuk membantu teman lain yang maju ke depan yang mengalami kesulitan.
Agar dapat memberikan penguatan sesuai dengan karakteristik dan kondisi siswa, guru berusaha untuk peduli terhadap masalah yang mereka hadapi. Pemberian penguatan dilakukan secara wajar, tidak terlalu berlebihan.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam upaya memberikan penguatan. Hambatan tersebut antara lain:
(1) Banyaknya jam mengajar guru, sehingga sulit untuk berusaha mengenal karakteristik siswa, dan menunjukkan koreksian seluruh latihan soal.
(2) Kondisi siswa yang kurang fit, seperti malas, bosan, capek, dan lain sebagainya, sehingga guru harus berusaha lebih lagi dalam memberikan motivasi.
2) Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
Kenakalan siswa akselerasi masih bersifat wajar, kebanyakan mereka sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukan hal yang kurang berkenan ketika ada teguran. Guru belum sampai memberikan sanksi kepada mereka. Terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan, guru berencana memberikan sanksi menyuruh anak berdiri di depan kelas, dan mengerjakan satu soal sampai sepuluh kali.
Guru mengalami hambatan dalam berusaha mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Hambatan tersebut adalah terkadang anak tidak jera. Ketika ditegur berhenti melakukannya, namun selang beberapa lama kemudian kembali melakukannya, sehingga menuntut guru untuk lebih banyak bersabar dan berupaya memberikan teguran yang tidak menyinggung perasaan siswa, menentukan sanksi yang bersifat mendidik agar interaksi antara guru dengan mereka senantiasa terjalin dengan baik.
c. Kelas Akselerasi Putri
Upaya guru dalam mengelola kelas akselerasi putri sama seperti kelas akselerasi putra juga dilakukan pada dua hal, yaitu:
1) Menciptakan Kondisi Belajar Optimal
Keterampilai ini berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, mengendalikan pelajaran, serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Upaya guru dalam menciptakan kondisi belajar optimal dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a). Sikap Tanggap Guru
Sikap tanggap guru menunjukkan tingkah laku guru yang nampak kepada siswa bahwa guru sadar serta tanggap terhadap perhatian mereka, terhadap keterlibatan maupun ketidakterlibatan mereka dalam tugas-tugas di kelas. Wujud sikap tanggap tersebut adalah:
(1) Memandang siswa secara seksama
Upaya guru memandang siswa secara seksama kelas akselerasi putri hampir sama dengan akselerasi putra dalam rangka meyakinkan mereka bahwa guru perhatian dan siap memberikan respon terhadap segala sesuatu yang dilakukannya. Perbedaannya hanya saja guru tidak dapat melakukan kontak pandang seleluasa ketika mengajar kelas akselerasi putra, karena sebagian besar siswa sudah banyak yang paham akan pentingnya menjaga pandangan.
(2) Gerak mendekati
Gerak mendekati juga hampir sama dengan kelas akselerasi putra dalam rangka meminta perhatian mereka. Perbedaannya hanya saja tidak dapat dilakukan secara leluasa seperti kelas akselarasi putra.
(3) Pemberian pernyataan
Pemberian pernyataan dilakukan saat diperlukan dengan memberikan pujian bila melakukan hal-hal yang baik, dan sindiran, teguran bila melakukan hal-hal yang jelek. Guru tidak pernah memberikan pernyataan yang kasar atau menyinggung perasaan.
(4) Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa.
Terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa, guru juga hanya memberikan teguran secara bertahap dan nasehat. Upaya yang dilakukan sama dengan yang dilakukan di kelas akselerasi putra.
Guru mengalami beberapa hambatan dalam menunjukkan sikap tanggap. Hambatan tersebut sama dengan hambatan yang dihadapi di kelas akselerasi putra. Tambahannya terkadang siswa tidak mau diajak kompromi, baru ngambek, terlalu lelah, dan kondisi siswa yang kurang mendukung lainnya, sehingga kurang memperhatikan respon guru.
b). Membagi Perhatian
Pembagian perhatian diupayakan guru secara merata, tidak pilih kasih, walaupun punya kecenderungan untuk itu, sesuai dengan karakteristik dan kondisi yang sedang dialami siswa. Upaya guru dalam membagi perhatian kelas akselerasi putri juga sama dengan kelas akselerasi putra.
Guru juga mengalami beberapa hambatan dalam upaya membagi perhatian, yaitu guru tidak hafal nama dan karakteristik semua siswa karena banyaknya jam mengajar yang harus diemban, sehingga sulit untuk memberikan perhatian yang sesuai dengan karakter dan kondisi siswa. Disamping itu juga karena kelas yang diajar putri sedangkan guru yang mengajar putra, sehingga guru mempunyai batasan-batasan dalam membagi perhatian.
c). Memusatkan Perhatian Kelompok
Upaya guru memusatkan perhatian kelompok juga hampir sama dengan siswa kelas akselerasi putra. Perbedaannya hanya saja dalam menyiapkan perhatian siswa, guru sering menggunakan bahasa Inggris, yaitu ‘listen carefully’ dan ‘pay attention please’. Guru juga tidak melakukan kegiatan diskusi kelompok.
Guru juga mengalami hambatan dalam memusatkan perhatian kelompok tergantung situasi dan kondisi. Hambatan tersebut sama dengan yang dialami guru yang mengajar kelas akselerasi putra.
d). Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Upaya yang dilakukan guru dalam menuntut tanggung jawab siswa kelas akselerasi putri hampir sama dengan kelas akselerasi putra. Perbedaannya guru sangat jarang menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya di depan kelas, terlalu banyak kompromi, hanya senantiasa memberikan penekanan agar tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Guru juga mengalami beberapa hambatan dalam menuntut tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugasnya. Hambatan tersebut sama seperti yang dialami kelas akselerasi putra.
e). Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Pemberian petunjuk juga disampaikan dengan bahasa yang jelas, mudah diterima siswa, baik, sabar, dan tidak menyinggung perasaan. Pemberian petunjuk dan hambatan yang dihadapi kelas akselerasi putri sama dengan kelas akselerasi putra.
f). Memberikan Teguran
Teguran diberikan guru kepada siswa yang melakukan hal yang kurang berkenan, yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Upaya guru dalam memberikan teguran juga sama dengan kelas akselerasi putra. Ditambah guru berencana mengeluarkan siswa dari kelas jika memang sudah keterlaluan.
Guru juga menghadapi hambatan dalam memberikan teguran. Hambatan tersebut sama dengan kelas akselerasi putra, ditambah terkadang ada siswa badung tapi pendendam.
g). Memberikan Penguatan
Pemberian penguatan juga sama dengan kelas akselerasi putra. Hanya saja guru sering memberikan nasehat berupa cerita hikmah. Guru tidak pernah memberikan penguatan berupa sentuhan, karena siswa yang diajar putri.
Hambatan yang dihadapi juga sama dengan kelas akselerasi putra.
2) Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal
Kenakalan siswa akselerasi masih bersifat wajar, kebanyakan mereka sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukan hal yang kurang berkenan ketika ada teguran. Guru belum sampai memberikan sanksi kepada mereka. Terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan, guru berencana memberikan sanksi dengan memukul tapi yang mendidik.
Guru juga mengalami hambatan dalam berusaha mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Hambatan tersebut sama dengan siswa akselerasi putra. Ditambah lagi terkadang ada siswa yang badung tapi pendendam.
B. Implikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar bidang studi matematika kelas akselerasi di Madrasah Tsanawiyah, terkait dengan upaya-upaya guru dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas, serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan keterampilan tersebut.
Dengan mengadakan pengamatan proses belajar mengajar bidang studi matematika di kelas akselerasi dan penggalian informasi dari pihak-pihak terkait, seperti guru dan siswa, dapat diperoleh informasi mengenai upaya dan hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi dan mengelola kelas. Madrasah Tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama dengan basic pendidikan agama, selain mengkaji ilmu agama, juga berupaya mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, agar ada keseimbangan perkembangan spiritual dan intelektual peserta didik. Disamping memang menuntut ilmu juga merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan agama akan berusaha tercermin dalam aktivitas belajar mengajar, termasuk juga dalam hal ini guru sebagai panutan. Informasi-informasi yang diperoleh dapat dijadikan wacana, khususnya bagi pihak Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam maupun sekolah-sekolah lain pada umumnya mengenai kegiatan belajar mengajar kelas akselerasi bidang studi matematika, terkait dengan keterampilan guru mengadakan variasi dan mengelola kelas. Sehingga pihak-pihak yang terkait dapat kembali menelaah, untuk selanjutnya mengkaji dan berusaha mengadakan perbaikan-perbaikan menuju kesempurnaan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang dapat peneliti sarankan antara lain:
1. Bagi siswa akselerasi, hendaklah lebih meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktifnya dalam kegiatan belajar mengajar, mengingat waktu belajar yang lebih singkat, tahu dan sadar akan apa yang seharusnya dilakukan sebagai siswa.
2. Bagi guru akselerasi, hendaklah senantiasa menjadi teladan bagi siswa dalam bersikap dan bertingkah laku, sehingga sikap menghargai dan menghormati siswa kepada guru tidak harus dituntut, namun memang karena kemuliaan yang dimiliki, bukan karena takut atau kedudukannya sebagai guru. Guru hendaklah meningkatkan kinerjanya dengan berusaha mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai diterapkan di kelas akselerasi.
3. Bagi pengelola program akselerasi Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada dengan memberikan dukungan baik sarana maupun prasarana.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Depdiknas. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2004. Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Erman Suherman dan Udin S Wirataputra. 1993. Strategi Belajar mengajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi
Hj. T. Sutjihati Somantri. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Lexy. J. Moleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Martinis Yamin. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasisi Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press
Mathew. B. Milles dan Michael Huberman. 1992. Analisisi Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press
Moh. Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sutopo. H. B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
Tim Pengelola Akselerasi MTs. 2005. Laporan Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2005/2006. Surakarta: MTs Assalaam Surakarta
Tim Sipenwaru PPMI Assalaam Surakarta. 2005. Buku Panduan Seleksi Penerimaan Siswa Baru. Surakarta: PPMI Assalaam Surakarta
Tim Skripsi. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP UNS. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Unit Program Pengalaman Lapangan. 1999. Materi Pengajaran Mikro. Surakarta: UNS Press
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Nama Guru :………………… Tanggal :…………………..
Bid Studi :………………… Sekolah :…………………..
Pokok bahasan :………………… Kelas :…………………..
Sub pkok bahasan :………………… Pengamat :…………………..
1. Lembar observasi keterampilan guru mengadakan variasi
No Komponen Komentar
1 Variasi dalam gaya mengajar Guru:
a. Suara.
Guru memberi variasi dalam nada suara, kecepatan bicara
b. Mimik dan gerak.
Guru mengadakan perubahan mimik dan gerak (tangan dan bahan untuk memperjelas penyajiannya)
c. Kesenyapan.
Guru dengan sengaja memberikan waktu senyap atau hening dalam pembicaraannya
d. Kontak pandang.
Guru melayangkan pandang dan melakukan kontak pandang dengan siswanya
e. Perubahan posisi.
Guru yang bergerak dalam kelas untuk maksud yang berbeda-beda
f. Memusatkan.
Guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting dari penyajiannya
2 Variasi penggunaan media dan alat bantu pengajaran:
a. Variasi visual.
Guru menggunakan alat bantu yang dapat dilihat
b. Variasi aural.
Guru menggunakan suara langsung atau rekaman dalam pengajarannya
c. Variasi alat bantu yang dapat dipegang atau dimanipulasi.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa memegang atau memenipulasi benda-benda atau alat bantu pengajaran
3 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Guru memperkenalkan perubahan dalam pola interaksi antara dia dengan siswa dan juga menganekaragamkan kegiatan belajar siswa yang terlibat
2. Lembar Observasi Keterampilan Mengelola Kelas
a. Komponen-komponen Prakarsa Guru
No Komponen Komentar
1 Bersikap tanggap:
- Memandang secara
seksama
- Gerakan mendekati
- Pernyataan guru
- Teguran (tepat waktu,
mengenai sasaran)
2 Membagi perhatian
- Secara visual
- Secara verbal
- Gabungan visual dan
verbal
3 Memusatkan perhatian kelompok
- Menyiapkan
- Menciptakan dan
mengarahkan perhatian
- Menyusun komentar
4 Menuntut tanggung jawab siswa
- Menyuruh siswa lain
mengenai rekannya
- Menyuruh siswa
menunjukkan pekerjaannya
5 Petunjuk yang jelas
- Kepada seluruh kelompok
- Kepada siswa secara
individu
b. Komponen-komponen Respon Guru
No Komponen Komentar
1 Memberi teguran
- Menekankan pada tingkah
laku yang positif
- Menyarankan alternatif
tingkah laku
- Teguran yang keras
- Menggunakan mimik dan
gerak
- Menggunakan nama siswa
- Menetapkan harapan-
harapan
2 Memberi penguatan
- Verbal
- Mimik dan gerak
- Gerak mendekati
- Aktivitas
- Tanda dan benda
- Sentuhan
- Bersifat pribadi
KISI-KISI ANGKET GURU MENGENAI KETERAMPILAN GURU MENGADAKAN VARIASI DAN MENGELOLA KELAS
No Indikator Sub Indikator No. Item Jumlah
1 Motivasi mengajar guru - 1 1
2 Persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar - 2 1
3 Desain pembelajaran yang digunakan - 3 1
4 Keterampilan guru mengadakan variasi:
A. Variasi gaya mengajar
- Penggunaan variasi suara 4 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan variasi suara 5 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
suara 6 1
- Penggunaan variasi mimik
dan gerak 4 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan variasi mimik
dan gerak 5 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
mimik dan gerak 6 1
- Penggunaan kesenyapan 4 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan variasi
kesenyapan 5 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
kesenyapan 6 1
- Penggunaan variasi kontak
pandang 4 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan variasi
kontak pandang 5 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
kontak pandang 6 1
- Penggunaan variasi
perubahan posisi 4 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan variasi
perubahan posisi 5 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
perubahan posisi 6 1
- Penggunaan variasi
mengadakan penekanan
butir
yang penting 4 1
- Frekuensi dan alasan
mengadakan penekanan
butir
yang penting 5 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan
penekanan butir yang
penting 6 1
B. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran - Penggunaan media/alat
bantu pengajaran 7 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan media/alat
bantu pengajaran 8 1
- Hambatan dan solusi
dalam menyediakan dan
menggunakan media/alat
bantu pengajaran 9 1
- Upaya variasi
bahan/materi
pelajaran 10 1
- Frekuensi dan alasan
variasi bahan/materi
pelajaran 11 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
bahan/materi pelajaran 12 1
C. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa - Upaya variasi
pola interaksi dan kegiatan
siswa 13 1
- Frekuensi dan alasan
variasi pola interaksi dan
kegiatan siswa 14 1
- Hambatan dan solusi
dalam mengadakan variasi
pola interaksi dan kegiatan
siswa 15 1
4 Keterampilan guru mengelola kelas
A. Penciptaan kondisi
belajar optimal - Sikap tanggap guru 16 1
- Frekuensi dan alasan
penggunaan tanggapan 17 1
- Hambatan dan solusi
dalam melakukan
tanggapan 18 1
- Upaya membagi perhatian 19 1
- Frekuensi dan alasan
upaya membagi perhatian 20 1
- Hambatan dan solusi
dalam membagi perhatian 21 1
- Upaya membagi perhatian
kelompok 22 1
- Frekuensi dan alasan
upaya membagi perhatian
kelompok 23 1
- Hambatan dan solusi
dalam membagi perhatian
kelompok 24 1
- Upaya menuntut
tanggungjawab siswa 25 1
- Frekuensi dan alasan
upaya menuntut
tanggungjawab siswa 26 1
- Hambatan dan solusi
dalam menuntut
tanggungjawab
siswa 27 1
- Upaya memberikan
petunjuk yang jelas 28 1
- Frekuensi dan alasan
upaya memberikan
petunjuk yang jelas 29 1
- Hambatan dan solusi
dalam memberikan
petunjuk yang jelas 30 1
- Upaya memberikan
teguran 31 1
- Frekuensi dan alasan
upaya memberikan teguran 33 1
- Hambatan dan solusi
dalam memberikan teguran 34 1
- Upaya memberikan
penguatan 35 1
- Frekuensi dan alasan
upaya memberikan
penguatan 36 1
- Hambatan dan solusi
dalam memberikan
penguatan 37 1
B. Pengembalian
kondisi belajar
optimal - Upaya mengembalikan
kondisi belajar optimal 32 1
- Frekuensi dan alasan
upaya mengembalikan
kondisi belajar optimal 36 1
- Hambatan dan solusi
dalam upaya
mengembalikan
kondisi belajar optimal 37 1
6 Harapan kegiatan belajar mengajar - 38 1
LEMBAR TELAAH BUTIR ANGKET GURU MENGADAKAN VARIASI DAN MENGELOLA KELAS
No Aspek yang ditelaah Keterangan
Sesuai Tidak
1 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
2 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
3 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
4 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
5 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
6 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
7 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
8 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
9 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
10 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
11 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
12 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
13 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
14 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
15 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
16 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
17 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
18 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
19 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
20 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda.
21 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
22 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
23 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
24 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
25 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
26 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
27 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
28 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
29 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
30 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
31 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
32 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
33 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
34 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
35 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
36 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
37 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
38 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
Surakarta, Agustus 2006
Pembimbing I
Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si
NIP. 131 004 623
LEMBAR TELAAH BUTIR ANGKET GURU MENGADAKAN VARIASI DAN MENGELOLA KELAS
No Aspek yang ditelaah Keterangan
Sesuai Tidak
1 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
2 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
3 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
4 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
5 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
6 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
7 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
8 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
9 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
10 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
11 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
12 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
13 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
14 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
15 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
16 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
17 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
18 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
19 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
20 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda.
21 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
22 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
23 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
24 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
25 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
26 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
27 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
28 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
29 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
30 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
31 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
32 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
33 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
34 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
35 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
36 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
37 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
38 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
Surakarta, Agustus 2006
Pembimbing II
Rosihan Ariyuana, S.Si, M.Kom
NIP. 132 300 015
ANGKET GURU
Petunjuk Pengisisian:
1. Tulislah dahulu identitas anda.
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas.
Nama Guru :
Bidang Studi :
Materi Pokok :
Kompetensi Dasar :
Hari / Tanggal :
Sekolah :
Kelas :
Daftar pertanyaan
1. Apakah motivasi anda mengajar matematika?
2. Persiapan apa yang anda lakukan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung?
3. Desain pembelajaran yang bagaimanakah yang anda terapkan dalam kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
4. Bagaimanakah upaya anda mengadakan variasi dalam gaya mengajar yang berhubungan dengan:
a. Suara:
b. Perubahan mimik dan gerak:
c. Pemberian waktu hening dalam pembicaraan:
d. Melakukan kontak pandang:
e. Perubahan posisi:
f. Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting:
5. Apakah variasi gaya mengajar tersebut selalu anda terapkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung? Mengapa?
6. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam mengadakan variasi tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan?
7. Apakah anda menggunakan media atau alat bantu pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar? Jika ya, media atau alat bantu apa yang anda gunakan? Apa alasan anda menggunakannya?
8. Apakah media atau alat bantu tersebut selalu anda gunakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung? Mengapa?
9. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat bantu tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan?
10. Bagaimanakah upaya anda mengadakan variasi bahan atau materi pelajaran pada kegiatan belajar mengajar?
11. Apakah variasi tersebut selalu anda gunakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung? Mengapa?
12. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam mengadakan variasi bahan atau materi pelajaran tersebut ? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
13. Bagaimanakah upaya anda mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan siswa pada kegiatan belajar mengajar?
14. Apakah variasi tersebut selalu anda terapkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung? Mengapa?
15. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa tersebut ? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
16. Bagaimanakah sikap tanggap anda terhadap perhatian, keterlibatan, dan ketidak terlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengenai:
a. Memandang siswa secara seksama:
b. Gerak mendekati:
c. Pemberian pernyataan:
d. Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa:
17. Apakah sikap tanggap tersebut selalu anda terapkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
18. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam memberikan tanggapan tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
19. Bagaimanakah upaya membagi perhatian anda terhadap siswa, baik secara visual maupun verbal dalam kegiatan belajar mengajar?
20. Apakah upaya tersebut selalu anda terapkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
21. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam membagi perhatian tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
22. Bagaimanakah upaya anda memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang akan dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar, baik mengenai persiapan, menciptakan dan mengarahkan perhatian, maupun menyusun komentar?
23. Apakah upaya tersebut selalu anda lakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
24. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
25. Bagaimanakah upaya anda menuntut tanggungjawab siswa dalam keterlibatan mereka pada tugas-tugas?
26. Apakah upaya tersebut selalu anda lakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
27. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam menuntut tanggungjawab siswa terhadap tugas-tugas tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
28. Bagaimanakah upaya anda memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, baik untuk seluruh kelas, kelompok, maupun perorangan dalam kegiatan belajar mengajar?
29. Apakah upaya tersebut selalu anda lakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
30. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
31. Bagaimanakah upaya anda memberikan teguran terhadap siswa yang mengganggu aktivitas belajar mengajar?
32. Adakah sangsi yang diberikan ketika beberapa kali teguran dilakukan namun siswa yang bersangkutan tetap melakukan hal-hal yang mengganggu? Sangsi apa saja dan bagaimanakah upaya anda mengembalikan kondisi belajar yang optimal kembali setelah terjadi konflik tersebut?
33. Apakah upaya tersebut selalu anda lakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
34. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam memberikan teguran tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
35. Upaya apa saja yang anda lakukan dalam memberikan penguatan kepada siswa agar mau terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar?
36. Apakah upaya tersebut selalu anda lakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
37. Apakah ada hambatan yang anda temui dalam memberikan penguatan tersebut? Jika ya, apa saja hambatan yang ada dan bagaimanakah solusi yang anda lakukan ?
38. Menurut anda, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanakah yang tepat diterapkan di kelas akselerasi?
KISI-KISI ANGKET SISWA MENGENAI UMPAN BALIKAN GURU MENGADAKAN VARIASI DAN MENGELOLA KELAS
No Indikator Sub Indikator No. Item Jumlah
1 Ketertarikan belajar dan alasan - 1 1
2 Persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar - 2 1
3 Balikan keterampilan guru mengadakan variasi:
A. Variasi gaya mengajar
a. Penggunaan variasi suara 3, 4 2
b. Mimik dan gerak 3, 7 2
c. Kesenyapan 6 1
d. Kontak pandang 5 1
e. Perubahan posisi 3,7 2
f. Pemusatan perhatian 8 1
B. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran a. Penggunaan media/alat
bantu pengajaran 9 1
b. Bahan/materi pengajaran 10, 11 2
C. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa - 12, 13, 14 3
4 Balikan keterampilan guru mengelola kelas
A. Penciptaan kondisi
belajar optimal a. Menunjukkan sikap
tanggap 5, 15, 21 3
b. Membagi perhatian 15 1
c. Memusatkan perhatian
kelompok 16 1
d. Menuntut tangung jawab
siswa 17, 18 2
e. Memberikan petunjuk-
petunjuk yang jelas 19, 20 2
f. Menegur 21, 22, 2
g. Memberikan penguatan 24 2
B. Pengembalian
kondisi belajar
optimal - 23 1
5 Tanggapan siswa mengenai kegiatan belajar mengajar - 25 1
6 Hambatan dan solusi belajar - 26 1
7 Harapan mengajar guru yang baik - 27 1
LEMBAR TELAAH BUTIR ANGKET SISWA MENGENAI UMPAN BALIKAN GURU MENGADAKAN VARIASI DAN MENGELOLA KELAS
No Aspek yang ditelaah Keterangan
Sesuai Tidak
1 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
2 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
3 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
4 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
5 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
6 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
7 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
8 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
9 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
10 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
11 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
12 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
13 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
14 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
15 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
16 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
17 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
18 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
19 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
20 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda.
21 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
22 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
23 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
24 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
25 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
26 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
27 a. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
b. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
Surakarta, Agustus 2006
Pembimbing I
Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si
NIP. 131 004 623
LEMBAR TELAAH BUTIR ANGKET SISWA MENGENAI UMPAN BALIKAN GURU MENGADAKAN VARIASI DAN MENGELOLA KELAS
No Aspek yang ditelaah Keterangan
Sesuai Tidak
1 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
2 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
3 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
4 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
5 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
6 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
7 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
8 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
9 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
10 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
11 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
12 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
13 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
14 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
15 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
16 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
17 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
18 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
19 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
20 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda.
21 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
22 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
23 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
24 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
25 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
26 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
27 c. Kesesuaian pertanyaan dengan indikator/sub indikator
d. Bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda
Surakarta, Agustus 2006
Pembimbing II
Rosihan Ariyuana, S.Si, M.Kom
NIP. 132 300 015
ANGKET SISWA
Petunjuk Pengisian:
1. Tulislah dahulu identitas anda.
2. Tulislah jawaban pada tempat yang tersedia dengan cara mengisi atau memberikan tanda ( ) sesuai dengan masing-masing pertanyaan.
Nama Siswa :
No. Urut :
Bidang Studi :
Materi pokok :
Hari / Tanggal :
Sekolah :
Kelas :
Daftar Pertanyaan:
1. Apakah anda tertarik dengan pokok bahasan ini? Mengapa?
2. Apakah anda selalu mempersiapkan diri sebelum pelajaran dimulai? Jika ya persiapan apa yang anda lakukan?
3. Selama pelajaran berlangsung guru:
(…) Sangat aktif dan bersemangat
(…) Kadang-kadang aktif dan bersemangat
(…) Kurang aktif dan kurang bersemangat
4. Dalam menyampaikan penjelasan, suara guru:
(…) Datar-datar saja dan pelan
(…) Keras dan cepat
(…) Kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situasi
dan kondisi
5. Guru memandang saya selama pelajaran:
(…) Sering sekali
(…) Beberapa kali
(…) Tak pernah sama sekali
6. Ketika pelajaran berlangsung, guru tiba-tiba diam sejenak ketika:
(…) Siswa ramai
(…) Marah
(…) Menarik perhatian siswa
(…) Memberi waktu berpikir sejenak ketika memberikan pertanyaan
7. Posisi guru ketika mengajar di kelas:
(…) Duduk saja
(…) Berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah
(…) Kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah
8. Terhadap suatu materi atau hal yang dianggap penting, guru:
(…) Selalu memberikan penekanan
(…) Jarang memberikan penekanan
(…) Tidak pernah memberikan penekanan
9. Sebutkan alat bantu atau media yang guru gunakan dalam pelajaran tadi dan untuk menjelaskan apa?
10. Menurut saya, materi pelajaran yang disampaikan guru:
(…) Sangat mudah dipahami
(…) Cukup mudah dipahami
(…) Sulit dipahami
11. Ketika mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru, saya:
(…) Selalu bisa mengerjakan
(…) Kadang bisa kadang tidak
(…) Tidak pernah bisa mengerjakan
12. Keterlibatan saya (memperhatikan, mencatat, menjawab pertanyaan guru, dll) selama kegiatan belajar mengajar:
(…) Cukup banyak
(…) Hanya sedikit
(…) Tidak ada sama sekali
13. Kesempatan bekerja dengan siswa lain:
(…) Sering sekali
(…) Kadang-kadang
(…) Tidak pernah
14. Saya kira guru berbicara:
(…) Terlalu banyak
(…) Cukup
(…) Terlalu sedikit
15. Ketika pelajaran, guru memperhatikan saya:
(…) Sering sekali
(…) Jarang
(…) Tidak pernah
16. Ketika diskusi kelompok (jika ada diskusi), guru memperhatikan kelompok saya:
(…) Sering sekali
(…) Jarang
(…) Tidak pernah
17. Ketika latihan soal, guru menyuruh saya maju ke depan dan menjelaskannya kepada teman-teman:
(…) Sering sekali
(…) Jarang
(…) Tidak pernah
18. Ketika ada pekerjaan rumah, guru:
(…) Selalu menyuruh dikumpulkan atau diteliti
(…) Jarang dikumpulkan atau diteliti
(…) Tidak pernah dikumpulkan atau diteliti
19. Ketika saya tidak bisa mengerjakan tugas atau soal, guru:
(…) Sering memberikan petunjuk
(…) Jarang memberikan petunjuk
(…) Tidak pernah memberikan petunjuk
20. Ketika guru memberikan petunjuk mengerjakan sesuatu, saya:
(…) Selalu dapat memahami
(…) Jarang dapat memahami
(…) Tidak pernah bisa memahami
21. Ketika saya tidak mengerjakan tugas,ramai di kelas, acuh tak acuh terhadap pelajaran, ataupun melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan, guru:
(…) Selalu memperhatikan dan menegur saya
(…) Kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak
(…) Membiarkan saja
22. Ketika guru memberikan teguran terhadap kesalahan-kesalahan, saya:
(…) Tidak pernah tersinggung
(…) Kadang tersinggung, kadang tidak
(…) Selalu merasa tersinggung
23. Setelah guru memberikan teguran terhadap kesalahan saya:
(…) Saya berhenti dan tidak melakukannya lagi
(…) Saya berhenti sebentar, kemudian melakukannya lagi
(…) Saya tidak peduli
24. Ketika saya bisa menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan soal, guru:
(…) Selalu senang dan memuji saya
(…) Jarang merasa senang dan memuji saya
(…) Diam dan tidak pernah memuji saya
25. Menurut saya, kegiatan belajar mengajar pokok bahasan ini:
(…) Sangat menyenangkan, karena…
(…) Cukup menyenangkan, karena…
(…) Kurang menyenangkan, karena…
26. Apakah ada hambatan yang anda hadapi dalam belajar pokok bahasan ini? Jika ada, hambatan apa yang muncul dan bagaimana upaya anda mengatasinya?
27. Menurut anda, bagaimanakah cara mengajar guru yang baik?
No Indikator Sub Indikator
No Item Hasil Jumlah Prosentase
1 Ketertarikan belajar dan alasan - 1 1). Tertarik
Alasan: 14
87,5%
(1). Materi mudah dipelajari/dipahami 5 35,74%
(2). Bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari 2 14,28%
(3). Dapat menambah pengetahuan tentang lingkaran 1 7,14%
(4). Salah satu pelajaran yang disukai 1 7,14%
(5). Mudah dipahami dan penjelasan guru yang sangat jelas 1 7,14%
(6). Kurang memahami 1 7,14%
(7). Dapat menghitung panjang sabuk lilitan 1 7,14%
(8). Menggunakan alat peraga 1 7,14%
(9). Melatih kreativitas 1 7,14%
2). Tidak terlalu tertarik
Alasan: 2 12,5%
(1). Rumus yang sulit 1 50%
(2). Ingin bisa pelajaran matematika 1 50%
2 Persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar - 2 1). Selalu mempersiapkan diri
Persiapannya: 7 43,75%
(1). Menaruh bukudan peralatannya diatas meja 3 42,84%
(2). Belajar dan berlatih soal mengenai materi yang diajarkan besok 1 14,29%
(3). Membaca bab terakhir yang diajarkan 1 14,29%
(4). Mengulang dulu dan menjawab soal-soal yang belum terjawab 1 14,29%
(5). Berdoa dan mempelajari pelajaran yang akan dibahas besok 1 14,29%
2). Tidak selalu/kadang-kadang 9 56,25%
* Menyatakan persiapannya 3 33,33%
* Tidak menyatakan persiapannya 6 66,67%
Yang menyatakan persiapan
Persiapannya: 14
87,5%
(1). Kadang-kadang baca dikit
1 33,33%
(2). Belajar pelajaran yang diajarkan besok 2 66,67%
3 Keterampilan Guru Mengadakan Variasi:
A. Variasi Gaya Mengajar a). Variasi suara 3 Sangat aktif dan bersemangat 15 93,75%
Kadang-kadang aktif dan bersemangat 1 6,25%
Kurang aktif dan kurang bersemangat 0 0%
4 Datar-datar saja dan pelan 3 18,75%
Keras dan cepat 0 0%
Kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situasi dan kondisi 13 81,25%
b). Mimik dan gerak 3 Sangat aktif dan bersemangat 15 93,75%
Kadang-kadang aktif dan bersemangat 1 6,25%
Kurang aktif dan kurang bersemangat 0 0%
7 Duduk saja 0 0%
Berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah 1 6,25%
Kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah 15 93,75%
c). Kontak pandang 5 Sering sekali 6 37,5%
Beberapa kali 9 56,25%
Tidak pernah sama sekali 1 6,25%
d). Kesenyapan 6 Siswa ramai 4 25%
Marah 0 0%
Menarik perhatian siswa 4 25%
Memberikan waktu berpikir sejenak ketika memberikan pertanyaan 15 93,75%
e). Perubahan posisi 3 Sangat aktif dan bersemangat 15 93,75%
Kadang-kadang aktif dan bersemangat 1 6,25%
Kurang aktif dan kurang bersemangat 0 0%
7 Duduk saja 0 0%
Berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah 1 6,25%
Kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah 15 93,75%
f). Pemusatan perhatian 8 Selalu memberikan penekanan 15 93,75%
Jarang memberikan penekanan 1 6,25%
Tidak pernah memberikan penekanan 0 0%
B. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar a). Pengunan media 9 Dapat menyebutkan semua media yang digunakan 6 37,5%
Menyebutkan sebagian media yang digunakan 9 56,25%
Tidak menyebutkan 1 6,25%
* Dari yang menyebutkan semua media yang digunakan, dapat menjelaskan fungsinya 1 16,67%
b). Variasi bahan ajar 10 Sangat mudah dipahami 5 31,25%
Cukup mudah dipahami 11 68,75%
Sulit dipahami 0 0%
11 Selalu bisa mengerjakan 2 12,25%
Kadang bisa kadang tidak 13 81,25%
Tidak pernah bisa mengerjakan 1 6,25%
C. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa - 12 Cukup banyak 9 56,25%
Hanya sedikit 7 43,75%
Tidak ada sama sekali 0 0%
13 Sering sekali 4 25%
Kadang-kadang 11 68,75%
Tidak pernah 1 6,25%
14 Terlalu banyak 0 0%
Cukup 16 100%
Terlalu sedikit 0 0%
4 Keterampilan Guru Mengelola Kelas
A. Penciptaan Kondisi Belajar Optimal a). Menunjukkan sikap tanggap 5 Sering sekali 6 37,5%
Beberapa kali 9 56,25%
Tidak pernah sama sekali 1 6,25%
15 Sering sekali 5 31,25%
Jarang 9 56,25%
Tidak pernah 1 6,25%
21 Selalu memperhatikan dan menegur saya 12 75%
Kadang memperhatikan danmenegur, kadang tidak 3 18,75%
Membiarkan saja 1 6,25%
b). Membagi perhatian 15 Sering sekali 5 31,25%
Jarang 9 56,25%
Tidak pernah 1 6,25%
c). Memusatkan perhatian kelompok 16 Sering sekali 10 62,5%
Jarang 6 37,5%
Tidak pernah 0 0%
d). Menuntut tanggungjawab siswa 17 Sering sekali 3 18,75%
Jarang 9 56,25%
Tidak pernah 4 25%
18 Selalu menyuruh dikumpulkan atau diteliti 6 37,5%
Jarang dikumpulkan atau diteliti 9 56,25%
Tidak pernah dikumpulkan atau diteliti 1 6,25%
e). Memberikan petunjuk yang jelas 19 Sering memberikan petunjuk 15 93,75%
Jarang memberikan petunjuk 1 6,25%
Tidak pernah memberikan petunjuk 0 0%
20 Selalu dapat memahami 10 62,5%
Jarang dapat memahami 6 37,5%
Tidak pernah dapat memahami 0 0%
f). Menegur 21 Selalu memperhatikan dan menegur saya 12 75%
Kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak 3 18,75%
Membiarkan saja 1 6,25%
22 Tidak pernah tersingung 10 62,5%
Kadang tersinggung, kadang tidak 6 37,5%
Selalu merasa tersinggung 0 0%
g). Memberikan penguatan 24 Selalu senang dan memuji saya 11 68,75%
Jarang merasa senang dan memuji saya 4 25%
Diam dan tidak pernah memuji aya 1 6,25%
B. Pengembalian kondisi belajar optimal - 23 Saya berhenti dan tidak melakukannya lagi 14 87,5%
Saya berhenti sebentar, kemudian melakukannya lagi 2 12,5%
Saya tidak peduli 0 0%
5 Tanggapan siswa mengenai kegiatan belajar mengajar - 25 Sangat menyenangkan 4 25%
Cukup menyenangkan 12 75%
Kurang menyenangkan 0 0%
* Sangat menyenangkan, alasannya:
(1). Sangat tertarik dengan pokok bahasan 1 25%
(2). Jadi bisa menerapkan cara menghitung suatu garis dalam lingkaran 1 25%
(3). Pokok bahasannya mudah dimengerti 2 50%
* Cukup menyenangkan:
Menyatakan alasan 11 91,67%
Tak menyatakan alasan 1 8,33%
Yang menyatakan alasan, alasannya:
(1). Pelajarannya tidak terlalu sulit/mudah dipahami 4 36,37%
(2). Suka dengan pelajaran matematika 2 18,18%
(3). Memakai alat peraga 1 9,09%
(4). Cara ustadz mengajar 1 9,09%
(5). Cara membeikan pelajaran yang santai 1 9,09%
(6). Selain gurunya baik, saya suka lingkaran 1 9,09%
(7). Nyantai dengan peraga 1 9,09%
6
Hambatan dan solusi dalam belajar - 26 Mengalami hambatan 8 50%
Tidak mengalami hambatan 8 50%
Hambatanya:
(1). Kelas ribut atau ramai
(2). Kesulitan mengerjakan soal
(3). Malas belajar
(4). Kesulitan memahami rumus
(5). Tidak terallu mengerti pelajaran, tapi tidak mau bertanya
Solusinya:
(1). Ketika kelas ribut/ramai dengan ikut membantu menegur siswa yang ramai
(2). Ketika mengalami kesulitan mengerjakan soal dan memahami rumus, bertanya guru dan mempelajari materi dengan serius
(3).Ketika malas belajar, berusaha mengajak teman bealjar bersama
(4). Ketika tidak mengerti pelajaran kemudian tiak bertanya pada guru, dengan berusaha membiasakan diri bertanya dan lebih konsentrasi dalam pelajaran
7 Harapan mengajar guru yang baik - 27 a. Mengenai sikap dan kepribadian guru dalam mengajar, siswa berpendapat guru yang baik adalah: humoris, baik hati, tak suka marah dan jika marah tidak terlalu mengeluarkan semua emosinya, sering aktif dan bersemangat, komunikatif, santai namun tegas, suaranya keras atau pelan sesuai dengan situasi, dan murah senyum.
b. Mengenai cara menyampaikan materi, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru yang baik adalah: mengajarkan pokok-pokoknya saja, dalam memberi soal dari yang mudah ke yang sulit, menerangkan kembali jika ada yang belum dimengerti, memberikan waktu berpikir kepada muridnya, mempunyai cara menerangkan yang baik dan mudah dipahami, berbicara secukupnya, memberi petunjuk jika ada soal yang susah, dalam menerangkan kadang duduk, berdiri serta berpindah-pindah, memberikan penekanan pada semua soal yang dianggap penting, bisa mengajak siswa hadir dalam materi dengan percobaan atau pengalaman sehari-hari, menjelaskan secara rinci terbentuknya rumus, dan menghubungkan dengan nilai-nilai keislaman.
c. Mengenai perhatiannya kepada siswa, menurut mereka cara mengajar guru yang baik adalah: penuh perhatian dan mengetahui perasaan muridnya, menegur siswa yang ramai atau tak mengenakkan, dan memberikan motivasi yang membangun terhadap siswa dalam menumbuhkan kesadaran diri dan rasa tanggung jawab.
HASIL ANGKET SISWA PUTRI
No Indikator Sub Indikator No Item Hasil Jumlah Prosentase
1 Ketertarikan belajar dan alasan - 1 1). Tertarik
Alasan: 5
33,35%
(1). Materi tidak susah/mudah dipahami 3 60%
(2). Ustadznya mengajar dengan semangat, sehingga pelajarannya tidak membosankan 1 20%
(3). Asyik-asyik saja 1 20%
2). Cukup Tertarik
Alasan: 7 46,64%
(1). Ustadznya mengajar dnegan baik 2 28,57%
(2). Materi tidak terlalu sulit/mudah dipahami 5 71,43%
3). Biasa-biasa saja
Alasan: 1 6,67%
(1). Materinya cukup ribet 1 100%
4). Kadang-kadang tertarik
Alasan: 1 6,67%
(1). Tergantung mood 1 100%
5). Tidak tertarik
Alasan: 1 6,67%
(1). Bosan 1 100%
2 Persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar - 2
1). Selalu mempersiapkan diri 4 26,68%
* Menyatakan persiapannya 3 25%
* Tidak menyatakan persiapannya 1 25%
Yang menyatakan persiapan
Persiapannya:
(1). Mempelajari kembali pokok bahasan 1 33,33%
(2). Memeriksa pekerjaan 1 33,33%
(3). Melihat apa ada pekerjaan pondok atau tidak dan baca-baca dikit 1 33,33%
2). Tidak selalu/kadang-kadang
10 66,65%
* Menyatakan persiapannya 4 27,68%
* Tidak menyatakan persiapannya 6 72,32%
Yang menyatakan persiapan
Persiapannya:
(1). Menyiapkan buku dan mempelajari pelajarannya 1 25%
(2). Kalau belajar sendiri kadang saya tidak mengerti 1 25%
(3). Dengan baca-baca dikit 1 25%
(4). Mengerjakan pekerjaan pondok jika ada dan kadang latihan soal 1 25%
3). Tidak pernah
Persiapan: 1 6,67%
(1). Menyiapkan buku saja 1 100%
3 Keterampilan Guru Mengadakan Variasi:
A. Variasi Gaya Mengajar a). Variasi suara 3 Sangat aktif dan bersemangat 12 80%
Kadang-kadang aktif dan bersemangat 3 20%
Kurang aktif dan kurang bersemangat 0 0%
4 Datar-datar saja dan pelan 0 0%
Keras dan cepat 2 13,33%
Kadang keras dan cepat, kadang lemah dan pelan sesuai dengan situasi dan kondisi 13 86,67%
b). Mimik dan gerak 3 Sangat aktif dan bersemangat 12 80%
Kadang-kadang aktif dan bersemangat 3 20%
Kurang aktif dan kurang bersemangat 0 0%
7 Duduk saja 0 0%
Berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah 0 0%
Kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah 15 100%
c). Kontak pandang 5 * Yang menjawab 14 93,33%
* Yang tidak menjawab 1 6,67%
Sering sekali 0 0%
Beberapa kali 11 78,57%
Tidak pernah sama sekali 3 21,43%
d). Kesenyapan 6 Siswa ramai 4 26,68%
Marah 1 6,67%
Menarik perhatian siswa 4 26,68%
Memberikan waktu berpikir sejenak ketika memberikan pertanyaan 11 73,33%
e). Perubahan posisi 3 Sangat aktif dan bersemangat 12 80%
Kadang-kadang aktif dan bersemangat 3 20%
Kurang aktif dan kurang bersemangat 0 0%
7 Duduk saja 0 0%
Berdiri di tempat tanpa berpindah-pindah 0 0%
f). Pemusatan perhatian 8 Selalu memberikan penekanan 15 100%
Jarang memberikan penekanan 0 0%
Tidak pernah memberikan penekanan 0 0%
B. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajar a). Pengunan media 9 Dapat menyebutkan semua media yang digunakan 7 46,67%
Menyebutkan sebagian media yang digunakan 8 53,33%
* Dari yang menyebutkan semua media yang digunakan, dapat menjelaskan fungsinya 2 28,57%
b). Variasi bahan ajar 10 Sangat mudah dipahami 3 20,01%
Cukup mudah dipahami 11 73,32%
Sulit dipahami 1 6,67%
11 * Yang menjawab 14 93,33%
* Yang tidak menjawab 1 6,67%
Selalu bisa mengerjakan 0 0%
Kadang bisa kadang tidak 14 100%
Tidak pernah bisa mengerjakan 0 0%
C. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa - 12 Cukup banyak 9 59,98%
Hanya sedikit 5 33,35%
Tidak ada sama sekali 1 6,67%
13 * Yang menjawab 14 93,33%
* Yang tidak menjawab 1 6,67%
Sering sekali 0 0%
Kadang-kadang 6 42,86%
Tidak pernah 8 57,14%
14 Terlalu banyak 0 0%
Cukup 15 100%
Terlalu sedikit 0 0%
4 Keterampilan Guru Mengelola Kelas
A. Penciptaan Kondisi Belajar Optimal a). Menunjukkan sikap tanggap 5 * Yang menjawab 14 93,33%
* Yang tidak menjawab 1 6,67%
Sering sekali 0 0%
Beberapa kali 11 78,57%
Tidak pernah sama sekali 3 21,43%
15 Sering sekali 3 20%
Jarang 8 53,33%
Tidak pernah 4 26,67%
21 Selalu memperhatikan dan menegur saya 5 33,33%
Kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak 8 53,34%
Membiarkan saja 2 13,33%
b). Membagi perhatian 15 Sering sekali 3 20%
Jarang 8 53,33%
Tidak pernah 4 26,67%
c). Memusatkan perhatian kelompok 16 Sering sekali (tidak mengadakan diskusi kelompok) 0 0%
Jarang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
d). Menuntut tanggungjawab siswa 17 Sering sekali 0 0%
Jarang 2 13,33%
Tidak pernah 13 86,67%
18 Selalu menyuruh dikumpulkan atau diteliti 3 20%
Jarang dikumpulkan atau diteliti 8 53,33%
Tidak pernah dikumpulkan atau diteliti 4 26,67%
e). Memberikan petunjuk yang jelas 19 Sering memberikan petunjuk 15 100%
Jarang memberikan petunjuk 0 0%
Tidak pernah memberikan petunjuk 0 0%
20 Selalu dapat memahami 14 93,33%
Jarang dapat memahami 1 6,67%
Tidak pernah dapat memahami 0 0%
f). Menegur 21 Selalu memperhatikan dan menegur saya 5 33,33%
Kadang memperhatikan dan menegur, kadang tidak 8 53,34%
Membiarkan saja 2 13,33%
22 Tidak pernah tersingung 6 40%
Kadang tersinggung, kadang tidak 9 60%
Selalu merasa tersinggung 0 0%
g). Memberikan penguatan 24 Selalu senang dan memuji saya 12 73,33%
Jarang merasa senang dan memuji saya 2 13,33%
Diam dan tidak pernah memuji aya 1 6,67%
B. Pengembalian kondisi belajar optimal - 23 Saya berhenti dan tidak melakukannya lagi 12 80%
Saya berhenti sebentar, kemudian melakukannya lagi 3 20%
Saya tidak peduli 0 0%
5 Tanggapan siswa mengenai kegiatan belajar mengajar - 25 Sangat menyenangkan 4 26,67%
Cukup menyenangkan 11 73,33%
Kurang menyenangkan 0 0%
* Sangat menyenangkan, alasannya:
(1). Materi cukup mudah dipahami 2 50%
(2). Gurunya hebat, asyik 2 50%
* Cukup menyenangkan, alasannya:
(1). Materi cukup mudah dipahami 5 45,46%
(2). Pelajarannya mengasyikkan 1 9,09%
(3). Seru kadang bosan 1 9,09%
(4). Pokok bahasan mudah dan gurunya yang top 1 9,09%
(5). Tidak menegangkan 1 9,09%
(6). Ustadz mengajar dnegan baik 1 9,09%
(7). Tidak berkomentar 1 9,09%
6 Hambatan dan solusi dalam belajar - 26 Mengalami hambatan 3 20%
Tidak mengalami hambatan 11 73,33%
Tidak menjawab 1 6,67%
Hambatanya:
(1). Tidak konsentrasi, rasa malas
(2). Banyak rumus, kurang teliti atau menentukan rumus yang dipakai
(3). Ketinggalan materi pelajaran
(4). Malas menghitung karena angka ynag terlalu rumit
(5). Tidak dapat mengerjakan soal yang sulit
(6). Sulit memahami pelajaran
Solusinya:
(1). Ketika tidak konsentrasi dan malas dengan mengingat UAN
(2). Ketika ketinggalan pelajaran, kurang teliti, malas menghitung, tidak dapat mengerjakan soal, sulit memahami pelajaran, dengan bertanya pada yang bisa, memahami lebih serius, mengulang-ulang/ mempelajari kembali
7 Harapan mengajar guru yang baik - 27 a. Mengenai sikap dan kepribadian guru dalam mengajar, siswa berpendapat guru yang baik adalah: ramah, tegas tapi tidak galak, lucu/kocak/humor, menyenangkan, serius tapi santai, tak mudah marah, enjoy, baik, enerjik, tidak sangar penampilannya, aktif dan bersemangat, serta sabar.
b. Mengenai cara menyampaikan materi, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru yang baik adalah: Penyampaian mudah dipahami dan tidak berbelit-belit, serta memberi rumus yang lebih mudah.
c. Mengenai perhatiannya kepada siswa, menurut mereka cara mengajar guru yang baik adalah: mengajak bicara dan diskusi muridnya (komunikatif), menyemangati muridnya, tidak pernah membandingkan anak satu dengan lainnya (adil), mengerti muridnya, dan bisa kompak dengan muridnya
PEDOMAN WAWANCARA GURU
1. Dalam kegiatan belajar mengajar, anda selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Apa alasan anda bersikap demikian? Bagaimana pendapat anda mengenai guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai efektifitas penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi?
3. Mengenai variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bagaimana anda mendesain kegiatan mengajar dengan kegiatan siswa?
4. Dalam kegiatan belajar siswa:
a) Apakah pernah mengadakan diskusi kelompok? Mengapa?
b) Bagaimana upaya anda membagi waktu, kapan harus menerangkan, dan kapan harus latihan soal?
c) Apakah anda selalu menyuruh siswa maju mengerjakan soal di depan kelas ketika ada latihan? Mengapa?
5. Bagaimana batasan anda mengadakan kontak pandang dengan siswa?
6. Apakah bentuk perhatian yang anda berikan kepada siswa, sehingga siswa merasa diperhatikan, tidak diacuhkan ?
7. Apakah anda selalu memberikan tugas atau menyuruh siswa banyak berlatih soal di rumah? Mengapa? Apakah anda selalu mengoreksi pekerjaan siswa, meneliti, atau menyuruh dikumpulkan? Bagaimana anda memantau kemampuan anak dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru?
8. Bentuk teguran yang bagaimanakah yang anda lakukan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan?
9. Bagaimanakah upaya anda memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar?
TRANSKRIP WAWANCARA GURU
A. Wawancara guru kelas akselerasi putra
1. P : “Dalam kegiatan belajar mengajar, anda selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Apa alasan anda bersikap demikian? Bagaimana pendapat anda mengenai guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
G : “Ingin menciptakan suasana yang menyenangkan, anak-anak aksel itu anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa, jadi hanya sedikit disentuh dengan sedikit rangsangan saja, mereka akan cepat tanggap. Guru yang mempunyai kesan ‘sangar’ menurut saya kurang cocok mengajar di kelas akselerasi, karena nanti anak malah justru tidak senang dengan guru. Selain itu, dengan tampil menyenangkan, saya ingin berusaha menghilangkan image bahwa matematika sulit, dalam belajar anak merasa enjoy, rileks, tidak tegang, dan materi pelajaran mudah diterima siswa. Kalau guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ menurut saya juga kurang cocok, karena akan menimbulkan suasana bosan, jenuh, tegang, terus nanti ditakutkan tidak suka dengan guru, dan yang paling parah nanti mereka tidak suka dengan pelajarannya.”
2. P : “Bagaimana pendapat anda mengenai efektifitas penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi?’
G : “Menurut saya perlu dan efektif sekali, karena kadang anak sulit untuk membayangkan materi. Anak-anak akselerasi itu anak yang pandai dengan daya imajinasi yang kuat. Dengan alat bantu tersebut dapat mengajak daya imajinasi siswa berkembang, dapat mengaitkan dengan hal lain. Selain itu anak-anak juga cepat paham, contohnya seperti kemarin menggunakan sepeda dengan rantai dan geriginya, dapat mengajak siswa berpikir bagaimana jika geriginya lebih besar yang depan atau sebaliknya, dengan jarak yang diubah-ubah. Penggunaan alat peraga memang tidak mutlak dilakukan, hanya untuk materi yang dianggap perlu dalam rangka mempermudah pemahaman mereka. Dengan keterbatasan waktu, dalam mengajar lebih banyak menggunakan sketsa saja selama siswa masih bisa memahaminya.”
3. P : “Mengenai variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bagaimana anda mendesain kegiatan mengajar dengan kegiatan siswa?’
G : “Dalam mengajar, pertama menjelaskan materi dengan ceramah. Penjelasan materi hanya untuk yang pokok-pokok saja, yang dirasa siswa kesulitan dalam memahami. Setelah itu diberi contoh soal dan cara penyelesaiannya. Metode mengajar yang dipakai adalah problem solving, yaitu dengan menghadapkan siswa pada suatu permasalahan untuk dipecahkan. Dengan problem solving, anak-anak akan mencari penyelesaian dengan bermacam-macam cara, mulai dari yang kurang lengkap sampai pada jawaban yang lengkap. Ketika penjelasan materi, siswa memperhatikan kemudian bertanya mengenai sesuatu yang kurang paham, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Setelah itu siswa diberi kesempatan berlatih soal, untuk kemudian maju mengerjakan di depan kelas. Dengan maju ke depan harapan saya adalah untuk melatih keberanian siswa, ingin tahu letak kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, dan menuntut siswa untuk serius mencoba. Selain pembelajaran diatas sebagai variasi, saya juga melaksanakan diskusi kelompok. Dengan diskusi kelompok, anak akan terdorong untuk belajar lebih dahulu, anak akan belajar bekerjasama memecahkan masalah dengan siswa lain, melatih menyampaikan pendapat,dan lain sebagainya. Pelaksanaan diskusi kelompok ini juga harus memperhatikan waktu, apakah memungkinkan atau tidak.
4. P : “Dalam kegiatan belajar siswa:
d) Apakah pernah mengadakan diskusi kelompok? Mengapa?
e) Bagaimana upaya anda membagi waktu, kapan harus menerangkan, dan kapan harus latihan soal?
f) Apakah anda selalu menyuruh siswa maju mengerjakan soal di depan kelas ketika ada latihan? Mengapa?”
G : “a. Ya, saya pernah mengadakan diskusi kelompok sekali dalam satu pokok bahasan sebagai variasi belajar saja, agar tidak bersifat monoton. Mengenai kegiatan diskusi memang ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya, dengan diskusi kelompok siswa akan sedikit lebih paham dahulu sebelum dijelaskan guru, karena sebelum diskusi, siswa terdorong untuk mempersiapkan diri dengan belajar sebelum presentasi. Selain itu juga untuk melatih keberanian, kerjasama, juga mendorong siswa untuk bisa, karena terkadang anak punya rasa gengsi jika melihat teman yang lain bisa, sedangkan ia sendiri tidak bisa. Sedangkan kelemahannya, anak kadang ada yang kurang aktif, terlalu mengharapkan teman yang aktif, materi terkadang juga tidak tuntas, waktu yang dibutuhkan juga banyak.”
b. Sesuai rencana pengajaran, disesuaikan. Jika untuk satu jam pelajaran selama 40 menit, 15 menit menerangkan, 10 menit latihan soal, dan 15 menit maju ke depan. Kalau dua jam pelajaran selama 80 menit, 20-30 menit menerangkan, 10 menit menyuruh mengerjakan di buku, dan 40-50 menit menyuruh mengerjakan di depan kelas. Secara umum saya lebih banyak waktu untuk latihan soal, paling tidak 30% waktu saya gunakan untuk menerangkan, 30% mengerjakan laihan dibuku, dan 40% mengerjakan di depan kelas. Sambil berlatih soal saya juga dapat sambil menerangkan. Perencanaan seperti itu tidak mutlak saya lakukan, namun diusahakan, tergantung situasi dan kondisi.
c. Ya, saya selalu menyuruh siswa untuk meju mengerjakan di depan kelas, karena agar anak tertuntut untuk bisa dan serius dalam berlatih, tidak hanya mencontoh teman, selain itu juga tahu benar letak kesalahan siswa dimana dan kekurangannya apa. Juga melatih keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat melalui tulisan. Dalam prosedur pelaksanaannya, anak masih ada yang bawa buku, namun ada juga yang tidak membawa.”
5. P : “Bagaimana batasan anda mengadakan kontak pandang dengan siswa?"
G : “Tidak terlalu ada batasnya, masalahnya kelas putra. Kontak pandang sekilas seperlunya saja, yang wajar- wajar saja. Jika mengajar di kelas putri, terkadang harus jaga pandangan, karena sudah banyak dari mereka yang sudah paham untuk selalu jaga pandangan. Namun jika tidak melanggar syariat juga santai saja, mereka juga masih anak-anak, lain halnya jika sudah lebih dewasa. Siswa kelas akselerasi jumlahnya sedikit, sehingga mudah untuk membagi pandangan secara merata."
6. P : “Apakah bentuk perhatian yang anda berikan kepada siswa, sehingga siswa merasa diperhatikan, tidak diacuhkan ?"
G : “Kontak pandang juga wujud perhatian, memberi reward atau nilai plus bagi yang aktif dan memperhatikan. Terkadang selain itu juga ditanya masalah pribadi, jika nilainya kurang bagus ditanya ada masalah apa, diajak ngobrol."
7. P : “Apakah anda selalu memberikan tugas atau menyuruh siswa banyak berlatih soal di rumah? Mengapa? Apakah anda selalu mengoreksi pekerjaan siswa, meneliti, atau menyuruh dikumpulkan? Bagaimana anda memantau kemampuan anak dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru?”
G : “Tugas kalau dikumpulkan jarang, tetapi kalau menyuruh berlatih di rumah sering, misalnya jika pada waktu latihan di kelas belum selesai, biasanya saya menyuruh melanjutkannya di rumah, karena dengan banyak berlatih, kita akan bisa matematika. Untuk mengecek apakah siswa mencoba atau tidak, biasanya saya mengontrol keliling melihat catatan dan tanya sudah mengerjakan atau belum. Untuk pembahasan tidak selalu semua soal, hanya soal yang kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Untuk banyak berlatih di rumah, saya kurang banyak menuntut selalu mengerjakan, karena mengingat tugas siswa di luar jam sekolah sudah banyak. Siswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu belajar di kelas dengan sebaik-baiknya. Untuk latihan soal di kelas diusahakan dibahas dengan menyuruh mereka maju ke depan. Untuk memantau pemahaman siswa biasanya dengan latihan dan tugas, catatan dikontrol satu persatu ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, selain itu dengan tes formatif."
8. P : “Bentuk teguran yang bagaimanakah yang anda lakukan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan?”
G : “Pertama melalui perubahan mimik, dengan diam sebentar. Dengan diam sebentar mereka sudah cepat tanggap. Setelah itu jika masih diulangi kembali, menegurnya dengan lisan secara bertahap, beberapa kali, tapi jangan sampai ‘menjatuhkan’ siswa, dengan pendekatan yang halus melalui nasehat. Sanksi keras dengan hukuman mengerjakan soal sampai 10 kali, berdiri di depan kelas. Namun sanksi ini belum pernah dilakukan di kelas akselerasi, karena kondisi masih dapat terkontrol.”
9. P : “Bagaimanakah upaya anda memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar?”
G : “Secara verbal memberi pujian yang bisa dan nilainya bagus, berusaha menghilangkan image bahwa matematika sulit dengan berusaha tampil menyenangkan, mulai dari gaya mengajar sampai cara menyampaikan materi. Selain itu berusaha mencari dan menjelaskan manfaat apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, dipancing agar mau bersaing dengan teman, dan memberi perhatian atau care terhadap masalah yang dihadapi siswa.”
B. Wawancara guru kelas akselerasi putri
1 P : “Dalam kegiatan belajar mengajar, anda selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa. Apa alasan anda bersikap demikian? Bagaimana pendapat anda mengenai guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
G : “Biar suasana tidak stagnan, tidak mudah bosan, menarik, sehingga membuat anak mudah berpikir, rileks tidak tegang. Kalau mengajar yang serius terus, atau malah ‘horor’ menurut saya kurang cocok digunakan dalam mengajar. Dari segi guru, jika tidak rileks, akan kelihatan spaneng terus mudah capek rasanya, pikiran tidak bisa berkembang dan susah berimprovisasi atau menampakkan daya tarik. Selain itu kondisi anak tegang dan tertekan nanti malah tidak suka dengan gurunya, dan lebih parah lagi jika terus tidak suka dengan mata pelajarannya.”
2 P : “Bagaimana pendapat anda mengenai efektifitas penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi?’
G : “Perlu sih sebagai alat bantu kalau memang siswa sangat sulit untuk memahami suatu materi. Tapi kalau saya tidak selalu. Pada waktu mengajar pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran kemarin yang saya pakai hanya alat biasa untuk menggambar garis singgung pada lingkran. Untuk menjelaskan yang lain atau latihan soal, saya hanya buat sketsa tanpa penggaris, jangka atau alat lain, karena anak sudah bisa memahami, selain itu juga mengingat waktu belajar yang lebih singkat.”
3 P : “Mengenai variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bagaimana anda mendesain kegiatan mengajar dengan kegiatan siswa?’
G : “Kalau saya lebih banyak menjelaskan saat pelajaran, setelah itu beri contoh soal, lalu latihan, yang tidak bisa dibahas. Saya jarang menyuruh siswa maju mengerjakannya ke depan. Jadi saya yang menulis di papan tulis, tapi sambil mengajak anak sama-sama berpikir mengerjakan, mereka yang mencari penyelesaiannya. Saya memberikan petunjuk ketika siswa mengalami kesulitan. Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terkontrol dan berjalan lebih cepat. Jika terlalu banyak latihan dan harus maju ke depan, nanti ditakutkan waktu tidak cukup.
4 P : “Dalam kegiatan belajar siswa:
d. Apakah pernah mengadakan diskusi kelompok? Mengapa?
e. Bagaimana upaya anda membagi waktu, kapan harus menerangkan, dan kapan harus latihan soal?
f. Apakah anda selalu menyuruh siswa maju mengerjakan soal di depan kelas ketika ada latihan? Mengapa?”
G : “a. Belum pernah. Kalu menurut saya, anak tidak siap, pelayanan terhadap anak kurang, sehingga anak yang pintar dan aktif makin pintar, yang kurang makin tidak bisa. Selain itu juga butuh waktu banyak, waktu kadang molor, dan materi kadang belum tuntas.
b. Lebih banyak menerangkan, dijelaskan dulu, contoh soal, baru latihan. Guru tinggal menjelaskan mana yang belum paham, yang dirasa sulit dan yang dianggap penting untuk dijelaskan, masalahnya percaya kalau materi yang mudah anak sudah bisa. Dengan demikian dapat efisiensi waktu.
c. Jarang, karena lebih banyak menyita waktu. Ketika ada latihan soal, siswa diberi waktu mengerjakan terlebih dahulu, setelah itu akan tahu mana yang dirasa sulit. Untuk pembahasan soal yang dirasa mudah dikerjakan hanya sekilas saja. Untuk pembahasan, saya yang menulis dipapan tulis, tapi sama aja yang mengerjakan siswa, saya minta pendapat siswa bagaimana mengerjakannya, saya tinggal menuliskan saja agar waktu lebih cepat. Ketika siswa mengalami hambatan dalam berpikir mengerjakannya, saya memberikan rangsangan petunjuk untuk mencari penyelesaiannya. Saya cenderung mengejar peguasaan materi dari pada kepribadian, seperti: sikap berani, bekerjasama dan lain sebagainya karena waktu yang singkat”.
5 P : “Bagaimana batasan anda mengadakan kontak pandang dengan siswa?"
G : “Tidak masalah, wajar saja, tergantung anak. Kalau paham pentingnya menjaga pandangan, saya juga menyesuaikan. Ini kalau di kelas putri, namun di kelas putra tidak begitu bermasalah."
6 P : “Apakah bentuk perhatian yang anda berikan kepada siswa, sehingga siswa merasa diperhatikan, tidak diacuhkan ?"
G : “Ya, menanggapi setiap pertanyaan, melakukan kontak pandang untuk mengetahui sikap anak paham atau tidak terhadap materi."
7 P : “Apakah anda selalu memberikan tugas atau menyuruh siswa banyak berlatih soal di rumah? Mengapa? Apakah anda selalu mengoreksi pekerjaan siswa, meneliti, atau menyuruh dikumpulkan? Bagaimana anda memantau kemampuan anak dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru?”
G : “Ya, matematika tanpa latihan tidak bisa. Kalau PR tidak saya koreksi, untuk tugas dikumpulkan, satu semester 2-4 kali. Saya lebih banyak menuntut kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan dari pada mengoreksinya. PR jika terlalu sering diberikan anak kasihan juga, karena tugas mereka di luar jam sekolah sudah terlalu banyak. Untuk memantau kemampuan anak, dalam memahami materi lewat evaluasi/tes, menyuruh anak bertanya mana yang dirasa mengalami kesulitan. Untuk catatan, saya tidak selalu pedulikan, karena banyak juga siswa yang pintar walaupun tanpa catatan."
8 P : “Bentuk teguran yang bagaimanakah yang anda lakukan ketika siswa melakukan hal yang kurang berkenan?”
G : “Biasa lewat sindiran, langsung diajak ngobrol, tapi kadang diam sebentar anak sudah paham sendiri. Hindari teguran yang menyinggung perasaan siswa”
9 P : “Bagaimanakah upaya anda memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar?”
G : “Melalui pengalaman pribadi atau cerita tentang orang sukses, menceritakan penyebab keburukan atau kegagalan orang lain.”
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
1. Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa? Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?
2. Menurut anda, seberapa pentingkah penggunaan media/alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi ?
3. Menurut anda, bagaimanakah proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa berlatih soal? Mengapa?
4. Menurut anda, perlukah kegiatan diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar? Mengapa?
5. Menurut anda, bagaimanakah bentuk teguran yang seharusnya diberikan guru kepada siswa, ketika siswa melakukan sesuatu hal ynag kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar?
6. Menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara guru memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam belajar?
TRANSKRIP WAWANCARA SISWA
A. Siswa kelas akselerasi putra
1 P : “Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa? Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
S1 : “Senang, enak karena belajar jadi enjoy, tidak ada rasa takut dengan guru, sehingga mudah berpikir. Kalau kelemahannya kadang banyak anak ramai. Tetapi masih bisa dikontrol walau jarang diingatkan. Terus kalau guru yang ‘serius’ terus tidak suka, karena jadi tegang, tertekan, dan bosan.”
S2 : “Senang, karena enak berpikir, tidak sulit, tapi kadang rebut, jarang diingatkan, jadi ketinggalan pelajaran. Terus kalau guru yang selalu ‘serius’ kurang suka, karena tertekan, pusing, sulit masuk pelajarannya.”
S3 : “Senang, bisa cepat paham, karena tidak tertekan, sehingga materi cepat mudah masuk. Kelemahannya kadang ramai. Kalau guru yang ‘serius’ terus kurang suka karena membuat merasa tertekan dan pusing.”
S4 : “Senang, rileks, mudah paham dan tidak jenuh. Kelemahannya kadang ramai, kurang terkontrol, materi tidak bisa cepat. Kalau guru yang ‘serius’ tidak suka, masalahnya bikin pusing.”
S5 : “Senang, rileks, mudah nangkap pelajaran, santai, tidak tertekan, pelajaran mudah masuk. Kelemahannya kadang ramai. Terus guru yang selalu ‘serius’ tidak suka, merasa tegang, tertekan, tidak enak, suntuk, materi susah masuk.”
S6 : “Senang, tidak suntuk, ustadz mudah diajak komunikasi, bisa dekat dengan ustadznya, tahu kekurangan dan kelemahan kita. Kelemahannya kadang ribut, jarang ditegur, materi molor. Kalau guru yang ‘serius’ terus tidak suka, suntuk, tertekan, pelajaran susah masuk.”
2 P : “Menurut anda, seberapa pentingkah penggunaan media/alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi ?”
S1 : “Penting juga, biar lebih paham.”
S2 : “Penting, kalau secara langsung tahu mudah diingat.”
S3 : “Tidak terlalu penting, tidak pakai juga tidak apa-apa, karena masih bisa dibayangkan. Kebanyakan materi masih bisa dinalar. Nanti kalau sering pakai, kadang terlalu repot, butuh waktu juga.”
S4 : “Kadang perlu, kadang tidak. Kalau yang butuh bantuan agar lebih paham, yang sulit untuk dibayangkan saja. Tetapi kebanyakan masih mudah dipahami, jadi tidak terlalu perlu, agar waktu lebih cepat.”
S5 : “Perlu, gampang ingat materi, lebih mudah paham.”
S6 : “Perlu, biar mudah dipahami dan lebih jelas.”
3 P : “Menurut anda, bagaimanakah proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa berlatih soal? Mengapa?”
S1 : “Guru lebih banyak menjelaskan lalu latihan. Materi yang diajarkan yang pokok-pokok saja. Lebih banyak menjelaskan karena senang, tidak banyak maju mengerjakan di depan.”
S2 : “Lebih banyak menjelaskan, karena senang.”
S3 : “Yang imbang antara menjelaskan dan latihan soal, Karena biar tidak merasa bosan.”
S4 : “Lebih banyak latihan, penjelasan sedikit yang dirasa susah dipahami. Karena nanti sambil berlatih bisa sambil menjelaskan.”
S5 : “Lebih banyak menjelaskan. Nanti latihan soal bisa di rumah. Jadi yang belum jelas waktu belajar di rumah, nanti ditanyakan ustadz biar dijelaskan.”
S6 : “Penjelasan lebih banyak, karena agar lebih paham. Untuk berlatih nanti bisa sendiri.”
4 P : “Menurut anda, perlukah kegiatan diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar? Mengapa?”
S1 : “Perlu, tapi jangan terlalu sering, biar tidak bosan, biar menuntut anak untuk belajar dulu agar bisa manjelaskan. Tapi susahnya kadang anak belum terbiasa, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membahas materi.”
S2 : “Ya sesekali dalam pokok bahasan biar tidak bosan, bisa belajar menjelaskan dan menjawab pertanyaan, bisa melatih kerjasama dengan siswa lain.”
S3 : “Perlu sesekali untuk mengetahui keaktifan siswa, untuk nanti mengajari yang kurang aktif, melatih kerjasama, bicara, dan menjelaskan.Tapi terkadang terlalu menyita waktu, materi terlambat.”
S4 : “Perlu sesekali, karena bisa saling ngajari, yang tidak paham bisa diajari, tidak tergantung guru terus, melatih kerjasama dan keberanian tampil ke depan. Hal negatif yang muncul materi menjadi agak molor.”
S5 : “Perlu, tapi jangan terlalu sering, agar lebih inovatif, melatih bicara, menjelaskan, kerjasama, ada tuntutan untuk belajar. Hal negatif yang muncul materi agak molor.”
S6 : “Ya, tapi tidak terlalu sering, karena bisa melatih bicara, menjelaskan, kerjasama teman. Namun kadang materi jadi molor.”
5 P : “Menurut anda, bagaimanakah bentuk teguran yang seharusnya diberikan guru kepada siswa, ketika siswa melakukan sesuatu hal ynag kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar?”
S1 : “Secara halus dan bertahap. Diperingatkan maksimal tiga kali baru diberi sanksi. Untuk sanksi bisa mengerjakan soal, karena ada manfaatnya. Ketika diberikan sanksi dengan dikeluarkan, dipukul, atau yang bersifat kekerasan kurang sepakat, karena anak bisa ketinggalan pelajaran.”
S2 : “Yang halus, kalau bandel boleh dimarahi, teguran secara bertahap, sanksi jangan bersifat kekerasan. Jika dipukul atau dikeluarkan dari kelas nanti siswa dapat ketinggalan pelajaran.”
S3 : “Diam sebentar kadang sudah tahu sendiri, teguran dengan nasehat yang halus, bertahap tiga kali masih melakukan baru diberikan sanksi. Sanksi berikan latihan soal saja, tidak suka dimarahi.”
S4 : “Nasehat bertahap, sanksi diberikan jika paling tidak sudah tiga kali teguran masih mengulanginya. Sanksi dengan diberi latihan soal, dimarahi biar kapok, tapi yang mendidik.”
S5 : “Nasehat dan motivasi agar tidak mengulangi lagi, agar jadi lebih baik, teguran bertahap. Sanksi diberikan jika memang sudah keterlaluan. Sanksi dengan dimarahi, latihan soal biar kapok.”
S6 : “Nasehat bertahap, jika masih bandel berikan sanksi dengan latihan soal yang lebih banyak.”
6 P : “Menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara guru memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam belajar?”
S1 : “Berikan nasehat, kasih contoh orang-orang yang berhasil yang diajar oleh ustadz, dikasih pujian tapi jangan berlebihan, hanya sekedar senang saja, ntar malah jadi besar kepala terus tidak belajar.”
S2 : “Kasih nasehat yang mendidik agar belajar terus dan tidak malas belajar, beri sindiran kalau belajar merupakan kebutuhan sendiri.”
S3 : “Nasehat, pujian agar senang tapi jangan terlalu berlebihan agar tidak besar kepala, terus malah tidak mau belajar.”
S4 : “Disadarkan untuk lebih mandiri, dipuji agar senang, dan beritahu manfaat dalam kehidupan sehari-hari.”
S5 : “Dinasehati agar semangat, dipuji agar senang tapi jangan berlebihan.”
S6 : “Nasehat belajar sebagai kebutuhan, jangan memberikan pujian secara berlebihan, ntar besar kepala.”
B. Wawancara kelas akselerasi putri
1 P : “Bagaimanakah pendapat anda megenai sikap guru yang selalu tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa? Bagaimanakah pendapat anda mengenai sikap guru yang dalam mengajar menimbulkan kesan ‘serius’ terus?”
S1 : “Senang, tidak kaku, mudah nyerap materi. Kalau guru yang selalu ‘serius’ gak suka karena akan kaku, terus tegang. Namun suasana yang kadang terjadi jika terlalu santai, siswa ramai dan kurang terkontrol.”
S2 : “Senang, lebih akrab dengan ustadz, trus belajar seperti refresing. Tapi memang kadang anak jadi ramai, pelajaran molor. Kalau sama guru yang selalu ‘serius’ terus, kurang suka, karena lihat ustadznya aja sudah ga suka, trus ditakutkan jadi tidak suka sama pelajarannya, susah dipelajari karena sudah tidak mood dulu.”
S3 : “Senang, materi langsung masuk, ga beranggapan pelajaran sulit, karena suasana bisa santai dan rileks, tapi kadang memang kalau terlalu, siswa banyak bercanda, pelajaran tidak cepat tuntas. Kalau guru yang selalu ‘serius’ terus, kurang suka, karena suasana ga bisa santai dan rileks, tegang, sehingga materi susah masuk.”
S4 : “Senang, karena bisa serius tapi tetap santai, sehingga materi mudah masuk, terus anggapan matematika sulit akan hilang, karena ustadz enak ngajarnya. Tapi kadang anak terus banyak bercanda, namun tahu sendiri batas-batasnya, tidak keterlaluan. Kalau guru yang selalu ‘serius’ kurang suka karena tidak bisa santai, terus jadi kebalikannya.”
S5 : “Senang, karena bisa enjoy dalam belajar, walau senang namun kadang terlalu banyak bercanda, ramai, nyepelein. Kalau guru yang ‘serius’ kurang suka karena bisa merasa tertekan dalam belajar, trus stres, pelajaran jadi susah masuk”
S6 : “Senang, suasana ga tegang, rileks. Ya kadang yang terjadi siswa ramai dan kurang terkontrol, lupa tujuan semula, materi ga selesai. Kalau guru yang selalu ‘serius’ ga senang, karena dalam belajar jadi ga enak, jadi kurang suka sama ustadznya, trus ga suka sama pelajarannya.”
2 P : “Menurut anda, seberapa pentingkah penggunaan media/alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi ?”
S1 : “Perlu, karena ada yang tak langsung nyambung sama materi, jadi agar lebih paham. Tapi kadang tanpa media sudah mudah paham dan dimengerti.”
S2 : “Perlu, langsung tahu penggunaanya.”
S3 : “Perlu agar lebih paham.”
S4 : “Perlu, agar lebih mudah bayanginnya.”
S5 : “Perlu, untuk lebih mudah bayangin langsung.”
S6 : “Perlu, biar bisa lihat langsung.”
3 P : “Menurut anda, bagaimanakah proporsi waktu antara guru menjelaskan dengan siswa gerlatih soal? Mengapa?”
S1 : “Imbang, jelasin dulu terus latihan soal, agar nyantai, ga bosan, sambil latihan pun guru bisa sambil menjelaskan.”
S2 : “Imbang, agar lebih banyak variasi, ga bosan, kalau banyak latihan soal pusing.”
S3 : “fifty-fifty, jelasin dulu baru latihan biar ga bosan.”
S4 : “banyak menjelaskan, dikit latihan, masalahnya latihan bisa di luar jam pelajaran atau di rumah, kalau di kelas tinggal menjelaskan yang dirasa kurang paham.”
S5 : “fifty-fifty, yang dijelaskan yang kurang paham saja, biar ga bosan.”
S6 : “Lebih banyak latihan, karena sambil latihan bisa menjelaskan.”
4 P : “Menurut anda, perlukah kegiatan diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar? Mengapa?”
S1 : “Perlu sesekali, agar bisa belajar aktif, melatih kerjasama, ada variasi biar ga bosan. Tapi kalau diskusi kelompok, yang aktif hanya beberapa, sehingga ada yang hanya terlalu berharap pada teman yang aktif, yang aktif makin aktif, yang tidak diam saja.”
S2 : “Perlu sesekali, melatih kerjasama, menyampaikan pendapat, tertuntut untuk selalu belajar dulu. Tapi kadang butuh waktu lama, karena belum terbiasa dan anak mikirnya lama.”
S3 : “Perlu sesekali, bisa kerjasama dengan teman, bisa saling kasih tahu mana yang salah dan mana yang benar. Tapi kadang juga butuh waktu lama dan pelajaran kurang tuntas.”
S4 : “Perlu sesekali, selalu tertuntut untuk belajar, bisa berlatih aktif, kerjasama dengan teman, bisa saling melengkapi. Kalau kelemahannya waktu terlalu lama, trus ada anak yang cuma nimbrung berharap sama temannya.”
S5 : “Perlu, bisa saling bantu, bisa diskusi seperti debat dengan teman-teman, trus tertuntut untuk belajar terlebih dahulu. Kelemahannya waktu lama, kadang malah ga selesai materinya.”
S6 : “Perlu, bisa tukar pikiran, menambah pengetahuan dari siswa lain, melatih menyampaikan pendapat, kerjasama. Kelemahannya membutuhkan waktu lama.”
5 P : “Menurut anda, bagaimanakah bentuk teguran yang seharusnya diberikan guru kepada siswa, ketika siswa melakukan sesuatu hal ynag kurang berkenan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar?”
S1 : “Dengan sindiran atau diam sebentar biasanya sudah tahu sendiri, dinasehati agar jangan dicontoh, teguran bertahap. Kalau memang sudah keterlaluan dikeluarkan saja, tapi jangan dengan kekerasan.”
S2 : “Halus, anak sudah tahu/pintar, teguran bertahap, kalau keterlaluan dikeluarkan saja suruh mengerjakan tugas biar mendidik, tak kelihatan hanya membiarkan saja.”
S3 : “Lunak, ga terlalu menyinggung, bertahap, sanksi jika terlalu dengan banyak latihan soal.”
S4 : “Yang lunak, mendidik, bertahap, jika keterlaluan diberi sanksi dengan mengerjakan tugas lebih banyak.”
S5 : “Bertahap, diam dulu biasanya sudah sadar, kalau belum, siswa yang bandel dikasih sanksi, misalnya dengan mengerjakan latihan soal di depan kelas.”
S6 : “Bertahap, diam dulu, trus dengan sindiran. Kalu masih bandel kasih sanksi mengerjakan tugas atau maju ke depan. Saya ga suka jika dikeluarkan dari kelas, karena bisa tertinggal pelajaran.”
6 P : “Menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara guru memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam belajar?”
S1 : “Dibesarin hatinya agar tidak minder, lebih bersahabat dengan siswa.”
S2 : “Menjalin keakraban, soal yang sulit dibahas dengan bahasan yang mudah dimengerti agar siswa tidak jenuh.”
S3 : “Dibanding-bandingkan dengan kelas/siswa yang pandai agar mau bersaing, dinasehati dengan motivasi-motivasi.”
S4 : “Diberi nasehat yang berisi motivasi-motivasi.”
S5 : “Diberi dukungan agar belajar rajin, kasih kisi-kisi ulangan.”
S6 : “Menceritakan pengalaman pribadi/orang lain agar meniru, guru memberikan kesan yang menyenangkan dan menasehati memberi kesan bahwa pelajaran tidak susah atau gampang”
TRIANGULASI DATA
UPAYA DAN HAMBATAN GURU MENGADAKAN VARIASI KELAS AKSELERASI PUTRA
No Komponen Keterampilan Analisis Hasil Observasi Analisis Hasil Angket Guru Dukungan Hasil Angket Siswa, Wawancara Guru dan Siswa
1 Variasi gaya mengajar
a. Variasi suara Bervariasi, tidak monoton, jelas, sesuai dengan situasi dan kondisi, jarang menggunakan nada tinggi yang menunjukkan sikap marah, sikap humor dengan variasi suara yang disesuaikan Guru menggunakan intonasi berbeda, kadang bersifat humor • Angket siswa: sebagian siswa berpendapat suara guru kadang lemah dan pelan sesuai situasi dan kondisi, guru sangat aktif dan bersemangat.
Guru menggunakan variasi suara yang tidak monoton, jelas, sesuai dengan situasi, kondisi, dan tujuan tertentu. Guru tidak pernah menggunakan kata-kata kasar yang menyinggung perasaan. Sikap aktif dan semangat guru nampak dalam berbicara, sehingga membuat siswa antusias.
b. Perubahan mimik dan gerak Mimik dan gerak disesuaikan dengan ekspresi ucapan, senantiasa tersenyum, ceria, jarang menunjukkan ekpresi marah yang berlebihan, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, atau menunjukkan ekspresi wajah yang sinis. Senantiasa tersenyum, kadang menunjukkan sikap marah. • Angket siswa: sebagian besar berpendapat guru sangat aktif dan bersemangat, kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah.
Gerakan tidak monoton kadang duduk, berdiri dan berpindah-pindah. Ekspresi mimik dan gerak juga digunakan sebagai isyarat maksud tertentu. • Wawancara guru: guru senantiasa tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa karena ingin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghilangka image matematika sulit, dalam belajar anak merasa enjoy, rileks, dan tidak tegang. Sikap ‘serius’ terus guru kurang merasa senang dan cocok.
• Wawancara siswa: sebagian merasa senang dengan sikap guru yang senantiasa tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa.
Perubahan mimik dan gerak disesuaikan dengan ekspresi ucapan. Guru berusaha tampil menyenangkan dengan nampak bersemangat dalam mengajar, senantiasa tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, sehingga suasana belajar siswa enjoy, rileks, dan tidak tegang atau merasa tertekan.
c. Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan Diberikan ketika memberi waktu berpikir bagi siswa, teguran halus, manarik perhatian, menunggu siswa mencatat dan berusaha menyimpulkan materi yang disampaikan. Ketika memberi tugas atau latihan, menunggu jawaban, memberi waktu siswa untuk menyimpulkan materi. • Angket siswa: Ketika siswa ramai, menarik perhatian, memberi waktu berpikir sejenak.
Kesenyapan memang diberikan ketika memberikan waktu berpikir, menanti siswa mencatat dan menyimpulkan materi, sebagai teguran halus, dan menarik perhatian siswa.
d. Melakukan kontak pandang Diupayakan merata, tak pilih kasih baik dengan berkeliling mendekati siswa maupun berdiri ditempat. Sikap guru yang senantiasa tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap dan cara kontak pandang yang menyenangkan, tidak nampak sinis, dan menunjukkan rasa antusias. Mengelilingi anak dari satu meja ke meja lain. • Angket siswa: sebagian besar sudah merasa dipandang guru.
• Wawancara guru: kontak pandang dilakukan seperlunya, wajar-wajar saja, karena siswa yang diajar dan yang mengajar putra, maka tidak begitu bermasalah, lain halnya jika siswa yang diajar putri, kadang harus menyesuaikan. Jumlah siswa yang sedikit mempermudah membagi pandangan.
Kontak pandang diupayakan merata, tidak pilih kasih. Pandangan menyenangkan, tidak nampak sinis. Kontak pandang dilakukan secara wajar dengan berdiri di tempat maupun dengan berjalan mendekati siswa. Karena siswa dan yang mengajar sama-sama putra, guru tidak begitu mengalami masalah dalam melakukan kontak pandang.
e. Perubahan posisi Tidak stagnan, kadang duduk, berdiri, dan berpindah-pindah ke depan, tengah, belakang. Perubahan posisi dilakukan secara wajar tidak berlebihan yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. Berpindah di depan dan di belakang • Angket siswa: sebagian besar berpendapat guru sangat aktif dan bersemangat perubahan posisi kadang duduk, berdiri, dan berpindah-pindah.
Perubahan posisi guru tidak stagnan, kadang duduk, berdiri, dan berpindah-pindah ke depan, tengah, belakang. Perubahan posisi dilakukan secara wajar tidak berlebihan yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. Sikap aktif dan semangat juga nampak dalam perpindahan posisi.
f. Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting Sering menggunakan kata ‘perhatikan’ kemudian dikotaki, kadang disampaikan dua kali, kadang siswa sendiri yang mengulangnya. Kadang menggunakan kata ‘perhatian’ untuk menarik perhatian siswa dan menyampaikan apa yang perlu diperhatikan. Diulang-ulang sampai dua kali dan menyuruh siswa mengulang sendiri. • Angket siswa: sebagian besar menjawab guru selalu memberi penekanan terhadap materi/hal yang dianggap penting untuk diperhatikan siswa.
Terhadap materi/hal yang dianggap penting untuk diperhatikan siswa, guru selalu memberikan penekanan. Dalam memberikan, guru sering menggunakan kata ’perhatikan’ dan ‘perhatian’ kemudian menulisnya di papan tulis dan dikotaki. Terkadang juga disampaikan dua kali, kadang siswa sendiri yang mengulangnya.
Hambatan dalam mengadakan variasi gaya mengajar Hambatan yang dihadapi:
• Kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan.
• Kondisi guru dan siswa yang kurang mendukung. Anak sulit nangkap pokok bahasan • Angket siswa: ada sebagian yang tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, tidak terlalu tertarik dengan pokok bahasan, malas belajar, kesulitan mengerjakan soal atau memahami rumus.
Hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi adalah kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan, karena tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar dan kondisi guru dan siswa yang kurang mendukung, seperti capek, malas, dan lain sebagainya.
2 Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran
a. Variasi penggunaan media
Hambatan Menggunakan media: white board, spidol, penggaris, jangka, pralon dan benang, serta sepeda. Menggunakan media: white board, spidol, penggaris, jangka sorong, jangka, pralon dan benang, serta sepeda. • Angket siswa: sebagian siswa dapat menyebutkan media yang digunakan.
• Wawancara guru: penggunaan media sangat efektif untuk mempermudah pemahaman siswa dan mengajak daya imajinasi siswa berkembang.
• Wawancara siswa: sebagian ada yang menjawab perlu agar mudah memahami atau mengalami kesulitan jika hanya dengan membuat ilustrasi saja. Sebagian menjawab tidak menggunakan juga tidak mengapa jika siswa sudah mudah untuk memahami.
Media digunakan agar mempermudah pemahaman siswa, jika siswa mengalami kesulitan memahami materi jika hanya membuat ilustrasi saja. Guru berupaya menggunakan media dengan maksud dan tujuan tertentu. Penggunaan media juga mempertimbangkan singkatnya waktu belajar.
Kadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada, sehingga guru harus membuat sendiri. Tidak mengalami hambatan.
Hambatan yang dihadapi dalam mengadakan variasi penggunaan media ialah tidak tersedianya media yang dibutuhkan, karena memang tidak ada laboratorium khusus alat peraga. Sehingga terpaksa guru harus membuat sendiri.
b. Variasi bahan ajar
Hambatan Menggunakan literatur lain selain buku pegangan siswa dan diskusi dengan guru. Menggunakan lebih dari satu buku. • Angket siswa: soal bervariasi ada yang sangat mudah dan cukup mudah dipahami. Begitu pula untuk pertanyaan guru sebagian siswa ada yang selalu bisa menjawab dan sebagian ada yang kadang bisa kadang tidak.
Untuk variasi bahan ajar, ketika kegiatan belajar mengajar, guru membawa buku lain selain buku pegangan siswa. Katika memberikan soal terlihat ada siswa yang bisa mengerjakan dan ada yang tidak bisa. Hal ini menunjukkan tingkat kesulitan soal yang bervariasi. Di kantor guru terkadang guru juga saling diskusi.
Kurangnya waktu untuk lebih variatif soal di luar buku pegangan siswa Tidak mengalami masalah
Hambatan guru dalam upaya mengadakan variasi bahan ajar ialah kurangnya waktu, sehingga guru sering hnaya menggunakan buku yang menjadi pegangan siswa
3 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa Pola interaksi sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru berupaya menciptakan hubungan baik, menyenangkan dengan banyak tersenyum dan humoris. Variasi kegiatan belajar siswa dengan menyuruh siswa maju ke depan dan diskusi kolompok. Menyuruh siswa maju ke depan dan melakukan diskusi kelompok • Angket siswa: kesempatan bekerja dengan siswa lain, sebagian siswa menjawab kadang-kadang dan sebagian kecil menjawab sering. Keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar cukup banyak, bicara guru sudah cukup.
• Wawancara guru: guru lebih banyak menyuruh siswa berlatih dan maju mengerjakan ke depan.
• Wawancara siswa: Ada siswa yang suka banyak berlatih, ada yang suka banyak menjelaskan, dan ada yang suka imbang antara menjelaskan dan banyak berlatih soal.
Pola interaksi sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru berupaya menciptakan hubungan baik, menyenangkan dengan banyak tersenyum dan humoris. Variasi kegiatan belajar siswa dengan menyuruh siswa maju ke depan dan diskusi kelompok. Kegiatan belajar mengajar terkadang disesuaikan dengan kondisi siswa pada waktu itu.
Hambatan Hambatan yang dihadapi:
• Siswa tidak siap dan paham benar terhadap materi
• Kondisi siswa yang kurang mendukung
• Waktu belajar yang relatif singkat Kadang anak tidak siap benar dan paham benar. • Angket siswa: tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, kesulitan mengerjakan soal, memahami rumus, malas belajar, dan kelas ramai.
Hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa adalah siswa tidak siap dan paham benar terhadap materi karena persiapan siswa yang kurang, kondisi siswa yang kurang mendukung seperti malas, ramai dan lain sebagainya, dan waktu belajar yang relatif singkat.
TRIANGULASI DATA
UPAYA DAN HAMBATAN GURU MENGADAKAN VARIASI KELAS AKSELERASI PUTRI
No Komponen Keterampilan Analisis Hasil Observasi Analisis Hasil Angket Guru Dukungan Hasil Angket Siswa, Wawancara Guru dan Siswa
1 Variasi gaya mengajar
a. Variasi suara Bervariasi, tidak monoton, jelas, sesuai dengan situasi dan kondisi, jarang menggunakan nada tinggi yang menunjukkan sikap marah, sikap humor dengan variasi suara yang disesuaikan. Guru menggunakan intonasi yang tidak monoton, suara keras dan jelas. • Angket siswa: sebagian siswa berpendapat suara guru kadang lemah dan pelan sesuai situasi dan kondisi, guru sangat aktif dan bersemangat.
Guru menggunakan variasi suara yang tidak monoton, jelas, sesuai dengan situasi, kondisi, dan tujuan tertentu. Guru tidak pernah menggunakan kata-kata kasar yang menyinggung perasaan. Sikap aktif dan semangat guru nampak dalam berbicara, sehingga membuat siswa antusias.
b. Perubahan mimik dan gerak Mimik dan gerak disesuaikan dengan ekspresi ucapan, senantiasa tersenyum, ceria, jarang menunjukkan ekpresi marah yang berlebihan, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, atau menunjukkan ekspresi wajah yang sinis. Disesuaikan, jika terlalu banyak bisa mengganggu konsentrasi. • Angket siswa: sebagian besar berpendapat guru sangat aktif dan bersemangat, kadang duduk dan berdiri, serta berpindah-pindah.
Gerakan tidak monoton kadang duduk, berdiri dan berpindah-pindah. Ekspresi mimik dan gerak juga digunakan sebagai isyarat maksud tertentu. • Wawancara guru: guru senantiasa tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa karena ingin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghilangka image matematika sulit, dalam belajar anak merasa enjoy, rileks, dan tidak tegang. Sikap ‘serius’ terus guru kurang merasa senang dan cocok.
• Wawancara siswa: sebagian merasa senang dengan sikap guru yang senantiasa tersenyum, humoris, dan nampak bersahabat dengan siswa.
Perubahan mimik dan gerak disesuaikan dengan ekspresi ucapan. Guru berusaha tampil menyenangkan dengan nampak bersemangat dalam mengajar, senantiasa tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa, tidak nampak ‘sangar’, menakutkan, sehingga suasana belajar siswa enjoy, rileks, dan tidak tegang atau merasa tertekan.
c. Pemberian waktu hening dalam pembicaraan/kesenyapan Diberikan ketika memberi waktu berpikir bagi siswa, teguran halus, manarik perhatian, menunggu siswa mencatat dan berusaha menyimpulkan materi yang disampaikan. Dilakukan ketika menyuruh siswa berpikir dan siswa tak memperhatikan sebagai teguran agar kembali memperhatikan. • Angket siswa: Ketika siswa ramai, marah, menarik perhatian, memberi waktu berpikir sejenak.
Kesenyapan memang diberikan ketika memberikan waktu berpikir, menanti siswa mencatat dan menyimpulkan materi, sebagai teguran halus, dan menarik perhatian siswa.
d. Melakukan kontak pandang Diupayakan merata, tak pilih kasih baik dengan berkeliling mendekati siswa maupun berdiri ditempat. Sikap guru yang senantiasa tersenyum, humoris, nampak bersahabat dengan siswa mengesankan sikap dan cara kontak pandang yang menyenangkan, tidak nampak sinis, dan menunjukkan rasa antusias. Guru menyesuaikan kondisi siswa, terkadang harus menjaga pandangan, karena sebagian dari mereka sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan. Merata ke seluruh siswa untuk memastikan siswa memperhatikan. • Angket siswa: sebagian besar beranggapan hanya beberapa kali dipandang guru.
• Wawancara guru: kontak pandang dilakukan wajar saja, menyesuaikan jika anak sudah paham menjaga pendangan.
Kontak pandang diupayakan merata, tidak pilih kasih. Pandangan menyenangkan, tidak nampak sinis. Kontak pandang dilakukan secara wajar dengan berdiri di tempat maupun dengan berjalan mendekati siswa. Karena siswa yang diajar putri sedangkan yang mengajar putra, maka guru menyesuaikan bagi mereka yang sudah paham akan pentingnya menjaga pandangan.
e. Perubahan posisi Tidak stagnan, kadang duduk, berdiri, dan berpindah-pindah ke depan, tengah, belakang. Perubahan posisi dilakukan secara wajar tidak berlebihan yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. Kadang dilakukan dengan jalan keliling. • Angket siswa: sebagian besar berpendapat guru sangat aktif dan bersemangat perubahan posisi kadang duduk, berdiri, dan berpindah-pindah.
Perubahan posisi guru tidak stagnan, kadang duduk, berdiri, dan berpindah-pindah ke depan, tengah, belakang. Perubahan posisi dilakukan secara wajar tidak berlebihan yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. Sikap aktif dan semangat juga nampak dalam perpindahan posisi.
f. Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting Sering menggunakan bahasa Inggris, yaitu kata ‘listen carefully’ dan ‘pay attention please’ kemudian diberi gambar simbol, kadang diulang sampai dua kali, kadang siswa sendiri yang mengulangnya. Pemberian tekanan dilakukan setiap menyampaikan kesimpulan dan apa yang tidak ada dalam buku. Ketika menyampaikan kesimpulan dan hal-hal yang tidak ada dalam buku. • Angket siswa: sebagian besar menjawab guru selalu memberi penekanan terhadap materi/hal yang dianggap penting untuk diperhatikan siswa.
Terhadap materi/hal yang dianggap penting untuk diperhatikan siswa, guru selalu memberikan penekanan. Dalam memberikan, guru sering menggunakan kata ’listen carefully’ dan ‘pay attention please’ kemudian menulisnya di papan tulis dan diberi gambar simbol. Terkadang juga disampaikan dua kali, kadang siswa sendiri yang mengulangnya.
Hambatan dalam mengadakan variasi gaya mengajar Hambatan yang dihadapi:
• Kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan.
• Kondisi guru dan siswa yang kurang mendukung.
• Guru yang mengajar putra sedangkan yang diajar putri, sehingga tidak leluasa untuk berimprovisasi Kondisi siswa yang mendukung, seperti capek dan mengantuk. • Angket siswa: ada sebagian yang tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, tidak terlalu tertarik dengan pokok bahasan, malas belajar, kesulitan mengerjakan soal atau memahami rumus, sebagian besar siswa beranggapan jarang dipandang guru.
Hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi adalah kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan, karena tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar dan kondisi guru dan siswa yang kurang mendukung, seperti capek, malas, dan lain sebagainya. Selain itu karena siswa yang diajar putri dan yang mengajar putra, maka kurang bisa leluasa berimprovisasi.
2 Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran
a. Variasi penggunaan media Menggunakan media: white board, spidol, penggaris, dan jangka. Menggunakan media: white board, spidol, penggaris, jangka, OHP dan transparan. • Wawancara guru: penggunaan media perlu jika memang siswa mengalami kesulitan memahami materi dengan hanya memberikan ilustrasinya saja.
Hambatan Menggunakan media: white board, spidol, penggaris, jangka, OHP dan transparan. • Angket siswa: sebagian siswa dapat menyebutkan media yang digunakan.
• Wawancara siswa: sebagian ada yang menjawab perlu agar mudah memahami atau mengalami kesulitan jika hanya dengan membuat ilustrasi saja. Sebagian menjawab tidak menggunakan juga tidak mengapa jika siswa sudah mudah untuk memahami.
Media digunakan agar mempermudah pemahaman siswa, jika siswa mengalami kesulitan memahami materi jika hanya membuat ilustrasi saja. Guru berupaya menggunakan media dengan maksud dan tujuan tertentu. Penggunaan media juga mempertimbangkan singkatnya waktu belajar.
Kadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada, sehingga guru harus membuat sendiri. Kadang media yang dibutuhkan di sekitar tidak ada,sehingga guru harus membuat sendiri.
Hambatan yang dihadapi dalam mengadakan variasi penggunaan media ialah tidak tersedianya media yang dibutuhkan, karena memang tidak ada laboratorium khusus alat peraga. Sehingga terkadang guru harus membuat sendiri.
b. Variasi bahan ajar Menggunakan literatur lain selain buku pegangan siswa dan diskusi dengan guru. Menggunakan literatur lebih dari satu buku. • Angket siswa: soal bervariasi ada yang sangat mudah dan cukup mudah dipahami.
Hambatan • Begitu pula untuk pertanyaan guru sebagian siswa ada yang selalu bisa menjawab dan sebagian ada yang kadang bisa kadang tidak.
Untuk variasi bahan ajar, ketika kegiatan belajar mengajar, guru membawa buku lain selain buku pegangan siswa. Katika memberikan soal terlihat ada siswa yang bisa mengerjakan dan ada yang tidak bisa. Hal ini menunjukkan tingkat kesulitan soal yang bervariasi. Di kantor guru terkadang guru juga saling diskusi.
Kurangnya waktu untuk lebih variatif soal di luar buku pegangan siswa Kurangnya waktu.
Hambatan guru dalam upaya mengadakan variasi bahan ajar ialah kurangnya waktu, sehingga guru sering hnaya menggunakan buku yang menjadi pegangan siswa
3 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa Pola interaksi sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru berupaya menciptakan hubungan baik, menyenangkan dengan banyak tersenyum dan humoris. Variasi kegiatan belajar siswa dengan menyuruh siswa maju ke depan. Guru lebih banyak mengendalikan kegiatan belajar mengajar. Tampil menyenangkan, menerangkan, menyuruh maju ke depan dan memberi tugas perorangan. • Angket siswa: kesempatan bekerja dengan siswa lain, sebagian siswa menjawab kadang-kadang dan sebagian kecil menjawab sering. Keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar cukup banyak, bicara guru sudah cukup.
• Wawancara guru: guru lebih banyak menjelaskan, kemudian berlatih, jarang menyuruh siswa maju ke depan.
Hambatan • Wawancara siswa: Ada siswa yang suka banyak berlatih, ada yang suka banyak menjelaskan, dan ada yang suka imbang antara menjelaskan dan banyak berlatih soal.
Pola interaksi sudah terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru berupaya menciptakan hubungan baik, menyenangkan dengan banyak tersenyum dan humoris. Variasi kegiatan belajar siswa dengan menyuruh siswa maju ke depan dan diskusi kolompok. Kegiatan belajar mengajar terkadang disesuaikan dengan kondisi siswa.
Hambatan yang dihadapi:
• Siswa tidak siap dan paham benar terhadap materi.
• Kondisi siswa yang kurang mendukung.
• Waktu belajar yang relatif singkat.
• Siswa yang diajar putri sedangkan yang mengajar putra, sehingga dalam berimprovisasi tidak bisa seleluasa kelas akselerasi putra. Sangat tergantung dan spontanitas, kondisi anak lelah/tidak semangat. • Angket siswa: tidak semua siswa selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar, kesulitan mengerjakan soal, memahami rumus, malas belajar, dan kelas ramai.
Hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa seperti hasil observasi didukung analisis angket, wawancara guru dan siswa. Hambatan belajar yang dialami siswa menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.
TRIANGULASI DATA
UPAYA DAN HAMBATAN GURU MENGELOLA KELAS AKSELERASI PUTRA
No Komponen Keterampilan Analisis Hasil Observasi Analisis Hasil Angket Guru Dukungan Hasil Angket Siswa, Wawancara Guru dan Siswa
1 Menciptakan kondisi belajar optimal
a Sikap tanggap guru Dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
• Memandang secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, bersahabat, tak sinis, dan diupayakan merata.
• Pemberian pernyataan dengan nasehat, pujian, dan penekanan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham.
• Gerak mendekati dengan kadang berkeliling mendekati siswa secara wajar. Dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
• Memandang secara seksama dengan kadang berputar dari meja satu ke meja lain.
• Pemberian pernyataan dengan memberikan penekanan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham.
• Gerak mendekati ketika mengontrol catatan/latihan, melihat masing-masing jawaban. • Angket siswa: sebagian besar siswa sudah merasa dipandang, sudah diperhatikan dan ditegur, serta ada juga yang merasa dibiarkan saja ketika melakukan hal yang kurang menyenangkan.
Hambatan • Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan teguran dan nasehat. • Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan menasehati dan memberikan tugas.
Sikap tanggap guru dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: memandang secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, bersahabat, tak sinis, dan diupayakan merata, pemberian pernyataan dengan nasehat, pujian, dan penekanan bahwa matematika tanpa latihan akan sulit paham. Gerak mendekati dengan kadang berkeliling mendekati siswa secara wajar ketika berlatih soal, mengontrol catatan. Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan teguran dan nasehat. Guru jarang sekali mem berikan sanksi dengan memberikan tugas khusus.
Hambatannya adalah:
• Tidak semua siswa benar-benar paham baik terhadap materi maupun sikap tanggap guru
• Adanya siswa yang tidak jera ketika diberikan teguran. Hambatannya tidak semua siswa benar-benar paham. • Angket siswa: Tidak semua mempersiapkan diri, masih banyak yang mengalami hambatan dalam belajar, ketika ditegur ada yang tidak jera, berhenti sebentar namun kembali melakukannya lagi.
Hambatan yang dialami guru memang seperti yang nampak pada observasi
b Membagi perhatian Dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
• Secara visual dengan melakukan kontak pandang secara merata.
Dengan berusaha menghafal nama dan karakteristik siswa. • Angket siswa: sebagian besar berpendapat sudah merasa dipandang guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Hambatan • Secara verbal dengan memberikan nasehat, komentar, pertanyaan baik materi maupun masalah pribadi.
• Gabungan secara verbal dan visual dengan memberikan perhatian secara verbal seperti di atas sekaligus se cara visual. • Wawancara guru: kontak pandang wujud perhatian, memberikan nilai plus, Tanya masalah pribadi dan diajak ngobrol.
Upaya membagi perhatian dilakukan guru secara verbal, visual, maupun gabungan diantara keduanya. Perhatian diupayakan merata, baik bagi siswa yang melakukan hal positif maupun negatif. Guru tentu dalam memberikan perhatian dengan berusaha menghafal nama dan karakteristik siswa, agar sesuai. Pemberian nilai lebih bagi mereka yang berprestasi juga sebagai wujud perhatian.
Tidak hafal semua nama dan karakteristik siswa karena banyak kelas yang diampu, dengan terkadang salah menyebutkan nama. Tidak semua siswa hafal karena banyaknya jam mengajar.
Banyaknya jam mengajar dan kelas yang diampu akan mempersulit guru dalam berusaha menghafal nama dan karakteristik siswa, sehingga sulit juga mengetahui kondisi siswa pada waktu itu untuk selanjutnya memberikan perhatian yang sesuai.
c Memusatkan perhatian kelompok Dilakukan melalui beberapa langkah:
• Menyiapkan: ketika diskusi kelompok dengan membagi kelompok secara merata, mengatur tempat duduk, mengundi urutan presentasi, dan memberikan arahan. Kepada semua siswa dalam satu kelas dilakukan dengan diam sebentar sampai siswa tenang lalu menarik perhatian dengan menggunakan kata ’perhatian’.
• Menciptakan dan mengarahkan perhatian: ketika diskusi kelompok dengan berusaha mengawasi terus siswa agar tetap perhatian, menekankan adanya penilaian, dan berusaha bersikap serius namun tetap santai. Kepada semua siswa dalam satu kelas dengan berusaha mengawasi terus siswa agar tetap perhatian.
• Menyusun komentar: ketika diskusi kelompok dilakukan ketika ada yang dirasa kurang maupun ketika ada hal baik yang harus dicontoh.
Membagi kelompok yang bervarisi, mengarahkan/pendahuluan dalam bentuk nasehat, menilai dan mengumumkan hasil penilaian. • Angket siswa: Ketika diskusi kelompok sebagian besar beranggapan sudah diperhatikan guru.
Upaya guru memusatkan perhatian kelompok dilakukan seperti hasil observasi dan ditambah hasil angket guru dan siswa.
Hambatan Hambatan dalam memusatkan perhatian kelompok adalah:
• Siswa kurang siap benar dan paham benar, baik terhadap materi maupun apa yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
• Adanya siswa yang ingin menonjol.
• Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan, ramai, tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya. Kadang ada siswa yang ingin menonjol.
Hambatan yang dihadapi memang sesuai dengan hasil observasi.
d Menuntut tanggungjawab siswa Upaya guru menuntut tanggungjawab siswa terlalu banyak memberikan toleransi karena tugas siswa sudah terlalu banyak, hanya berusaha memberikan penekanan akan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan. Menekankan komitmen akan tugas-tugas adalah sebagai salah satu keberhasilan siswa maka harus dinilai dan diberi komentar. • Wawancara guru: Tugas dikumpulkan jarang, menyuruh berlatih di rumah sering, berkeliling mengontrol pekerjaan ketika berlatih soal, latihan di kelas diusahakan selalu dibahas, menyuruh maju, tak banyak menuntut karena tugas siswa sudah terlalu banyak.
Hambatan Upaya menuntut tanggungjawab siswa dilakukan melalui:
• Menyuruh siswa lain mengenai rekannya dengan menyuruh siswa lain menanggapi rekannya yang maju ke depan/menjawab pertanyaan, membantu rekannya yang mengalami kesulitan ketika maju ke depan.
• Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya dengan maju ke depan, mengontrol pekerjaan siswa ketika berlatih soal atau disuruh berlatih di rumah. • Angket siswa: sebagian besar sudah pernah disuruh maju ke depan, tugas jarang dikumpulkan/diteliti.
Upaya menuntut tanggungjawab siswa dilakukan sesuai dengan hasil observasi ditambah hasil angket dan wawancara guru, serta angket siswa. Penekanan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan dengan menekankan agar komitmen akan tugas-tugasnya. Tugas jarang dikumpulkan.
Hambatan dalam menuntut tanggungjawab siswa adalah:
• Tugas siswa diluar jam sekolah yang sudah terlalu banyak.
Ada siswa yang tidak mau mengerjakan tugasnya, ada alasan lupa.
• Adanya siswa yang tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya.
Hambatan yang dihadapi sesuai dengan hasil observasi. Tidak mengerjakannya siswa terhadap tugas alasannya sebagian memang lupa.
e Memberikan petunjuk yang jelas Pemberian petunjuk yang jelas dilakukan dengan singkat, jelas, mudah dipahami dan terkadang harus diulang-ulang dengan dua cara, yaitu:
• Kepada seluruh kelompok sebagai satu kelas, dengan memberikan petunjuk, nasehat, motivasi terhadap suatu hal yang harus diperhatikan oleh semua siswa.
• Kepada siswa secara individu, dengan memberikan petunjuk ketika ada yang bertanya, masalah pribadi yang dialami siswa, seperti: nilai jelek, susah berlatih. Mengawali dengan pertanyaan, memotivasi akan pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari. • Angket siswa: sebagian besar berpendapat guru sering memberikan petunjuk ketika siswa mengalami kesulitan, siswa sebagian selalu dapat memahami petunjuk yang diberikan guru, ada yang jarang bisa memahami.
Pemberian petunjuk sesuai dengan hasil observasi. Pemberian petunjuk memang sering diawali dengan suatu permasalahan. Guru berusaha memotivasi siswa akan pentingnya belajar matematika, berusaha membuat siswa senang matematika dengan memberikn petunjuk dan kesan bahwa matematika tidak sulit dan menyenangkan.
Hambatan Hambatan guru dalam memberikan petunjuk yang jelas adalah:
• Adanya siswa yang tidak tertarik pokok bahasan.
• Adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Ada anak yang tidak suka matematika, mungkin ada anak yang IQnya kurang dari 100. • Angket siswa: ada siswa yang tidak tertarik dengan pokok bahasan, tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar.
Hambatan yang dihadapi memang sesuai dengan hasil observasi. Untuk siswa yang IQnya kurng dari 100 kemungkinan besar kecil, karena dari hasil seleksi semua siswa tergolong anak pada taraf cerdas dimana IQnya lebih besar atau sama dengan 125.
f Memberikan teguran Pemberian teguran jarang dilakukan, karena anak sudah cepat tanggap untuk berhenti sendiri. Pemberian teguran dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
• Menggunakan isyarat dengan diam sebentar sambil mengerutkan dahi, melayangkan kontak pandang namun dengan senantiasa tersenyum.
• Secara lisan dengan memberikan teguran, nasehat dengan penyampaian dan bahasa yang baik. Kadang diam sebentar, kadang marah, dan menasehati anak yang ramai. • Angket siswa: sebagian besar sudah merasa ditegur guru ketika melakukan hal yang kurang berkenan.
• Wawancara guru: Pertama dengan perubahan mimik dan gerak dengan diam sebentar, jika masih diulangi dengan lisan secara bertahap. Nasehat jangan sampai menjatuhkan siswa.
• Wawancara siswa: Sebagian lebih suka dengan teguran halus dan bertahap dengan memberikan motivasi.
Pemberian teguran seperti hasil observasi. Teguran disampaikan dengan baik tidak dengan bahasa yang kasar, ketus, diupayakan tidak menyinggung perasaan siswa, sabar, dan tidak menunjukkan sikap marah yang berlebihan.
Hambatan Hambatan yang dihadapi:
• Penyalahtafsiran siswa terhadap teguran dan nasehat guru sebagai rasa kurang suka guru terhadap mereka.
• Adanya siswa yang tidak jera. Kadang anak tidak jera, malah siswa lain terganggu. • Angket siswa: ada sebagian siswa setelah ditegur berhenti, namun kembali melakukannya lagi, ada siswa yang kadang tersinggung ketika ditegur.
Hambatan yang dihadapi guru dalam memberikan teguran memang sesuai dengan hasil observasi.
g Memberikan penguatan Pemberian penguatan dilakukan baik kepada siswa yang melakukan hal positif maupun negatif melalui beberapa cara, yaitu:
• Secara verbal dengan memberikan pujian dan nasehat.
• Mimik dan gerak dengan tampil menyenangkan sambil tersenyum.
• Kegiatan yang menyenangkan dengan menyuruh siswa yang bisa mau ke depan, membantu teman lain yang mengalami kesulitan ketika maju, bertanya kepada siswa yang pandai. Memberikan motivasi, memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari, mengoreksi soal dan yang dapat mengerjakan diberi nilai. • Angket siswa: sebagian besar siswa beranggapan ketika bisa mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan, guru selalu merasa senang dan memujinya.
• Wawancara guru: secara verbal memberikan pujian yang bisa dan nilainya bagus, beruasha menghilangkan image bahwa matematika sulit dengan tampil menyenangkan, menjelaskan manfaat dalam kehidupan sehari-hari, perhatian dan dipancing bersaing dengan siswa lain.
Hambatan • Sentuhan dengan menepuk bahu/pundak siswa.
• Gerak mendekati siswa • Wawancara siswa: sebagian suka ketika guru memberi nasehat yang mendidik, memberi contoh orang yang berhasil, beri pujian, nasehat bahwa belajar sebagai kebutuhan, dan memberitahu manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pemberian penguatan dilakukan sesuai dengan hasil observasi. Pemberian nilai diberikan ketika diskusi kelompok dan tugas yang harus dikumpulkan. Ketika ada siswa yang bisa mengerjakan baik di depan maupun di belakang jarang memberikan nilai. Koreksian diberikan untuk tugas yang dinilai dan harus dikumpulkan.
Hambatan yang dihadapi adalah:
• Banyaknya jam mengajar guru, sehingga sulit untuk memahami karakteristik siswa dan menunjukkan semua hasil koreksian.
• Kondisi siswa yang kurang fit, seperti: malas, bosan, capek, dan lain sebagainya Harus menunjukkan koreksian, mengajar satu bulan kurang lebih 147 kali tatap muka. • Angket siswa: Mengenai hambatan siswa dalam belajar ada yang terkadang capek, malas, bosan, dan lain sebagainya.
Hambatan yang dihadapi dalam memberikan penguatan memang seperti hasil observasi
2 Pengembalian kondisi belajar optimal Kenakalan siswa masih bersifat wajar, kebanyakan sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukan hal yang kurang berkenan ketika ada teguran. Guru belum pernah memberikan teguran keras atau sanksi. Guru memberikan sanksi dengan menyuruh anak berdiri di depan kelas dan mengerjakan satu soal sampai 10 kali. • Angket siswa: sebagian besar sudah berhenti melakukan hal yang kurang berkenan ketika ditegur, sebagian ada yang berhenti namun kembali melakukannya lagi.
Pengembalian kondisi belajar optimal hanya dilakukan guru dengan nasehat dan teguran saja. Guru belum pernah memberikan sanksi
Hambatan Hambatan yang dihadapi:
• Penyalahtafsiran siswa terhadap teguran dan nasehat guru sebagai rasa kurang suka guru terhadap mereka.
• Adanya siswa yang tidak jera. Kadang anak tidak jera, malah siswa lain terganggu.
Hambatan yang dihadapi memang seperti hasil observasi. Guru lebih nampak bersabar, berupaya menghindari hal-hal yang mengakibatkan interaksi antara guru dan siswa kurang baik.
TRIANGULASI DATA
UPAYA DAN HAMBATAN GURU MENGELOLA KELAS AKSELERASI PUTRI
No Komponen Keterampilan Analisis Hasil Observasi Analisis Hasil Angket Guru Dukungan Hasil Angket Siswa, Wawancara Guru dan Siswa
1 Menciptakan kondisi belajar optimal
a. Sikap tanggap guru Dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
• Memandang secara seksama dengan pandangan yang menimbulkan kesan menyenangkan, meyakinkan siswa bahwa guru perhatian dan siap memberikan respon, bersahabat, tak sinis, dan diupayakan merata. Dalam mengadakan kontak pandang berusaha menyesuaikan dengan menjaga pandangan.
Dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
• Memandang secara seksama dalam rangka meyakinkan mereka bahwa guru perhatian dan siap memberikan respon.
• Pemberian pernyataan dengan memberikan pujian bila melakukan hal baik dan teguran/ sindiran bila melakukan hal jelek.
• Gerak mendekati dilakukan dalam rangka meminta perhatian mereka.
• Angket siswa: sebagian besar hanya merasa dipandang beberapa kali dan sebagian merasa tidak pernah sama sekali, jarang diperhatikan dan sebagian kadang ditegur kadang tidak.
Hambatan • Pemberian pernyataan diberikan kepada mereka yang melakukan hal positif maupun negatif dengan nasehat dan pujian.
• Gerak mendekati dengan kadang berkeliling mendekati siswa secara wajar dalam rangka meminta perhatian siswa.
• Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa secara bertahap dengan teguran dan nasehat.
• Pemberian reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan teguran secara bertahap dan nasehat.
Sikap tanggap guru dilakukan melalui beberapa cara sesuai dengan hasil observasi, ditambah dari hasil angket,wawancara guru dan siswa.
Hambatannya adalah:
• Tidak semua siswa benar-benar paham baik terhadap materi maupun sikap tanggap guru.
• Adanya siswa yang tidak jera ketika diberikan teguran. Hambatannya kadang siswa tidak mau diajak kompromi, baru ngambek, terlalu capek • Angket siswa: Tidak semua mempersiapkan diri, masih mengalami hambatan dalam belajar, malas, tak konsentrasi, ketika ditegur ada yang tidak jera.
Hambatan yang dialami guru memang seperti yang nampak pada observasi. Kekurangpahaman terhadap materi karena tidak semua siswa mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar. Kekurangpahaman terhadap sikap tanggap guru ketika guru berusaha perhatian, kondisi siswa kurang mendukung, seperti: malas, terlalu capek, dan susah diajak kompromi.
b. Membagi perhatian
Hambatan Dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
• Secara visual dengan melakukan kontak pandang secara merata.
• Secara verbal dengan memberikan nasehat, komentar, pertanyaan baik materi maupun masalah pribadi.
• Gabungan secara verbal dan visual dengan memberikan perhatian secara verbal seperti di atas sekaligus secara visual. Tak pilih kasih walaupun punya kecenderungan untuk itu. • Angket siswa: sebagian besar siswa merasa jarang diperhatikan, hanya sebagian kecil yang merasa sering dan tidak pernah sama sekali.
• Wawancara guru: dengan menanggapi setiap pertanyaan, melakukan kontak pandang untuk mengetahui sikap anak paham atau tidak terhadap materi.
Upaya membagi perhatian dilakukan guru secara verbal, visual, maupun gabungan diantara keduanya. Perhatian diupayakan merata, baik bagi siswa yang melakukan hal positif maupun negatif. Dalam memberikan perhatian dengan berusaha menghafal nama dan karakteristik siswa, agar sesuai. Guru kurang bisa memberikan perhatian seleluasa kelas akselerasi putra.
Tidak hafal semua nama dan karakteristik siswa karena banyak kelas yang diampu, dengan terkadang salah menyebutkan nama. Tidak ada hambatan.
Banyaknya jam mengajar dan kelas yang diampu akan mempersulit guru dalam berusaha menghafal nama dan karakteristik siswa, sehingga sulit juga mengetahui kondisi siswa pada waktu itu untuk selanjutnya memberikan perhatian yang sesuai.
c. Memusatkan perhatian kelompok Dilakukan melalui beberapa langkah:
• Menyiapkan: Kepada semua siswa dalam satu kelas dilakukan dengan diam sebentar sampai siswa tenang lalu menarik perhatian dengan menggunakan kata ’pay attention please’ dan ‘listen carefully’.
• Menciptakan dan mengarahkan perhatian: Kepada semua siswa dalam satu kelas dengan berusaha mengawasi terus siswa agar tetap perhatian.
• Menyusun komentar: Dilakukan dengan memberikan nasehat dan teguran ketika siswa sudah tidak perhatian lagi, memberikan penekanan agar terlibat dalam tugasnya sebagai siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan meyakinkan bahwa tugas itu sangat penting. • Wawancara guru: guru belum pernah melakukan diskusi kelompok karena pelayanan terhadap anak kurang, butuh banyak waku, materi kurang tuntas.
• Wawancara siswa: ada yang beranggapan perlu sesekali elakukan diskusi kelompok sebagai variasi kegiatan belajar mengajar.
Hambatan Upaya guru memusatkan perhatian kelompok dilakukan seperti hasil observasi dan ditambah hasil angket guru dan siswa. Guru belum pernah melakukan kegiatan diskusi kelompok.
Hambatan dalam memusatkan perhatian kelompok adalah:
• Siswa kurang siap benar dan paham benar, baik terhadap materi maupun apa yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
• Adanya siswa yang ingin menonjol.
• Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan, ramai, tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya. Tergantung situasi dan kondisi
Hambatan dalam memusatkan perhatian kelompok sesuai dengan observasi. Semua juga dipengaruhi keadaan siswa, tergantung situasi dan kondisi.
d. Menuntut tanggungjawab siswa Upaya guru menuntut tanggungjawab siswa terlalu banyak memberikan toleransi karena tugas siswa sudah terlalu banyak, hanya berusaha memberikan penekanan akan kesadaran Kurang tegas lebih banyak toleransi dan kompromi, melihat kesibukan santri di luar kegiatan belajar mengajar, terkadang harus menerima alasan tak terselesaikannya tugas. • Wawancara guru: Tugas dikumpulkan jarang, menyuruh berlatih di rumah sering, berkeliling mengontrol pekerjaan ketika berlatih soal, latihan di kelas diusahakan selalu dibahas, menyuruh maju,
Hambatan siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Upaya menuntut tanggungjawab siswa dilakukan melalui:
• Menyuruh siswa lain mengenai rekannya dengan menyuruh siswa lain menanggapi rekannya yang maju ke depan/menjawab pertanyaan, membantu rekannya yang mengalami kesulitan ketika maju ke depan.
• Menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya dengan maju ke depan, mengontrol pekerjaan siswa ketika berlatih soal atau disuruh berlatih di rumah. tapi jarang, karena terlalu banyak menyita waktu, tak banyak menuntut karena tugas siswa sudah terlalu banyak.
• Angket siswa: sebagian besar menjawab tidak pernah disuruh maju ke depan, hanya sedikit yang menjawab pernah, tugas jarang dikumpulkan/diteliti.
Upaya menuntut tanggungjawab siswa dilakukan sesuai dengan hasil observasi ditambah hasil angket dan wawancara guru, serta angket siswa. Penekanan kesadaran siswa untuk tahu apa yang seharusnya dilakukan dengan menekankan agar komitmen akan tugas-tugasnya. Tugas jarang dikumpulkan. Guru jarang sekali menyuruh siswamaju ke depan, karena terlalu banyak menyita waktu.
Hambatan dalam menuntut tanggungjawab siswa adalah:
• Tugas siswa diluar jam sekolah yang sudah terlalu banyak.
• Adanya siswa yang tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya. Ada siswa yang tidak mau mengerjakan tugasnya, ada alasan lupa.
Hambatan yang dihadapi sesuai dengan hasil observasi. Tidak mengerjakannya siswa terhadap tugas alasannya sebagian memang lupa.
e. Memberikan petunjuk yang jelas Pemberian petunjuk yang jelas dilakukan dengan singkat, jelas, mudah dipahami, dan terkadang diulang-ulang sampai paham, dengan dua cara, yaitu:
• Kepada seluruh kelompok sebagai satu kelas, dengan memberikan petunjuk, nasehat, motivasi terhadap suatu hal yang harus diperhatikan oleh semua siswa.
• Kepada siswa secara individu, dengan memberikan petunjuk ketika ada yang bertanya, masalah pribadi yang dialami siswa, seperti: nilai jelek, susah berlatih. Diulang-ulang sampai 99% paham, materi bisa diulang dalam satu waktu 2-3 kali, menerangkan hal-hal yang ditanyakan siswa. • Angket siswa: sebagian besar berpendapat guru sering memberikan petunjuk ketika siswa mengalami kesulitan, siswa sebagian selalu dapat memahami petunjuk yang diberikan guru, ada yang jarang bisa memahami.
Pemberian petunjuk sesuai dengan hasil observasi. Pemberian petunjuk memang sering diawali dengan suatu permasalahan. Guru berusaha memotivasi siswa akan pentingnya belajar matematika, berusaha membuat siswa senang matematika dengan memberikn petunjuk dan kesan bahwa matematika tidak sulit dan menyenangkan.
Hambatan Hambatan guru dalam memberikan petunjuk yang jelas adalah:
• Adanya siswa yang tidak tertarik pokok bahasan.
• Adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Tidak ada hambatan • Angket siswa: ada siswa yang tidak tertarik dengan pokok bahasan, masih mengalami hambatan dalam belajar, dan tidak selalu mempersiapkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar.
Hambatan yang dihadapi memang sesuai dengan hasil observasi. Guru berpendapat tidak mengalami hambatan dalammenyampaikan petunjuk, namun dengan terkadang harus mengulang-ulang pemberian petunjuk, hal itu menunjukkan adanya sedikit hambatan, yaitu kesulitan siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
f. Memberikan teguran Pemberian teguran jarang dilakukan, karena anak sudah cepat tanggap untuk berhenti sendiri. Pemberian teguran dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
• Menggunakan isyarat dengan diam sebentar sambil mengerutkan dahi, melayangkan kontak pandang namun dengan senantiasa tersenyum.
Dinasehati agar memperhatikan, dikeluarkan dari kelas. • Angket siswa: sebagian besar merasa ditegur kadang tidak ketika melakukan hal yang kurang berkenan.
• Wawancara guru: Pertama lewat sindiran, langsung diajak ngobrol, diam sebentar, hindari teguran ynag menyinggung peraaan.
• Secara lisan dengan memberikan teguran, nasehat dengan penyampaian dan bahasa yang baik. • Wawancara siswa: Sebagian lebih suka dengan teguran halus, bertahap dengan memberikan motivasi dan sanksi yang medidik.
Pemberian teguran seperti hasil observasi. Teguran disampaikan dengan baik tidak dengan bahasa yang kasar, ketus, diupayakan tidak menyinggung perasaan siswa, sabar, dan tidak menunjukkan sikap marah yang berlebihan. Guru belum pernah memberikan sanksi keras kepada siswa.
Hambatan Hambatan yang dihadapi:
• Penyalahtafsiran siswa terhadap teguran dan nasehat guru sebagai rasa kurang suka guru terhadap mereka.
• Adanya siswa yang tidak jera. Kadang ada anak badung tapi pendendam. • Angket siswa: ada sebagian siswa setelah ditegur berhenti, namun kembali melakukannya lagi, ada siswa yang kadang tersinggung ketika ditegur.
Hambatan yang dihadapi guru dalam memberikan teguran memang sesuai dengan hasil observasi. Sikap siswa yang pendendam kurang nampak terlihat dan hanya guru yang bersangkutan yang bisa merasakan.
g. Memberikan penguatan Pemberian penguatan dilakukan baik kepada siswa yang melakukan hal positif maupun negatif melalui beberapa cara.
Memberi nasehat berupa ibroh/cerita hikmah, tampil menarik, bersikap humor, didekati, dipijat jika mengantuk, dibimbing ketika kesulitan mengerjakan latihan. • Angket siswa: sebagian besar siswa beranggapan ketika bisa mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan, guru selalu merasa senang dan memujinya.
Cara pemberian penguatan tersebut adalah:
• Secara verbal dengan memberikan pujian dan nasehat.
• Mimik dan gerak dengan tampil menyenangkan sambil tersenyum.
• Kegiatan yang menyenangkan dengan menyuruh siswa yang bisa mau ke depan, membantu teman lain yang mengalami kesulitan ketika maju, bertanya kepada siswa yang pandai.
• Gerak mendekati siswa • Wawancara guru: secara verbal memberikan pujian, menceritakan pengalaman pribadi dan orang lain yang berprestasi, menceritakan kegagalan-kegagalan untuk mengambil hikmahnya.
• Wawancara siswa: sebagian suka ketika guru memberi nasehat yang mendidik, dimotivasi, lebih bersahabat, memberi dukungan agar rajin belajar, menceritakan pengalaman pribadi, dan lain sebagainya.
Pemberian penguatan dilakukan sesuai dengan hasil observasi. Ketika ada siswa yang bisa mengerjakan baik di depan maupun di belakang guru senantiasa membimbing ketika ada kesulitan. Untuk penguatan yang bersifat kontak langsung dengan siswa tidak pernah dilakukan, karena siswa yang diajar putri sedangkan yang mengajar putra. Untuk menarik perhatian, guru berusaha tampil menyenangkan dengan bersifat humor.
Hambatan Hambatan yang dihadapi adalah:
• Kondisi siswa yang kurang fit, seperti: malas, bosan, capek, dan lain sebagainya. Kondisi siswa yang tidak kondusif (kecapekan) • Angket siswa: Mengenai hambatan siswa dalam belajar ada yang terkadang capek, malas, bosan, dan lain sebagainya.
• Banyaknya jam mengajar guru, sehingga sulit untuk memahami karakteristik siswa untuk kemudian paham terhadap kondisi yang sedang dialami.
Hambatan yang dihadapi dalam memberikan penguatan memang seperti hasil observasi
2 Pengembalian kondisi belajar optimal Kenakalan siswa masih bersifat wajar, kebanyakan sudah cepat tanggap untuk berhenti melakukan hal yang kurang berkenan ketika ada teguran. Guru belum pernah memberikan teguran keras atau sanksi. Guru memberikan sanksi dengan memukul tapi mendidik. • Angket siswa: sebagian besar sudah berhenti melakukan hal yang kurang berkenan ketika ditegur, sebagian ada yang berhenti namun kembali melakukannya lagi.
Pengembalian kondisi belajar optimal hanya dilakukan guru dengan nasehat dan teguran saja. Guru belum pernah memberikan sanksi
Hambatan Hambatan yang dihadapi:
• Penyalahtafsiran siswa terhadap teguran dan nasehat guru sebagai rasa kurang suka guru terhadap mereka.
• Adanya siswa yang tidak jera. Kadang ada anak badung tapi pendendam.
Hambatan seperti hasil observasi. Guru lebih banyak bersabar, menghindari interaksi antara guru dan siswa kurang baik.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Telp. 46624 Psw. 312, 322, Surakarta
SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Nomor : / J27.1.2/ PP/
TENTANG
IJIN MENYUSUN SKRIPSI
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret setelah menimbang pedoman menyusun Skripsi / Makalah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Nomor : 02 / PT40. FKIP /C/1991, tanggal 25 Februari 1991.
Dengan persetujuan konsultan / pembimbing, tanggal: Juni 2006
MEMUTUSKAN
Menetapkan kepada mahasiswa tersebut di bawah ini :
Nama : OTONG SUGIARTO
Nomor Induk Mahasiswa : K1301056
Tempat, Tgl. Lahir : KULON PROGO, 21 JULI 1983
Program / Jurusan : P. MATEMATIKA / P. MIPA
Tingkat / Semester : V/ X
Alamat : KEPEK RT. 04 / 02, GLAGAH, TEMON, KULONPROGO
Diijinkan mulai menyusun Skripsi / Makalah dengan judul yang telah dirumuskan sebagai berikut : “STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) (STUDI PADA KELAS VIII AKSELERASI SEMESTER GENAP MADRASAH TSANAWIYAH ASSALAAM SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007”.
Dengan konsultan / pembimbing :
1. Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si ( Pembimbing Pertama )
2. Rosihan Ariyuana, S. Si, M.Kom ( Pembimbing Kedua)
Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Surakarta
Pada Tanggal : Juni 2006
a.n. Dekan
Tim Skripsi Pembantu Dekan I
Drs. Gatut Iswahyudi, M. Si Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah M.Pd
NIP. 132 046 014 NIP. 131 658 563
Tembusan :
Yth. Bpk / Ibu Pembimbing mohon dilaksanakan sebagaimana mestinya.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Telp.46624 Psw. 312, 322, Surakarta
Lampiran : 1 ( satu ) Proposal Surakarta, Juni 2006
Hal : Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
Kepada : Yth. Dekan
c.q. Pembantu Dekan I
FKIP – Universitas Sebelas Maret
di Surakarta
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : OTONG SUGIARTO
Nomor Induk Mahasiswa : K1301056
Tempat, Tgl. Lahir : KULON PROGO, 21 JULI 1983
Program / Jurusan : P. MATEMATIKA / P. MIPA
Tingkat / Semester : V/ X
Alamat : KEPEK RT. 04 / 02, GLAGAH, TEMON, KULONPROGO
Dengan ini kami mengajukan permohonan kepada Dekan FKIP-Universitas Sebelas Maret, untuk menyusun Skripsi / Makalah dengan judul sebagai berikut: “STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) (STUDI PADA KELAS VIII AKSELERASI SEMESTER GENAP MADRASAH TSANAWIYAH ASSALAAM SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007”.
Kami lampirkan pula kerangka minimal Skripsi / Makalah.
Adapun konsultan / pembimbing kami mohonkan :
1. Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si
2. Rosihan Ariyuana, S. Si, M. Kom
Atas terkabulnya permohonan ini kami ucapkan terima kasih.
Persetujuan konsultan Hormat kami
1. _____________
2. _____________ OTONG SUGIARTO
K 1301056
Mengetahui
Ketua Program P. Matematika Ketua Jurusan P. MIPA
Drs. Bambang Sugiarto Dra. Sri Dwiastuti, M. Si
NIP. 130 902 521 NIP. 130 902 520
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Telp.46624, Psw. 312, 322, Surakarta
Nomor : / J27.1.2 / PL /
Lampiran : 1 berkas proposal
Hal : Permohonan Ijin Research / Try Out
Kepada : Yth. Rektor
Universitas Sebelas Maret
Dengan hormat,
Untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini kami melaporkan bahwa mahasiswa FKIP – UNS tersebut di bawah ini akan mengadakan penelitian :
Nama : OTONG SUGIARTO
Nomor Induk Mahasiswa : K1301056
Tempat, Tgl. Lahir : KULON PROGO, 21 JULI 1983
Program / Jurusan : P. MATEMATIKA / P. MIPA
Tingkat / Semester : V/ X
Alamat : KEPEK RT. 04 / 02, GLAGAH, TEMON, KULONPROGO
Akan mengadakan Research di : Mts. Assalaam Surakarta
Judul Skripsi/ Penelitian / Obyek : STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN (AKSELERASI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) (STUDI PADA KELAS VIII AKSELERASI SEMESTER GENAP MADRASAH TSANAWIYAH ASSALAAM SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007”.
Mohon mendapatkan proses penyelesaian ijin ke Gubernur/C.Q. BAPEDA Jawa Tengah Di Semarang dan kai lempirkan foto copy kerangka penelitian.
Demikian harap dijadikan maklum dan terima kasih.
Surakarta, juni 2006
a.n. Dekan
Pembantu Dekan III
Drs. Swandono, M.Hum
NIP. 130 342 440